Jumat, Maret 29, 2024

Mengelola dan Mengevaluasi Konten di Berbagai Media Sosial

Yurika Nf
Yurika Nf
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Di era teknologi yang semakin berkembang ini dan dengan adanya jaringan internet ada yang dikenal dengan “Content Creator”. Menurut State of Digital Publishing, content creator adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk setiap informasi yang ada di media, terutama media digital.

Berbagai kalangan berlomba-lomba ingin menjadi content creator. Pasalnya menjadi content creator ini tidak harus orang yang profesional saja tetapi apabila mempunyai keinginan dan tekat untuk membuat konten secara kreatif maka kita sudah bisa menjadi seorang creator.

Selain canggihnya teknologi, peluang yang tinggi serta penggunaan sosial media saat ini mendukung para content creator. Seorang content creator harus konsisten dalam membuat konten yang akan dishare ke khalayak. Tapi gimana si menjadi seorang content creator? Untuk itu saya Yurika Nurul Fauziah mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan ingin berbagi cerita dari pengalaman pribadi sebagai content creator. Untuk kalian yang ingin menjadi content creator disimak ya!

Menjadi seorang content creator itu mudah tak mudah. Pasalnya menjadi content creator harus memiliki kreativitas yang tinggi dan konsisten dalam membuat konten. Seperti yang saya alami konten yang dibuat harus dikemas semenarik mungkin. Kenapa?

Karena sebuah konten yang diminati dan dapat ditonton khalayak adalah konten yang indah. Sebelum memutuskan menjadi content creator diusahakan untuk memikirkan terlebih dahulu perangkat dan media apa yang akan digunakan sebagai wadah untuk menshare konten.

Perangkat yang digunakan akan memberi potensi yang sangat besar. Hal yang terpenting menjadi seorang content creator adalah belajar konsisten. Dengan konsisten kita dapat mengupload konten sesering mungkin akan mendapat respon yang baik dari khalayak yang menontonnya.

Biasanya seorang content creator sudah memiliki target audience. Sehingga ia tinggal memikirkan perangkat dan media apa yang akan digunakan. Perangkat yang digunakan untuk membuat konten saat ini tidak ada patokan harus menggunakan apa, bisa menggunakan camera atau kamera handphone yang bisa merekam suatu video. Media yang digunakan untuk mengshare konten ada media sosial.

Banyak berbagai media sosial yang bisa di akses tergantung bagaimana kita memilih dan menggunakannya. Pengalaman ku sebagai content creator yaitu menjadi seorang creator yang memiliki suatu ciri khas dalam sebuah konten. Hal ini bertujuan agar tontonan yang dilihat oleh khalayak terdapat kesan yang berbeda dari creator lain.

Seperti pengalaman saya tahun lalu membuat konten yang dishare di beberapa media sosial seperti Youtube, TikTok dan Twiter. Saat ini, sosial media tersebut sedang diminati kaum Milenial . Faktanya selain mudah di akses juga mudah untuk tersebar serta lebih mudah mendapatkan suatu informasi. Lalu bagaimana si cara membuat kontennya? Aku share pengalamanku yaa!

Sebelum konten tersebut dishare tentu membuat konsep terlebih dahulu. Membuat konsep sangat perlu, agar khalayak dapat menikmati dan mengerti maksud dari konten tersebut. Konsep yang dibuat pada saat itu, mereview sebuah produk miceller water brand garnier. Sebelum filming tentu harus mencari tahu informasi tentang produk tersebut dari mulai kegunaan, kandungan dan cara menggunakannya.

Hal tersebut agar informasi yang akan disampaikan dapat diterima karena sudah dilakukannya riset. Lalu melakukan filming dengan memperhatikan cahaya, suara, tata kamera agar menghasilkan video yang bagus. Lanjut melakukan rekaman untuk mengisi voice over agar kesan dalam video tersebut tidak monoton. Tahap finishing dari proses pembuatan kontennya yaitu tahap editing. Setelah semua selesai baru konten tersebut bisa di upload di Youtube.

Sebuah tontonan yang dishare di Youtube tentu harus dapat dilihat khalayak, bagaimana caranya? Nah caranya tentu kita harus membuat judul semenarik mungkin agar penonton tertarik untuk menontonnya. Sehingga nanti apabila banyak viewers nya, peluang untuk mendapatkan subscribe lebih mudah dan banyak. Selain itu, harus memikirkan cara mempertahankan subscribe yaitu dengan cara konsisten dalam mengupload konten di Youtube. Hanya saja pada saat itu saya hanya membuat dua konten sebagai syarat dalam menempuh suatu mata kuliah saja.

Konten kedua yang saya buat yaitu berupa podcast. Podcast yang dibuat berisi tentang pengetahuan teori komunikasi. Dalam membuat podcast pun tentu harus memikirkan konsep untuk mengemasnya agar tertarik untuk didengar.

Saat itu, saya mengemas podcast tersebut dengan merekam terlebih dahulu suara saya dan menyelipkan informasi-informasi penting didalamnya berdasarkan teori dan sumber yang ada. Hal ini bertujuan agar argument yang dikemukakan dalam podcast tersebut tidak sembarangan memberi informasi.

