Sabtu, Maret 15, 2025

Modernisasi Pertanian: Bioekonomi, Digitalisasi dan Pemberdayaan

Kuntoro Boga
Kuntoro Boga
Kuntoro Boga Andri, alumnus IPB 1998, gelar Magister (2004) dan Doktor (2007) dari Saga dan Kagoshima University, Jepang. Peneliti Utama LIPI (2017) dan pernah sebagai Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat dan Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan. Saat ini Kepala Pusat BSIP Perkebunan, Kementan
- Advertisement -

Sektor pertanian Indonesia sedang berada di persimpangan sejarah. Di tengah ancaman krisis iklim, tekanan populasi yang terus meningkat, serta ketidakpastian ekonomi global, transformasi menuju pertanian modern bukan lagi sekadar opsi, melainkan sebuah keharusan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sektor pertanian berkontribusi sebesar 13% terhadap PDB pada 2024. Namun, potensi sektor ini jauh lebih besar. Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Bungaran Saragih, menyatakan bahwa dengan optimalisasi rantai nilai agribisnis, kontribusinya bisa melonjak hingga 45%. Angka ini bukan sekadar statistik, tetapi mencerminkan peluang besar bagi Indonesia untuk mencapai kemandirian pangan, energi terbarukan, serta kedaulatan ekonomi yang lebih kuat.

Modernisasi pertanian tidak bisa dilepaskan dari inovasi teknologi. Penerapan kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan precision agriculture telah terbukti meningkatkan efisiensi serta mengurangi pemborosan sumber daya. Jepang, misalnya, telah mengadopsi robot penanam padi dan sensor berbasis AI untuk memantau kelembaban tanah secara real-time.

Teknologi serupa sangat potensial diterapkan di Indonesia untuk mengatasi berbagai tantangan seperti kekeringan di Jawa dan degradasi lahan di Kalimantan. Jika petani Indonesia dapat menggunakan aplikasi prediksi cuaca berbasis AI serta sistem irigasi otomatis berbasis sensor cerdas, produktivitas pertanian dapat meningkat pesat, sementara risiko gagal panen bisa diminimalkan.

Pemerintah telah menunjukkan komitmennya terhadap ketahanan pangan dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp139,4 triliun untuk 2025. Dana ini mencakup pengembangan teknologi irigasi hemat air serta varietas tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim. Meskipun langkah ini patut diapresiasi, percepatan implementasi di lapangan menjadi kunci keberhasilan.

Kesenjangan antara kebijakan di tingkat pusat dan realisasi di tingkat petani harus segera diatasi. Misalnya, program perluasan lahan pertanian sebesar 3 juta hektar di lahan rawa harus didukung oleh teknologi pengelolaan tanah berbasis data, bukan hanya sekadar ekspansi wilayah secara konvensional yang berisiko mengurangi produktivitas dan keberlanjutan ekosistem.

Bioekonomi, Digitalisasi dan Pemberdayaan SDM

Limbah pertanian dan perkebunan yang selama ini dianggap sebagai sampah ternyata menyimpan potensi besar sebagai sumber energi terbarukan. Contohnya, program konversi limbah sawit dan tebu menjadi bioetanol di Sumatera Barat dan Kalimantan Selatan telah membuktikan bahwa limbah dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.

Bahkan, pada 2023, Jawa Tengah berhasil menghemat Rp2 triliun melalui pemanfaatan biomassa. Konsep bioekonomi kini menjadi game changer dalam transformasi sektor pertanian Indonesia.  Model ekonomi sirkular seperti ini harus diperluas agar setiap rantai produksi tidak hanya menghasilkan bahan utama tetapi juga nilai tambah yang berkelanjutan, bukan polusi dan limbah yang mencemari lingkungan.

Salah satu langkah besar yang telah diimplementasikan adalah kebijakan biodiesel B40 yang mulai diterapkan pada 2025. Kebijakan ini berpotensi menyerap 1,7 juta ton minyak sawit tambahan, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta mendukung transisi energi hijau.

