Minggu, April 28, 2024

Nobel Ekonomi 2023; Perempuan dalam Aras Modal

Ghaniey Arrasyid
Ghaniey Arrasyid
M Ghaniey Al Rasyid | Penulis Lepas dan Pengkliping yang tinggal di Surakarta.

Gema riuh di Stockholm, Swedia menunjuk Claudia Goldin sebagai peraih Nobel Ekonomi 2023. Konsistensi melakukan pencatatatan dengan mengumpulkan data kurun waktu dua ratus tahun, membawa Goldin menyabet penghargaan bergengsi Nobel.

Caludia Goldin yang menjadi professor ekonomi dengan spesialisasi di bidang Sejarah Ekonomi, menancapkan status kepiawaiannya membaca aras ekonomi dalam bidang ketenegakerjaan perempuan. Hasil penelitiannya membuka tabir sebab musabab kesenjangan gender yang terjadi di pasar tenaga kerja global.

Menyinggung perempuan, modal dan kesenjangan gender, terus diuturakan dari waktu ke waktu. Aras besar permodalan yang terus berkembang, membawa kepada para pemilik modal untuk semakin memasifkan perdagangan dalam cara apapun. Mulai dari membuat masif sektor pemasaran dengan cara mengumbar iklan seefesien mungkin, hingga merengkuh perempuan untuk kebutuhan produksi dan konsumsi.

Kondisi demikian merombak pemaknaan perempuan yang hanya berkutat berkecimpung di dalam rumah. Perempuan alhasil memilki kontribusi ikut serta dalam relung-relung tenaga kerja untuk mendabakan kehidupan yang lebih baik.

Revolusi liberal di akhir abad 18 dibarengi dengan revolusi industri abad 19 melahirkan beberapa dobrakan dalam ide umat manusia. Revolusi industri menyeruak melahirkan banyak polemik dalam sepak terjang perjalananannya. Bahkan, gerakan buruh dengan lantang menyuarakan isi nuraninya menuntuk kesejahteraan.

Mary Walstonecraft pada awal abad ke-18 melakukan gerakan dengan eskalasi besar meneguhkan para perempuan untuk lantang merengguh hak-haknya dalam relung industri sampai tataran politik. Melalui surat ke surat, mereka menuliskan ide berupa puisi hingga gagasan untuk menggandeng masa lebih banyak.

Keberjalanan mendobrak budaya lama yang mengekang perempuan, membuat para perempuan tak bisa berdiam diri. Mereka harus melek dan sigap terhadap isu-isu sosial yang berakibat dengan hidupnya.

Perempuan yang memiliki peranan luar biasa dalam peradaban umat manusia, diberikan beban ganda. Melahirkan dan bekerja. Novel fenomenal gubahan Virgina Woolf berjudul Mrs. Dalloway (1923) membeberkan kehidupan perempuan di abad 19 awal yang penuh dilema mengenai persebaran modal, jati diri sampai hak pendidikan.

Melahirkan adalah tugas yang tak dapat diganggu gugat bagi perempuan. Selamanya, perempuan akan melahirkan tergantung pilihan mereka. Mafhum, atas keresaha itu, pada medio 1970-an, muncul beberapa tokoh seperti German Geer, Eva Figes, Kate Millet yang menjungkirbalikkan pemaknaan perempuan dipahami hanya untuk ditanami benih.

Goldin menemukan pekerjaan-pekerjaan perempuan lebih besar bebannya dan tidak tercatat dalam presensi perburuhan. Pekerjaan rumah untuk menyusui, memberikan gelanggang pengetahuan untuk tumbuh kembang anak, sampai derita biologis yang diembannya tak dapat diukur secara sempit.

Perempuan dan Hak Pendidikan

Novel gubahan Virginia Woolf banyak menyigi tentang selaiknya perempuan harus bangkit dari segala dominasi yang membuatnya tenggelam. Novel berjudul Mrs. Dalloway (Mizan, 2022), merekam kisah Clarrisa Dalloway yang terhimpit oleh kebudayaan yang menganggap perempuan sebagai komponen sekunder.

Latar waktu pada medio awal awal abad ke-19 membeberkan perempuan-perempuan tergelincir oleh budaya yang membuatnya jauh dari pendidikan formal dan aras permodalan. Perempuan ditunjuk hanya berjibaku dengan kausalitas mengasingkan rasionalitas.

Tak hanya pendidikan. Gilang-gemilang industrialisasi yang menyeruak pada medio abad ke-19 banyak di dominasi oleh laki-laki. Clarissa mengutuk keras budaya-budaya yang mengasingkan para perempuan.

Syahdan, peraih nobel ekonomi tahun ini, adalah perempuan ketiga sepanjang dan peraih solo pertama penghargaan nobel diberikan dalam bidang ekonomi. Keresahan Clarsisa Dalloway memang benar adanya. Dari novel itu, menyentil perempuan untuk tetap teguh menyampaikan ide-idenya dalam ceruk kubangan keterkungkungan budaya yang mengasingkan perempuan.

Buku gubahan Fatima Mermisi berjudul Wanita di Dalam Islam (Penerbit Pustaka, 1991) banyak menyoal sebab musabab keterkungkungan perempuan dari perpektif agama hingga kebudayaan yang kuat mencokol.

Pisau tajam yang riskan dapa membuat gerak perempuan terhambat, syahdan harus dihadapi dengan penuh keteguhan. Pendidikan adalah lentera agar dapat memilah dan membidik komponen usang untuk didekonstruksi.

Kiwari, pendidikan semakin mudah didapatkan. Kemudahan ini seyogyangya dapat dimanfaatkan dengan baik sembari memelintir budaya lama usang yang menggunduli tumbuh kembang perempuan, walaupun kerikil tajam terkadang mengganjal ranah gerak perempuan.

Perempuan dan Pusaran Modal

Claudia Goldin membaca kesenjangan gender dalam dunia kerja dengan cara mengumpulkan pelbagai catatan kurang lebih 2,5 abad. Claudia yang berlatar belakang sejarah ekonomi memoles relik-relik catatan masa lalu yang saling berkesinambungan terhadap masa depan perempuan.

Perempuan dalam pusaran modal bagi Goldin membawa perubahan kepada perempuan. Keresahan Goldin sama dengan apa yang diresahkan Virgina. Beban ganda perempuan untuk merawat, menyusui dan menimang-nimang buah hati, punya beban kerja yang lebih besar, walaupun terbesit rasa ingin menggaet pendidikan lebih tinggi dan pendapatan lebih besar.

Dilansir dari Kompas (10/10/2023) membeberkan beberapa temuan menarik Goldin. Goldin menemukan sebab musabab mengapa perempuan sering mengalami perbedaan dalam dunia ketenagakerjaan lantaran keistimewaan secara biologis seperti cuti melahrikan, menstruasi, dsb yang memaksa mereka untuk merelakan jumlah gaji yang diterima lantaran izin masuk kerja.

Goldin mampu membeberkan akar permasalahan yang menyebabkan perempuan sering kali mengalami merginalisasi. Pesan yang hendak disampaikan mungkin ini; bahwa formasi ketengakerjaan, yang kini ramai menyeruak akan menghadapi masalah bila dilakukan tanpa memfasilitasi nilai hak asasi perempuan disamping menggiurkannya nilai lebih dalam relung-relung alat produksi.

Ghaniey Arrasyid
Ghaniey Arrasyid
M Ghaniey Al Rasyid | Penulis Lepas dan Pengkliping yang tinggal di Surakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.