Podcast tersebut diupload di Anchor. Anchor merupakan suatu aplikasi untuk merekam, menambahkan sound, dan mengupload podcast secara mudah. Banyak orang yang belum mengatahui aplikasi ini, apalagi orang yang jarang dan bahkan tidak suka mendengarkan podcast. Untuk itu, agar podcast saya banyak yang mengetahui dan mendengarkan maka saat itu link tersebut dishare melalui Twiter.

Alasan memilih sosial media Twiter karena pada saat itu, membuat podcast merupakan sebuah tugas untuk memenuhi penilaian salah satu mata kuliah. Link yang akan di share di Twiter tentu harus banyak mendapatkan like dan retweet agar lebih banyak orang yang ingin mendengarkan podcast yang sudah di buat.

Proses pembuatan kedua konten tersebut tentu tidak mudah dan banyak melalui berbagai perbaikan. Sehingga apabila suatu konten tersebut kurang diminati khalayak maka sebagai content creator harus benar-benar memperhatikan segala sesuatunya dengan detail. Sebagai content creator pun harus konsisten membuat konten- konten yang akan diupload.

Pada saat ini yang sedang trend dan menjadi peluang baru untuk seorang content creator yang sudah pro maupun pemula yaitu Tiktok. Salah satu konten yang saya buat di tiktok yaitu seperti daily activity dengan konsep estetik. Konsep tersebut banyak diminati khalayak yang membuka dan menonton tontonan di Tiktok. Selain itu, pemilihan sound pun sangat berpengaruh terhadap viewers dan like yang akan didapat. Apabila sound tersebut sedang diminati masyarakat maka kemungkinan tontonan kita pun akan dilihat dan di tonton khalayak.

Konten yang berkualitas bukan hanya memikirkan tentang tingkat keoriginalan, panjangnya kata dan tata bahasa. Melainkan bobotnya yang lebih detail ketimbang yang lain serta dapat dinilai dengan memberikan informasi serta panduan yang bisa menyelesaikan permasalahan. Lalu bagaimana cara menyajikan konten agar tidak membosankan?

Dalam membuat konten tentu menggunakan suatu metode. Metode yang digunakan dalam konten saya yaitu dengan cara strategi target marketing. Promosi merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Nah, untuk mempromosikan konten, jangan sampai salah sasaran. Dalam artian, jangan mempromosikan konten yang tidak sesuai dengan tempatnya melainkan yang relavan dengan topik yang kalian buat.

Membuat konten yang berkualitas memang memakan waktu lebih lama dari konten biasa. Bahkan jeda waktu nya bisa berlipat-lipat karena ada proses riset terlebih dahulu karena google akan selalu mengutamakan konten berkualitas di atas konten lain.

Dalam menjalankan strategi content marketing, kita membutuhkan konten yang menarik dan berkualitas. Konten juga perlu memenuhi beberapa aspek, seperti SEO, target audiens, dan lainnya. Tak heran, faktanya 65% perusahaan mengatakan kesulitan dalam memproduksi konten yang menarik.

Namun, sebagai peran content creator harus dapat memproduksi konten menarik secara konsisten. Lalu membangun Konsisten Branding artinya seorang content creator mampu merealisasikan strategi dalam bentuk karya-karya yang unik dan menarik. Misalnya, dalam penggunaan font, warna, dan tone yang tepat sesuai dengan brand image. Selanjutnya membantu tampil sebagai Expert.

Konten yang relevan dan bermanfaat dapat membantu khalayak mengenal kita sebagai ahli di bidangnya. Lalu mengelola dan membuat strategi konten. Membangun konten yang konsisten membutuhkan strategi dan perencanaan yang tepat. Ada beberapa langkah dalam membangun konten yang baik. Hanya perlu mengetahui siapa target pasar, apa kebutuhan target pasar, serta kapan mempublish konten tertentu. Konten perlu dibuat mudah dipahami dan dipelajari.

Nah, content creator dapat memudahkan dalam melakukan proses ini. Sehingga menjadi mudah mencapai tujuan pemasaran karena pembuatan konten sesuai dengan perencanaan yang tepat. Terakhir, membantu konten lebih mudah ditemukan. Untuk mencapai tujuan content marketing, membutuhkan beberapa strategi SEO, seperti penggunaan kata kunci, kualitas konten yang baik, dan lainnya. Jadi, selain membuat konten yang menarik juga perlu menerapkan optimasi SEO pada konten.

Dalam membuat konten tentu banyak kekurangannya, seperti kekurangan pada konten yang saya buat. Konten yang saya buat harus melakukan perbaikan yang lebih baik lagi, seperti konsep yang harus di variasikan lagi, menataan cahaya dan letak serta kualitas kamera yang digunakan pun harus diperhatikan. Hal ini bertujuan agar semua orang yang menonton atau mengetahui konten kita tertarik untuk melihat dan mendukung serta mengapresiasi konten kita dengan cara like, subscribe dan share.

Ketiga cara tersebut sangat membantu content creator dalam menyebarluaskan kontennya. Dengan demikian, konten yang akan dibuat di waktu yang akan datang hadir dengan konsep yang berbeda. Khalayak akan lebih menyukai dan mengapresiasi konten yang estetik dan tidak monoton.

Jadi, itu lah pengalaman saya dalam membuat konten! Semoga bermanfaat.

Yurika Nf
Yurika Nf
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.