Selasa, November 18, 2025

Merantau: Antara Tumbuh atau Tersesat di Jalan

Mei Delima Pittauli Simbolon
Mei Delima Pittauli Simbolon
Mahasiswa Fisioterapi Universitas Airlangga
- Advertisement -

Merantau selalu punya daya tarik tersendiri bagi anak muda Indonesia. Sejak lama, kisah para perantau kerap dijadikan simbol perjuangan dan kemandirian. Ada kebanggaan tersendiri saat bisa berkata, “Aku merantau.” Namun di balik kisah heroik itu, merantau juga menyimpan cerita lain tentang sepi, tekanan, bahkan kehilangan jati diri. Pertanyaannya, apakah merantau benar-benar membuat seseorang menjadi lebih baik, atau justru membuka sisi rapuh yang selama ini tersembunyi?

Bagi mahasiswa semester awal, terutama yang baru meninggalkan rumah untuk pertama kalinya, merantau terasa seperti membuka babak baru dalam hidup. Semua serba asing seperti lingkungan, teman, hingga rutinitas harian. Tidak ada lagi ibu yang mengingatkan makan, atau ayah yang menjemput saat hujan. Dari situ, seseorang mulai belajar arti tanggung jawab dan mandiri. Mengatur uang bulanan, mencuci baju sendiri, hingga menyiapkan sarapan dengan segala keterbatasan. Perlahan, rasa nyaman digantikan dengan kedewasaan yang tumbuh lewat kesulitan kecil sehari-hari.

Namun, tidak semua kisah perantau berakhir manis. Ada yang tersesat di tengah kebebasan. Ada pula yang tenggelam dalam kesepian, kehilangan motivasi, atau bahkan lupa tujuan awal datang ke kota. Di sini, merantau menjadi ujian yang sebenarnya, apakah seseorang cukup kuat menghadapi kenyataan tanpa dukungan langsung dari keluarga? Tidak sedikit yang jatuh, tapi banyak juga yang bangkit lebih tangguh. Merantau, pada akhirnya, adalah perjalanan mental yang tak semua orang siap jalani.

Meski begitu, merantau tetap punya sisi indahnya sendiri. Dari pengalaman bertemu orang baru, menghadapi tantangan, hingga belajar memahami diri, seseorang tumbuh menjadi versi dirinya yang lebih kuat. Ada kepuasan tersendiri ketika menyadari bahwa segala hal yang dulu tampak sulit kini bisa dihadapi seorang diri. Kadang, justru di kota asing itulah seseorang benar-benar menemukan siapa dirinya sebenarnya.

Jadi, apakah merantau membuat seseorang menjadi lebih baik atau lebih buruk? Barangkali jawabannya tidak sesederhana itu. Merantau adalah ruang belajar yang luas tentang hidup, tentang manusia, dan tentang diri sendiri. Ia bisa jadi batu loncatan menuju kemandirian, atau jebakan jika dijalani tanpa arah. Pada akhirnya, yang menentukan bukan seberapa jauh kita pergi, melainkan seberapa dalam kita tumbuh dari setiap langkah yang diambil.

Mei Delima Pittauli Simbolon
Mei Delima Pittauli Simbolon
Mahasiswa Fisioterapi Universitas Airlangga
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.