Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat vital dalam menopang perekonomian daerah. Di Provinsi Bengkulu, UMKM menjadi penggerak utama aktivitas ekonomi masyarakat lokal. Tidak hanya menyediakan lapangan kerja, UMKM juga mendorong pertumbuhan sektor riil, memperkuat daya beli masyarakat, serta menjadi sarana pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas. Namun demikian, di tengah kemajuan teknologi dan arus digitalisasi yang semakin pesat, pelaku UMKM di Bengkulu kini menghadapi tantangan besar yang tidak dapat diabaikan.
Kemunculan pasar digital telah mengubah lanskap perdagangan secara menyeluruh. Transaksi jual beli tidak lagi bergantung pada pertemuan fisik antara penjual dan pembeli, melainkan dapat berlangsung melalui platform daring (online) seperti marketplace, media sosial, dan aplikasi berbasis e-commerce. Fenomena ini membawa dampak signifikan terhadap pola konsumsi masyarakat, yang semakin mengedepankan kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan dalam berbelanja.
Di sisi lain, transformasi ini memunculkan tantangan baru bagi pelaku UMKM di daerah, khususnya di Bengkulu. Banyak pelaku usaha yang masih beroperasi secara konvensional dan belum memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan ekosistem digital. Keterbatasan literasi digital, minimnya pelatihan teknologi informasi, serta keterbatasan infrastruktur seperti akses internet yang belum merata, menjadi penghambat utama dalam proses digitalisasi UMKM di daerah ini.
Menurut data dari Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bengkulu, jumlah UMKM yang sudah terhubung dengan platform digital masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan pelaku usaha di wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan masih adanya kesenjangan digital yang cukup signifikan antara pelaku UMKM di kota besar dengan pelaku UMKM di daerah-daerah terpencil. Kesenjangan ini tentu saja dapat memperlemah daya saing produk lokal di tengah persaingan pasar yang semakin terbuka dan kompetitif.
Persaingan yang dihadapi oleh UMKM tidak hanya datang dari sesama pelaku usaha lokal, tetapi juga dari pelaku usaha dari luar daerah bahkan luar negeri. Produk-produk luar yang hadir di pasar digital sering kali menawarkan harga lebih murah, kualitas yang konsisten, serta tampilan kemasan yang lebih menarik. Jika pelaku UMKM Bengkulu tidak mampu meningkatkan kualitas produk dan strategi pemasaran digital mereka, maka potensi keterpinggiran di pasar digital akan semakin besar.
Meski demikian, pasar digital juga membuka peluang yang sangat luas bagi UMKM untuk berkembang dan menembus pasar yang lebih besar. Melalui digitalisasi, pelaku UMKM dapat menjangkau konsumen dari berbagai daerah, bahkan lintas negara. Selain itu, biaya operasional dapat ditekan, efisiensi bisnis meningkat, serta interaksi dengan pelanggan menjadi lebih fleksibel dan cepat. Oleh karena itu, transformasi digital harus dipandang bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai peluang besar yang perlu dimanfaatkan dengan strategi yang tepat.
Pemerintah daerah, lembaga pendidikan, serta pihak swasta memiliki peran penting dalam mendukung digitalisasi UMKM. Pelatihan keterampilan digital, fasilitasi akses teknologi, penyediaan platform pemasaran berbasis lokal, hingga pemberian insentif atau bantuan modal dapat menjadi langkah strategis dalam mendorong UMKM Bengkulu agar lebih siap menghadapi era digital.
Di samping itu, pelaku UMKM sendiri harus memiliki kesadaran dan kemauan untuk terus belajar serta berinovasi. Sikap adaptif terhadap perubahan, keberanian mencoba hal baru, serta kemauan untuk mengikuti perkembangan teknologi menjadi kunci utama keberhasilan dalam bersaing di pasar digital. Pemanfaatan media sosial sebagai sarana promosi, pengemasan produk yang menarik, serta pelayanan pelanggan yang responsif dapat menjadi nilai tambah dalam menarik konsumen digital yang semakin cerdas dan selektif.
Salah satu upaya nyata yang dapat dilakukan adalah dengan mengintegrasikan unsur kearifan lokal ke dalam produk UMKM. Produk-produk berbasis budaya lokal Bengkulu seperti kain besurek, makanan khas daerah, hingga kerajinan tangan dapat dikembangkan dengan sentuhan inovatif yang tetap mempertahankan identitas lokal. Dengan strategi ini, produk UMKM tidak hanya bersaing dalam aspek kualitas, tetapi juga dalam hal keunikan dan nilai budaya yang tidak dimiliki oleh produk dari luar.
Sebagai penutup, nasib UMKM Bengkulu di tengah gempuran pasar digital sangat bergantung pada kemampuan untuk bertransformasi dan berinovasi. Digitalisasi bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mutlak agar UMKM tetap bertahan dan berkembang di era globalisasi ini. Dengan sinergi antara pelaku usaha, pemerintah, dan masyarakat, UMKM Bengkulu dapat menjadi kekuatan ekonomi yang tangguh dan mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.