Sabtu, April 20, 2024

Menguji Emil Dardak Mengelola Partai Secara Profesional

Dewangga Pratama
Dewangga Pratama
Mahasiswa Sosiologi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Partai Demokrat terus berbenah diri sejak Susilo bambang Yudhoyono (SBY) menunjuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum dari Partai yang dibangun olehnya, dengan diwarnai banyak drama politik, mulai dari kekalahan AHY di Pilkada DKI Jakarta sampai munculnya wacana dualisme dari Partai Demokrat yang memunculkan dua matahari dalam Partai Demokrat, meskipun akhirnya secara hukum dimenangkan oleh kubu AHY.

Semua prahara itu adalah ujian awal untuk AHY dalam menahkodai Partai yang mengantarkan Ayahandanya menjadi Presiden selama dua periode di Indonesia. Mengingat sejak Pileg 2014 dan Pileg 2019 perolehan suara Partai Demokrat terjun bebas, dari 10,9% menjadi hanya 7,7% ini menjadi catatan serta tantangan penting bagi AHY untuk menjalankan kapal yang pernah besar di era ayahandanya.

Perolehan kursi DPR-RI untuk Partai Demokrat sendiri pada tahun 2014 hanya sebanyak 61 kursi, sedangkan pada tahun 2019 turun menjadi hanya 54 kursi. Dengan masalah yang cukup pelik ini salah satu langkah strategis yang dilakukan AHY adalah memilih Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur.

Proses pemilihan Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur menjadi ombak baru bagi kepemimpinan AHY, di mana saat itu ada dua calon yang maju sebagai Ketua DPD Demokrat Jawa Timur. Pertama ada Bayu Airlangga, menantu dari Soekarwo, mantan Gubernur Jawa Timur dan juga salah satu sesepuh Partai Demokrat yang sekarang juga menjabat sebagai Wantimpres di era Jokowi. Kedua ada Emil Dardak, mantan Bupati Trenggalek yang sekarang mengemban amanah sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur.

Pada proses penjaringan dukungan dari DPC-DPC Kubu bayu mengklaim bahwa mendapatkan dukungan sebanyak 25 DPC Sedangkan kubu Emil Dardak mendapatkan dukungan sebanyak 13 DPC. Namun yang terjadi adalah DPP Partai Demokrat memilih Emil Dardak sebagai ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur, dengan pertimbangan salah satunya pengalaman politik Emil Dardak yang pernah menjadi Bupati Trenggalek dan sekarang menjadi Wakil gubernur Jawa Timur, sedangkan Bayu sekarang menjadi anggota DPRD Provinsi.

Setelah pelantikan sebagai Ketua DPD Partai Demokrat jawa Timur, Emil Dardak langsung membentuk komposisi DPD Partai Demokrat, Emil Dardak menyebut komposisi pengurus baru DPD Partai Demokrat Jawa Timur 64 persen di antaranya berusia di bawah 40 tahun. Pemilihan komposisi ini tidak serta merta hanya kumpulan anak muda, namun di dalamnya juga ada beberapa Kepala Daerah sampai anak dari Khofifah dan La Nyalla.

Komposisi ini ingin dibuktikan oleh Emil Dardak bahwa dia adalah sosok terdepan sebagai politikus muda yang bisa mengumpulkan anak-anak muda untuk mengelola Partai secara profesional. Semangat ini sejatinya juga menjadi salah satu alasan DPP memilih Emil Dardak, karena mengingat citra yang dibangun oleh AHY juga mirip seperti Emil Dardak, sebagai garda terdepan kaula-kaula muda berpolitik praktis.

Komposisi ini semakin memperkuat bahwa AHY-Emil ingin membawa DPD Partai Demokrat Jawa Timur sebagai perkumpulan pemuda yang profesional untuk membangun Partai Demokrat serta membirukan Jawa Timur.

Menguji Emil Dardak

Dalam suatu peperangan tidak ada peperangan yang dimenangkan tanpa menciptakan korban, termasuk kemenangan Emil sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur, yang menjadi korban adalah pihak Bayu Airlangga, karena Bayu merasa bahwa dia didukung oleh 25 DPC dan Emil hanya didukung oleh 13 DPC. Namun DPP memilih Emil Dardak sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur.

Dalam komposisi kepengurusan DPD Partai Demokrat Jawa Timur juga ada beberapa tokoh yang memiliki pengaruh politik kuat di Jawa Timur, ada Khofifah dan juga La nyalla. Kekalahan Bayu juga tidak bisa dilihat hanya sebagai kekalahan biasa, mengingat kembali Bayu merupakan menantu dari Soekarwo, yang notabene sebagai sesepuh Partai Demokrat.

Emil Dardak dalam pusaran masalah untuk bagaimana dia menahkodai Partai Demokrat Jawa Timur, Emil membutuhkan suatu keajaiban yang disebut political settlement, atau penyelesaian politik. Dalam jurnal berjudul Political Settlement tulisan dari Jonathan Di John dan James Putzel menjelaskan bahwa Penyelesaian politik didefinisikan oleh Departemen Pembangunan Internasional Inggris (DFID) sebagai “penempaan pemahaman bersama, biasanya di antara elit politik, bahwa kepentingan atau keyakinan terbaik mereka dilayani melalui persetujuan terhadap kerangka kerja untuk mengelola kekuasaan politik”.

Penyelesaian politik memanifestasikan dirinya dalam struktur hak milik dan hak milik, yang memberi beberapa aktor sosial lebih banyak keuntungan distribusi daripada yang lain, dan dalam struktur peraturan Partai dan Kekuasaan.

Komposisi anak-anak muda yang dimiliki Emil Dardak dalam Partai Demokrat Jawa Timur memang bagus, namun yang menarik adalah bagaimana Emil memperlihatkan penyelesaian atas masalah politik yang sedang dialami sekarang, mengingat terpilihnya Emil tidak serta merta karena dirinya sendiri, banyak elit-elit politik juga mendukungnya, yang notabene juga memiliki pengaruh.

Maka, Emil Dardak harus menemukan pemahaman bersama kepada semua elit yang mendukungnya serta mencoba berkomunikasi dengan lawan politiknya, dengan satu tujuan untuk kemajuan Partai Demokrat Jawa Timur atau komposisi yang Emil bangun hanya akan menjadi boneka-boneka para elit dan Emil tidak mempunyai kendali pada Partai Demokrat.

Ini akan menentukan langkah bagaimana Emil Dardak mengelola Partai secara Profesional atau tidak.

Dewangga Pratama
Dewangga Pratama
Mahasiswa Sosiologi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.