Minggu, Februari 9, 2025

Mesin Cuci Manusia dan Pencucian AI: Inovasi atau Tipuan?

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Pernahkah Anda membayangkan sebuah dunia di mana mandi menjadi semudah menekan tombol? Di tengah kesibukan dan rutinitas yang padat, rasa malas untuk membersihkan diri terkadang tak terhindarkan. Namun, kini tampaknya kita telah menemukan solusi untuk mengatasi dilema tersebut.

Sebuah perusahaan Jepang, Science Co., telah menciptakan inovasi yang mungkin terdengar seperti khayalan: mesin cuci untuk manusia! Mesin yang diberi nama “pod” ini menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk memanjakan Anda dengan pengalaman mandi yang belum pernah ada sebelumnya. Bayangkan saja, Anda cukup masuk ke dalam pod yang transparan, dan biarkan mesin canggih ini melakukan tugasnya. Pod akan terisi air hingga setengahnya, lalu jet air berkecepatan tinggi akan membersihkan tubuh Anda dengan lembut. Selama proses ini, AI akan terus memantau tanda-tanda vital Anda, seperti detak jantung dan suhu tubuh, untuk memastikan kenyamanan dan keamanan Anda. Tak hanya itu, AI juga akan secara otomatis menyesuaikan suhu dan tekanan air sesuai dengan preferensi Anda. Anda benar-benar tidak perlu melakukan apa pun, cukup bersantai dan nikmati sensasi dimanjakan layaknya seorang raja!

Setelah 15 menit, proses pembersihan pun selesai. Anda akan keluar dari pod dengan tubuh yang segar dan bersih, seolah-olah baru saja dimandikan oleh robot pribadi. Mesin cuci manusia ini mungkin terdengar seperti sebuah kemewahan yang tidak perlu, tetapi siapa yang dapat menolak kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkannya?

Di era modern ini, kecerdasan buatan telah merambah ke berbagai aspek kehidupan kita. Mulai dari pekerjaan, hiburan, hingga cara kita berinteraksi dengan dunia sekitar. Kehadiran AI tak dapat dipungkiri telah membuat hidup kita menjadi lebih mudah dan efisien. Namun, inovasi seperti mesin cuci manusia ini membawa penggunaan AI ke tingkat yang sama sekali baru, menantang batas-batas imajinasi kita tentang apa yang mungkin dicapai oleh teknologi.

Meskipun terkesan futuristik, konsep mesin cuci manusia sebenarnya bukanlah hal yang baru. Jauh sebelum Science Co. memperkenalkan pod canggihnya, sebuah perusahaan elektronik Jepang bernama Sano Electric (kini dikenal sebagai Panasonic) telah mencetuskan ide serupa pada tahun 1970-an. Mereka menciptakan sebuah perangkat yang disebut “pemandian ultrasonik”, yang juga berupa pod tertutup di mana pengguna dapat masuk ke dalamnya untuk membersihkan diri.

Namun, alih-alih menggunakan jet air dan AI seperti pod modern, “pemandian ultrasonik” mengandalkan gelombang ultrasonik dan bola-bola plastik untuk membersihkan tubuh. Sayangnya, inovasi ini tidak pernah benar-benar berhasil di pasaran dan akhirnya tenggelam dalam lautan waktu. Meskipun demikian, konsep “pemandian ultrasonik” ini tampaknya telah menginspirasi kemunculan mesin cuci manusia berbasis AI yang kita lihat saat ini.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan menarik: apakah mesin cuci manusia ini benar-benar sebuah inovasi yang didukung oleh kecerdasan buatan, ataukah hanya sebuah contoh dari apa yang disebut “pencucian AI”? Istilah “pencucian AI” mengacu pada praktik perusahaan yang melebih-lebihkan atau bahkan memalsukan penggunaan AI dalam produk mereka. Hal ini sering dilakukan untuk menarik perhatian konsumen, investor, dan meningkatkan nilai jual produk.

Ada dua cara utama perusahaan melakukan “pencucian AI”. Pertama, dengan mengklaim bahwa produk mereka menggunakan AI padahal sebenarnya tidak. Contohnya adalah kasus Amazon dengan toko “Just Walk Out”. Amazon mengklaim bahwa sistem “Just Walk Out” yang memungkinkan pembeli untuk keluar toko tanpa melalui kasir didukung oleh teknologi AI. Namun, berdasarkan beberapa laporan, sistem tersebut sebenarnya dikendalikan oleh karyawan yang memantau pembeli melalui kamera dan sensor, lalu menagih mereka secara manual.

Praktik “pencucian AI” seperti ini tentu saja merupakan bentuk penipuan yang merugikan konsumen. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih kritis dalam menilai klaim perusahaan tentang penggunaan AI dalam produk mereka.

Taktik “pencucian AI” yang kedua jauh lebih halus dan mungkin tanpa sadar telah kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Alih-alih memalsukan keberadaan AI, taktik ini justru menanamkan AI pada produk-produk yang sebenarnya tidak membutuhkannya. Tujuannya jelas, untuk menunggangi gelombang popularitas AI dan menarik minat investor serta konsumen.

- Advertisement -

Contoh yang paling mencolok adalah sikat gigi bertenaga AI. Sikat gigi ini diklaim mampu mendeteksi gigi mana yang sedang disikat. Pertanyaannya, bukankah manusia sudah dibekali dengan sistem saraf yang mampu merasakan dan mengontrol gerakan sikat gigi di dalam mulut? Lalu, apa gunanya AI dalam hal ini?

Contoh lain yang tak kalah menggelikan adalah sepatu bertenaga AI yang diklaim dapat “mengotomatiskan berjalan”. Sepatu seharga $11.000 ini seolah ingin mengambil alih tugas kaki manusia dengan mengajak penggunanya berjalan. Sepatu ini lebih mirip sebuah tali kekang mewah yang mengendalikan langkah kaki Anda.

Fenomena “pencucian AI” juga merambah ke dunia digital. Bot AI kini menjamur di berbagai platform media sosial dan aplikasi, baik yang Anda inginkan maupun tidak. Keberadaan bot ini seringkali dipertanyakan, apakah benar-benar memberikan manfaat atau hanya sekedar gimmick untuk menarik perhatian?

Kini, dengan munculnya mesin cuci manusia bertenaga AI, praktik “pencucian AI” semakin meluas dan mencapai tingkat yang baru. Pertanyaannya, apakah semua inovasi berlabel “AI” ini benar-benar memberikan solusi yang kita butuhkan, ataukah hanya sebuah taktik pemasaran untuk menipu konsumen? Sebagai konsumen yang cerdas, kita perlu lebih kritis dalam menilai klaim perusahaan dan memilih produk yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan kita.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.