Sabtu, April 20, 2024

Menilik Feminisme dalam Film Moana

Oshima Vicky
Oshima Vicky
Mahasiswi Hubungan Internasional

Pada tahun 2016, Disney kembali merilis sebuah film yang bertajuk “Moana”. Film tersebut mengisahkan tentang sesosok wanita kuat berambut hitam yang ikal, dan berkulit sawo matang. Tidak hanya mengisahkan tentang Moana, film tersebut juga mengisahkan tentang tokoh atau karakter lain di dalam film seperti nenek Moana yaitu Tala, Te Fiti dan juga Teka.

Moana merupakan anak dari seorang kepala suku di sebuah pulau Bernama Matonui yang terletak di wilayah tropis Samudera Pasifik. “Moana” di dalam Bahasa Maori memiliki arti yaitu Samudera, cocok dengan latar dan alur cerita film tersebut yaitu Samudera.

Film ini menunjukkan bahwa sosok perempuan dapat lebih kuat atau setara dengan laki-laki seolah-olah dapat hidup sendiri. Hal tersebutlah yang saat ini kerap disebut dengan feminisme yang merupakan salah satu ideologi.

Menurut kamus Ofxord, ideologi merupakan keseluruhan sistem berfikir, nilai-nilai dan sikap dasar suatu kelompok sosial atau kebudayaan tertentu. Sedangkan feminisme sendiri merupakan suatu Gerakan di kalangan perempuan yang memiliki tujuan untuk membela hak-hak kaum perempuan. Gerakan tersebut bermula pada abad ke-20 sebagai aksi untuk menuntut kesamaan hak antara kaum laki-laki dengan perempuan.

Awalnya, film ini menampilkan budaya-budaya patriarki yang hingga saat ini masih sangat kental terutama di Negara Indonesia. Budaya patriarki yang ditunjukkan di dalam film ialah seperti segala aturan dibuat oleh kaum laki-laki, terutama sang kepala suku. Tetapi, diceritakan bahwa Moana lah yang akan mewarisi atau meneruskan tahta ayahnya. Ketika terjadi suatu masalah di pulau tersebut, Moana mencoba untuk memberikan solusi, akan tetapi selalu ditolak oleh sang ayah atau si kepala suku tersebut. Melihat Moana yang dapat mengutarakan pendapatnya dapat kita simpulkan bahwa posisi Moana sudah setara dengan kepala suku.

Moana merupakan film dimana menunjukkan feminisme yang memang belum ada di film-film Disney sebelumnya. Di dalam film tersebut diceritakan juga sosok Maui yang merupakan makhluk setengah dewa yang mempunyai karakter luar biasa akan tetapi memiliki kelemahan seperti rasa pesimisme yang tinggi, sikap mudah menyerah, hingga takut untuk gagal.

Selain Maui, tokoh lain yaitu Chief Tui, ayah Moana si kepala suku yang memiliki sikap tidak berani untuk mengambil resiko yang sangat berbeda dengan tokoh atau karakter Moana yang memiliki semangat tinggi, tidak takut gagal, dan berani mengambil resiko dalam memutuskan suatu hal.

Hal yang menarik dari film ini merupakan sikap kepemimpinan atau jiwa leadership yang dimiliki oleh Moana dimana seorang perempuan dapat menjadi pemimpin dan pemimpin sejati akan selalu mementingkan rakyatnya terlebih dahulu. Moana membuktikan bahwa jiwa pemimpin tidak hanya dimiliki oleh laki-laki, tetapi juga dimiliki oleh perempuan yang bahkan berkulit hitam sekalipun.

Dengan sikap mandiri, Tangguh, tidak bergantung terhadap orang lain, berani, dan mudah menyerah yang membuat karakter Moana dapat meraih tujuannya tersebut mendefinisikan bagaimana seorang pemimpin sejati tersebut. Dari film Moana, kita dapat mengetahui bahwa untuk hal kepemimpinan, hak laki-laki dan perempuan ialah sama atau setara, baik yang berkulit putih maupun hitam.

Representasi

Seperti yang kita ketahui bahwa adanya standar kecantikan dimana seorang perempuan dikatakan cantik apabila memiliki kulit yang putih, bertubuh langsing, berambut lurus, dan memiliki postur tubuh yang tinggi langsung dipatahkan oleh adanya berbagai karakter di dalam film Moana tersebut seperti Moana yang berkulit sawo matang dan berambut ikal. Ada juga Tala, nenek Moana yang menggunakan tato di tubuhnya dimana di kehidupan nyata, perempuan yang bertato tentu mendapatkan stigma yang negatif.

Selain redefinisi tentang kecantikan yang terdapat di dalam film Moana tersebut, banyak scene lain yang menunjukkan representasi feminisme yang terdapat di dalam Film Moana seperti yang terjadi pada scene dimana Moana dilarang pergi ke tengah laut oleh ayahnya yang pada akhirnya Moana tetap pergi berlayar sendiri dengan pengalaman yang tentu minim. Dalam scene tersebut dijelaskan bahwa perempuan yang dikatakan lemah, tidak dapat melakukan apapun sendirian karena keterbatasan fisik yang tidak setangguh laki-laki tidak dimunculkan. Sebaliknya, diceritakan sosok perempuan seperti karakter Moana yang berani dan Tangguh sebagaimana representasi dari ideologi Feminisme.

Maui merupakan makhluk setengah dewa yang memiliki kekuatan (fisik) yang luar biasa tersebut memiliki berbagai kelemahan seperti yang ditunjukkan pada scene dimana Moana melawan musuh yaitu Kakamora dan juga Sebastian seorang diri. Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang wanita dapat bertarung sama halnya dengan laki-laki.

Scene lain ketika Maui pergi meninggalkan Moana karena rasa pesimis yang tinggi dan takut akan kegagalan menunjukkan bahwa seorang wanita merupakan sosok yang mandiri dan tidak bergantung kepada laki-laki, dibuktikan dengan Moana yang tetap pergi untuk melanjutkan perjalanannya menuju Te Fiti.

Teka yang merupakan musuh di dalam film ini dapat luluh dengan Moana. Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya perempuan lah yang mengerti dengan sesame perempuan yang lain.

Dari film Moana, kita dapat melihat dengan jelas tentang adanya kesetaraan gender. Feminisme menjadi fokus utama di dalam film ini dimana perempuan memiliki hak yang setara dengan laki-laki di berbagai bidang seperti di dalam hal kepemimpinan, dll.

The past shouldn’t be feared for it guides our future -Moana-

Oshima Vicky
Oshima Vicky
Mahasiswi Hubungan Internasional
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.