Namun, pemerintah harus memastikan bahwa ekspansi perkebunan sawit tidak dilakukan dengan mengorbankan hutan primer atau lahan gambut yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Di sinilah prinsip keberlanjutan diuji: modernisasi harus berjalan beriringan dengan pelestarian lingkungan. Sertifikasi keberlanjutan seperti RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan pemantauan ketat terhadap tata kelola lahan menjadi kunci agar kebijakan ini tidak menciptakan dampak negatif bagi ekosistem.

- Advertisement -

Namun, secanggih apa pun teknologi yang digunakan, semuanya akan sia-sia tanpa pemberdayaan sumber daya manusia. Salah satu tantangan terbesar dalam sektor pertanian Indonesia saat ini adalah regenerasi petani.

Rata-rata usia petani Indonesia kini mencapai 47 tahun, sementara generasi muda enggan terjun ke sektor pertanian karena masih dianggap atau memiliki daya tarik ekonomi yang rendah. Padahal, negara seperti Jepang telah berhasil mengubah citra pertanian menjadi sektor yang modern dan berkelas, di mana para petani muda menggunakan drone, sensor IoT, dan analisis big data untuk meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, program pelatihan dan pendampingan petani muda harus dijalankan secara masif, dengan insentif yang menarik bagi generasi muda untuk kembali ke sektor pertanian.

Selain peningkatan kualitas sumber daya manusia, kolaborasi tripartit antara pemerintah, swasta, dan akademisi harus diperkuat. Dunia industri perlu mengambil peran aktif dalam menyediakan teknologi pertanian yang terjangkau dan mudah diakses oleh petani. Sementara itu, universitas dan lembaga penelitian dapat menjadi inkubator inovasi, menciptakan solusi berbasis sains untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan pertanian.

Pemerintah sebenarnya telah berusaha mendukung petani kecil melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian dan asuransi panen, tetapi akses terhadap program ini masih belum merata. Bagaimana mungkin petani di Papua bisa mengadopsi smart farming jika akses internet saja masih terbatas? Oleh karena itu, infrastruktur digital di pedesaan harus menjadi prioritas agar inovasi pertanian berbasis teknologi dapat diterapkan secara luas.

Selain itu, reformasi kebijakan agraria juga perlu mendapat perhatian. Kepemilikan lahan yang tidak merata serta maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan permukiman mengancam keberlanjutan sektor ini.

Di banyak daerah, petani kecil masih kesulitan mendapatkan sertifikasi tanah yang sah, sehingga mereka tidak bisa mengakses permodalan atau program bantuan pemerintah. Tanpa kepastian kepemilikan lahan, investasi di bidang pertanian akan sulit berkembang. Oleh karena itu, regulasi yang mendukung redistribusi lahan, penyuluhan agraria, serta perlindungan lahan pertanian berkelanjutan harus segera diperkuat agar sektor ini memiliki fondasi yang kokoh untuk berkembang.

Menjadikan Indonesia Lumbung Pangan Dunia

Indonesia memiliki semua syarat untuk menjadi pemain global di sektor pertanian melalui modernisai pertanian dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah, kebijakan progresif, dan momentum transisi menuju ekonomi hijau. Namun, tantangan masih besar, terutama dalam mewujudkan modernisasi pertanian yang inklusif dan berkelanjutan.

Untuk mencapai visi “feed the world”, modernisasi harus menjangkau seluruh rantai produksi, termasuk petani kecil di pelosok, dengan tetap menjaga keseimbangan ekologis. Infrastruktur digital, akses permodalan, serta penerapan teknologi pertanian presisi harus diperkuat agar sektor ini tidak hanya produktif tetapi juga adaptif terhadap perubahan iklim dan tantangan global lainnya. Paradigma pertanian modern harus bergeser dari sekadar produksi bahan pangan menjadi bagian dari solusi terhadap perubahan iklim, ketahanan energi, dan pengentasan kemiskinan.

Kuntoro Boga
Kuntoro Boga
Kuntoro Boga Andri, alumnus IPB 1998, gelar Magister (2004) dan Doktor (2007) dari Saga dan Kagoshima University, Jepang. Peneliti Utama LIPI (2017) dan pernah sebagai Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat dan Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan. Saat ini Kepala Pusat BSIP Perkebunan, Kementan
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.