Kamis, April 25, 2024

Mendesain Kafe sebagai Alternatif Tempat Belajar

Ali Efendi
Ali Efendi
Kepala SMPM 14 Persantren Karangasem Paciran. Tinggal di Kampung Nelayan Paciran Lamongan Jatim

Dulu, mayoritas masyarakat Indonesia mengenal warkop (warung kopi), namun sekarang lebih trend dengan istilah kafe (Bahasa Prancis: café) atau coffeeshop (kedai kopi). Warkop atau kedai kopi sebagai tempat menjual minuman dan makanan ringan dengan menu utama kopi.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin kompleks, istilah warkop telah tergerser menjadi kafe khususnya bagi kaum milenial. Konsep kafe telah beradaptasi dengan perubahan zaman, tujuannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan menawarkan beragam makanan dan minuman.

Kafe memang berbeda dengan rumah makan, warung makan, depot atau restoran yang menyediakan menu utama makanan berat, tetapi kafe lebih fokus untuk menyediakan tempat nongkrong dan ngobrol dengan tampilan yang fleksibel. Konsumen biasanya lebih krasan untuk berlama-lama di kafe, walaupun hanya sekedar ngobrol dan duduk-duduk dengan bestie (teman dekat).

Bisnis kafe saat ini telah dilirik oleh banyak kalangan sehingga kegiatan membuka usaha kafe merupakan salah satu alternatif. Bahkan usaha bisnis kafe menjadi bagian dari Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) yang mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Tentu saja dalam membuka bisnis kafe harus memiliki dasar dan pertimbangan yang rasional, di antaranya; bisnis kafe tidak akan mati, keuntungan menjajikan, nilai jual lumayan tinggi, modal awal tidak terlau besar, orang Indonesia menyukai kopi, menu yang disuguhkan sederhana, tempat tidak harus mewah yang penting nyaman, dan kafe merupakan tempat serba guna (Damaya Ardian, 2019).

Tidak heran sekarang bisnis kafe tumbuh subur hingga ke pelosok desa bagaikan cendawan di musim penghujan. Pelaku bisnis kafe banar-benar memahami kebutuhan konsumen sehingga kafe menjelma menjadi rumah kedua bagi konsumen, khususnya bagi usia remaja atau pelajar.

Tampilan tempat, dekorasi dan interior ditata dengan paduan seni yang natural telah memikat bagi konsumen untuk datang menjadi pelanggan tetap, terutama pelanggan remaja atau kaum milenial. Pengelola kafe menyuguhkan menu beragam sesuai dengan kebutuhan konsumen. Di samping itu, kafe juga memanjakan konsumen dengan fasilitas utama berupa wifi gratis.

Trend Pelajar Nongkrong di Kafe  

Kafe memang identik dengan tempat nongkrong yang populer dan favorit di kalangan kaum melenial. Saat ini kafe sudah magnet bagi peelajar, hal ini terbukti setiap kafe buka hampir dipenuhi pengunjung pelajar. Pendek kata kafe merupakan tempat alternatif lain untuk beraktifitas selain di sekolah dan rumah.

Fenomena pelajar nongkrong di kafe saat ini menjadi tradisi baru di era industry 4.0. Kebiasaan ini tidak hanya sebatas pelajar di kota-kota besar, namun telah menyebar hampir ke seluruh pelosok desa di Indonesia sebagai budaya baru yang digemari kelompok milenial.

Trend pelajar nongkrong di kafe tidak bisa langsung dijustifikasi sebagai dampak negatif kemajuan teknologi dan informasi saat ini. Tetapi harus dikaji dari berbagai perspektif sehingga diperoleh informasi yang valid dan lengkap tentang aktivitas pelajar selama di kafe.

Misalnya mengadakan pengamatan langsung di kafe, wawancara yang mendalam, dan menyebarkan angket kepada mereka. Dengan proses riset berbasis akademik, maka akan diperoleh gambaran yang obyektif.

Pelajar betah berlama-lama nongkrong di kafe tentu memiliki argumentasi yang rasional, baik alasan pisik maupun psikis. Bagi pelajar kafe sebagai tempat yang menawarkan suasana yang berbeda dibandingkan dengan rumah dan sekolah.

Di samping itu, kafe mempertemukan mereka dengan teman-teman yang berasal dari sekolah dan komunitas lainnya sehingga saling berbagi dan bercerita. Seharusnya kafe saat ini harus mampu menawarkan dan memodikasi dengan sentuhan edukasi, karena pangsa pasar kafe mayoritas dari kelompok milenial.

Alternatif Belajar Nyaman di Kafe 

Sebuah studi yang unik di Korea Selatan, bahwa kafe tidak hanya dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul dan bergaul dengan teman (hangout), tetapi kafe juga digunakan sebagai tempat untuk belajar (study cafe). 

Empat alasan para pelajar di Korea Selatan lebih tertarik belajar di study cafe dari pada belajar di perpustakaan, di antaranya; Pertama, belajar sambil menikmati menu makanan yang beragam. Kedua, menawarkan suasana yang berbeda. Ketiga, suasana memiliki pengaruh yang cukup besar, dan. Keempat, memberikan energi positif (Dhia Priyanka, 2019).

Potret penelitian yang terjadi di Korea Selatan sangat menarik karena pelajar menjadikan kafe sebagai salah satu alternatif tempat belajar. Tentu saja fenomena tersebut berbeda, jika dibandingkan dengan di Indonesia.

Memang ada sebagian pelajar dan mahasiswa yang telah memanfaatkan kafe sebagai tempat belajar untuk menyelesaikan tugas dan untuk pertemuan organisasi. Tetapi mayoritas pelajar di Indonesia belum memanfaatkan kafe sebagai tempat yang nyaman untuk belajar.

Padahal menurut beberapa teori hasil riset menunjukan bahwa kondisi lingkungan yang asri dan suasana yang nyaman dapat mempengaruhi motivasi belajar meningkat. Mestinya kafe dapat dijadikan alternatif tempat untuk belajar yang bagi pelajar, selain perpustakaan, kelas, kamar tidur, taman belajar, dan selasar kosong (student’s lounge).

Sudah saatnya kafe didesain dan modifikasi dengan sentuhan edukasi, karena pangsa pasar kafe mayoritas dari kelompok pelajar. Suguhan utama tetap kopi, tetapi menu baku-buku bacaan perlu disediakan yang diletakkan di tempat strategis. Di samping itu, dilengkapi fasilitas panggung seni sederhana untuk berekspresi menuangkan minat dan bakat yang dimiliki.

Kafe pelajar bisa menjadwal kegitan akademik seperti; diskusi, semiloka, dan Forum Discusion Group dengan mendatangkan idolanya untuk membahas isu-isu yang menarik khusus di kalangan kaum milenial. Semoga gagasan kafe khusus pelajar menjadi kenyataan. (*)

Daftar Referensi

  • Damaya Ardian. 2019. Kafepedia: A-Z tentang Bisnis Kafe. Yogyakarta: Laksana
  • Dhia Priyanka. 2019. https://journal.sociolla.com/lifestyle/belajar-di-study-cafe
Ali Efendi
Ali Efendi
Kepala SMPM 14 Persantren Karangasem Paciran. Tinggal di Kampung Nelayan Paciran Lamongan Jatim
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.