Jumat, Mei 3, 2024

Mengenal Gejala Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Niken Feby
Niken Feby
Syarief Hidayatullah State Islamic University, Jakarta Psychology Student

Sedikit membahas tentang remaja, saya sempat mengulas beberapa hal menarik tentang pengertian remaja berdasarkan bidang psikologi.

Menurut Stenly Hall (1904, dalam Santrock, 2003) seorang bapak aktivis psikologi perkembangan remaja, mengungkapkan bahwa masa remaja ini dianggap sebagai masa topan badai dan juga stress, karena mendapati keinginan memiliki kebebasan untuk menentukan nasib diri sendiri. Apabila mereka terarah dengan baik maka itu akan menjadi sebuah individu yang memiliki tanggung jawab, akan tetapi jika tidak dibimbing dengan baik, maka dapat berdampak menjadi seseorang yang tidak memiliki masa depan.

Kebanyakan remaja sudah mengalami stres di usianya yang cukup muda, mengalami hal-hal yang berkaitan dengan kekerasan, atau peristiwa besar, yang menimbulkan rasa trauma. hal tersebut dapat menjadikan keseimbangan mentalnya pun menjadi tidak stabil.

Sebagian  dari kita lebih memilih untuk menjudge sesuatu tanpa mengetahui terlebih dahulu apa sih yang terjadi sama mereka, sehingga mereka harus melakukan hal-hal yang mungkin bagi kita itu adalah hal negative, hal yang tidak baik untuk dicontoh.

PTSD

(Sunardi,2007) Mendefinisikan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan  sebuah gangguan kejiwaan yang muncul pasca mengalami atau menyaksikan kejadian-kejadian yang membahayakan kondisi kejiwaan seseorang, contohnya seperti: Kekerasan individual seperti pelecehan seksual, Kekerasan yang dilakukan orang tua, bencana alam, kecelakaan serius, dan kekerasan fisik.

Gejala PTSD

Menurut (2013 dalam Hatta, 2016) Kemunculan gejala PTSD ini sangatlah beragam, sewaktu-waktu gejala muncul setelah 1 bulan mengalami kejadian traumatis. Menurut (2013 Hatta, 2016) Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorder PTSD memiliki 4 gejala

a). Intrusive Re-Experiencing kembalinya peristiwa traumatis kepada ingatan penderita, Gejalanya seperti :

  • Ingatan yang tidak kita inginkan dan sifatnya mengganggu dengan datang secara berulang
  • Nightmares ( mimpi buruk mengenai peristiwa tersebut secara berulang)
  • Flashback ( merasa sebuah kejadian atau peristiwa yang menyedihkan tersebut kembali terulang)

b).  Avoidance adalah menghindari hal-hal yang berkaitan dengan trauma dan perasaan yang terpecah. Gejala-gejlanya seperti:

  • Menghindari tempat , kejadian, yang dapat mengingatkan kepada kejadian traumatis tersebut.
  • Mencoba untuk menghindari mersakan, berfikir, atapun percakapan yang berkaitan dengan peristiwa traumatis.

c). Negative ateractions in mood and cognition merupakan perubahan negative pola berfikir dan mood yakni penyimpangan secara persisten. Gejala-gejalanya seperti :

  • Berfikiran negative tentang orang lain, diri sendiri, lingkungan atau bahkan dunia (tidak ada yang bisa aku percayai, dunia ini begitu kejam, aku ini terlalu buruk, dunia ini berbahaya, dia orang yang jahat)
  • Masalah memori, seperti tidak dapat mengingat hal yang penting dari peristiwa traumatis

d). Arrousal suatu individu yang mengalami kesadaran secara berlebih, Gejala-gejalanya seperti:

  • Sensitivitas meningkat, didapati seperti mudah kaget, ketakutan, mudah sekali marah, tidak dapat mengendalikan emosi atau prilaku agresif.
  • Respon yang berlebihan terhadap sesuatu ( rasa malu atau bersalah yang luar biasa)

Faktor penyebab terjadinya Gejala PTSD

Menurut (Hamblen, 2005) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya gejala PTSD terhadap remaja yaitu seberapa parah kejadian atau peristiwa traumatis yang dialami, reaksi berlebih terhadap kejadian trumatis, dan lama berlangsungnya kejadian yang menyebabkan traumatis tersebut.

