Senin, Mei 6, 2024

Neoliberalisme, Sekularisme, dan Ancaman Bunuh Diri

Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bunuh diri merupakan permasalahan sosial yang menjadi perhatian serius di berbagai dunia, termasuk Indonesia. Bunuh diri pun dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia, gender, atau latar belakang sosial. Menurut data dari Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), terdapat 971 kasus bunuh diri yang tercatat mulai Januari hingga 18 Oktober 2023. Angka ini melebihi jumlah kasus bunuh diri sepanjang 2022 yang mencapai 900 kasus.

Corr, Nabe, & Cor (2012) mengungkapkan bunuh diri dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk kehilangan orang yang dicintai, perasaan putus asa, dan masalah kognitif. Orang yang berpikiran bunuh diri cenderung memiliki pandangan yang pesimis dan merasa bahwa hidup tidak ada artinya. Individu yang melakukan bunuh diri mungkin telah mengembangkan pola perilaku yang mengalihkan agresi yang seharusnya diarahkan ke luar menjadi destruktif terhadap diri sendiri. Penyebab utama bunuh diri dari sudut pandang psikologi adalah penyakit mental atau psikopatologi.

Dunia modern yang semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi, paradoksnya ditumpangi oleh kasus peningkatan angka bunuh diri. Neoliberalisme yang menekankan individualisme dan budaya persaingan dapat menyebabkan seseorang merasa tertekan, sehingga meningkatkan resiko bunuh diri. Di lain sisi, sekularisme membuat individu kehilangan nilai dan makna yang biasanya tumbuh dalam agama. Ketika seseorang tidak lagi mempercayai nilai dan makna dalam agama, hal ini dapat memperburuk resiko bunuh diri.

Mengutip tulisan Malik Abdul di situs komunitas pencegahan bunuh diri Into The Light pada 28 Juli 2017, Agama dan kepercayaan dapat menjadi faktor pelindung terhadap bunuh diri. Namun, hal ini dapat menjadi bumerang, jika seseorang merasa bahwa agamanya telah gagal dalam memberikan solusi atas masalah yang dihadapinya. Hal ini dapat menyebabkan seseorang merasa putus asa dan akhirnya melakukan bunuh diri. Lalu, Strategi apa yang dapat diterapkan secara efisien untuk menanggulangi peningkatan angka bunuh diri?

Bunuh Diri, Ancaman Serius dari Rendahnya Integrasi Sosial

Menurut ilmu sosiologi, bunuh diri dapat disebabkan oleh dua kondisi integrasi sosial, yaitu integrasi sosial yang terlalu kuat atau terlalu lemah. Integrasi sosial adalah ikatan seseorang dengan lingkungan sosialnya. Dalam Le Suicide, Emile Durkheim menyatakan bunuh diri dapat dikaji secara sosiologis dengan pendekatan egoistic suicide, yaitu tindakan bunuh diri yang dilakukan seseorang yang merasa tidak memiliki keterikatan dengan masyarkatnya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti isolasi sosial, kesepian, atau kehilangan orang yang dicintai.

Altruistic suicide adalah tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang demi kepentingan orang lain atau masyarakatnya. Hal ini biasanya terjadi dalam situasi tertentu, seperti perang, bencana alam, atau konflik sosial. Anomie suicide adalah tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang demi kepentingan orang lain atau masyarakatnya. Hal ini biasanya terjadi dalam situasi tertentu, seperti perang, bencana alam, atau konflik sosial. Sedangkan, fatalistic suicide adalah tindakan bunuh diri yang terjadi karena seseorang merasa terbelenggu oleh norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketidakadilan sosial, penindasan, atau diskriminasi.

Dalam konteks modern, pendekatan egoistic suicide dan anomie suicide sangat relevan, terutama dalam masyarakat yang individualisme dan sekularisme. Egoistic suicide terjadi ketika individu merasa terlalu terisolasi atau terputus dari ikatan sosial dengan masyarakatnya. Ini bisa terjadi karena kurangnya keterikatan pada kelompok sosial, kurangnya interaksi sosial yang bermakna, atau perasaan terasing dari lingkungan sekitar. Orang-orang yang cenderung melakukan egoistic suicide umumnya merasa terlalu sendirian, terisolasi, dan kurangnya dukungan dari kelompok atau komunitas sosialnya.

Neoliberalisme mempromosikan nilai-nilai yang menekankan pencapaian pribadi, dan kompetisi. Dalam budaya ini, fokus pada kesuksesan individu bisa menyebabkan terputusnya ikatan sosial. Individu mungkin merasa terlalu terisolasi karena kurangnya perasaan terhubung dengan komunitas mereka, yang seringkali diabaikan demi pencapaian pribadi.

Sedangkan, anomie suicide terjadi ketika terdapat ketidakcocokan antara harapan individu dan norma sosial. Kondisi ini terjadi karena aturan atau norma-norma sosial mengalami ketidakstabilan, yang seringkali disebabkan oleh perubahan sosial yang cepat atau disorientasi dalam nilai-nilai yang dianut masyarakat. Anomie suicide dapat terjadi ketika individu merasa kehilangan arah atau tujuan akibat tekanan sosial atau ketika mereka tidak dapat memenuhi harapan yang ditetapkan oleh masyarakat.

Sekularisme, yang menekankan pergeseran dari pengaruh agama, dapat berperan dalam menciptakan isolasi sosial dan ketidakstabilan nilai-nilai sosial. Kehilangan kerangka nilai yang biasanya diberikan oleh agama dapat membuat individu merasa kehilangan arah atau merasa terasing dari norma sosial yang ada.

Jadi, pengaruh neoliberalisme dengan fokus pada individualisme, kebebasan, dan kompetisi, bersama dengan sekularisme yang mengalami perubahan nilai-nilai tradisional, dapat menjadi faktor-faktor penting yang berkontribusi terhadap terjadinya kondisi yang sesuai pendekatan konsep egoistic dan anomie suicide yang dijelaskan oleh Durkheim dalam masyarakat modern.

Bunuh diri adalah masalah permasalahan yang serius yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk nilai-nilai neoliberalisme dan sekularisme dalam masyarakat modern. Berikut adalah dua langkah konkret yang dapat dilakukan untuk mencegah bunuh diri.

Pertama, pentingnya memperkuat hubungan sosial dan komunitas. Kedua kampanye pencegahan bunuh diri harus dilakukan melalui pendidikan yang melibatkan sekolah, tempat kerja, atau komunitas. Meningkatkan pemahaman akan resiko dan gejala bunuh diri menjadi langkah awal yang efektif.

Pencegahan bunuh diri membutuhkan pendekatan yang komprehensif. Langkah-langkah pencegahan bunuh diri tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab bersama bagi seluruh lapisan masyarakat. Dengan mengimplementasikan langkah-langkah ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua orang.

Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Muhammad Ridwan Tri Wibowo
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.