Menurut penelitian (Paramitha & Kusrianti 2018), yang menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi gejala PTSD terhadap seseorang ini adalah pernah mengalami secara langsung peristiwa kekerasan yang terjadi, orang yang mengalami langsung peritiwa kekerasan tersebut memiliki gejala PTSD lebih tinggi dibanding orang yang  menyaksikan saja. Akibatnya remaja yang mengalami langsung sebagai korban dibalik peristiwa kekerasan oleh orang tua mengalami efek berupa trauma fisik dan juga trauma psikologis yang lebih besar disbanding individu yang hanya menyaksikan.

Cara Penanggulangan Penanganan PTSD 

Menurut Lazarus dan juga Folkman ( dalam Jurnal Ilmiah Bersekala Psikologi, Vol 11 No 1, 2012) coping berlangsung dengan strategi yang bersifat kognitif dan behavioral. Strategi tersebut adalah:

a). Strategi yang digunakan untuk mengatasi situasi dapat menimbulkan stress (Problem Focused Coping). Problem Focused Coping merupakan cara penyelesaiian masalah yang dihadapi, sehingga individu dapat terbebas dari masalahnya.

Bentuk Strategi coping sebagai berikut:

  • Exircised Cauotion (Cautiousness) Merupakan individu yang berfikir dan juga mempertimbangkan beberapa kemungkinan pemecahan masalah yang sudah tersedia, seperti meminta pendapat orang lain, berhati-hati dalam mengambil keputusan dan menilai kembali strategi yang digunakan sebelumnya.
  • Instrumental Action. Merupakan sebuah Tindakan individu yang diarahkan kepada penyelesaian masalah secara langsung, serta menyusun langkah yang akan dilakukan.
  • Negotiation (Negosiasi), adalah beberapa udaha yang dilakukan oleh seseorang yang ditujukan terhadap orang lain yang juga terlibat, merupakan penyebab masalahnya untuk ikut serta menyelesaikan masalah.

b). Strategi Coping digunakan untuk mengatasi emosi negatif yang mengiringi (Emotion Focused Coping). Strategi ini juga dapat meredakan emosi seseorang yang timbul dikarenakan stressor (sumber stress),

Bentuk Strategi Coping sebagai berikut:

  • Escapism (Menghindar). Merupakan prilaku menghindari suatu masalah dengan cara membayangkan berada didalam suatu situasi yang menyenangkan, menghindari masalah dengan makanataupun tidur.
  • Minimization (pengabaian). Merupakan sebuah tindakan menghindari masalah dengan memandang seakan-akan masalah yang dihadapi itu jauh lebih ringan daripada yang sebenarnya.
  • Self Blame (Menyalahkan diri). Merupakan strategi tidak aktif yeng lebih mengarah ke dalam, daripada usaha untuk keluar dari masalah.

Seeking Meaning ( Berdoa). Merupakan suatu proses dimana individu mencari sebuah arti kegagalan yang sebenarnya dialami oleh dirinya sendiri dan mencoba mencari hal-hal penting didalam hidupnya. Dalam hal ini seperti mencari hikmah atau pelajaran yang dapat kita petik dari masalah yang sudah dialami sebelumnya

Daftar Pustaka

American Psychiatric Association, (2020). Post Traumatic Stress Disorder. Retreived Agustus 01, 2020, fom Psychiatry.org: https://www.psychiatry.org/patients-families/ptsd/what-is-ptsd. Antasari, M. L. (2011). Peran dukungan sosial terhadap pertumbuhan pasca trauma: Studi Meta Analisis, Jurnal Psikologi, 6 (1), 365-382. Anty, (2020, 10 Januari). Kekerasan pada anak. Lokadata. https://www.amp.lokadata.id/amp/2020-kekerasan-pada-anak-tak-menurun. Hatta, K. (2016). Trauma dan pemulihannya. Dakwah Ar-Raniry press. Levers, Liza Lopes. 2012. Trauma Conseling Theories and Interventions. New York: Springer Publishing Company. Sunardi. (2007). Gangguan stress pasca trauma (post traumaic stress disorder) dalam persepektif konseling. jurnal GSPT. 1(1), 1-17.

Niken Feby
Niken Feby
Syarief Hidayatullah State Islamic University, Jakarta Psychology Student
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.