Jumat, April 26, 2024

Menagih Janji Kemerdekaan

ARIF BUDIMAN
ARIF BUDIMAN
Peneliti Muda, Penulis Lepas, Pemerhati Hukum, Sosial dan Agama Ketua III Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cab. DI.Yogyakarta. Kader Muda Nahdlatul Ulama.

Negara Republik Indonesia (NRI), kini sudah ber-umur 72 tahun setelah The Faunding Father Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekan pada 17 Agustus 1945. Tentu saja, masih terngiang di ingatan kita, betapa sulitnya indonesia untuk mencapai kata merdeka.

Memang Perlu perjuangan yang sangat panjang, kurang lebih selama 350 tahun rakyat indonesia menanggung derita. hanya bisa  ber-memimpi negeri yang tentram, nyaman dan tanpa penjajahan dan penindasan. Di atas cita-cita dan harapan inilah rakyat indonesia berjuang dengan sekuat tenaga bahwa indonesia harus mencapai kemerdekaan 100%.

Secara sadar, rakyat indonesia memahami bahwa Proklamasi hanya merupakan kemerdekaan dalam konteks politis. sedangkan, untuk menjadi negara yang berdaulat harus memenuhi kriteria sebagai sebuah negara. pertama : memiliki Geografis. kedua : Memiliki Pemerintahan. ketiga : Terdapat Rakyat. Ke-empat : pengakuan internasional. karena itu, perjuangan para pendiri bangsa tidak hanya bertumpu pada proklamasi. melainkan sampai pada Konferensi Internasional Meja Bundar, 29 Desember 1949. Hasil konferensi ini, secara dejure dan defacto indonesia merdeka dan berdaulat.

Menengok proses panjang tersebut, menjadi suatu keharusan generasi penerus bangsa untuk me-Refleksi-kan kembali spirit kemerdekaan ini. hal inipun senada dengan perkataan Bung Karno yang mengatakan “Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah”. dan siapa yang melupakan sejarah akan di gulung habis oleh sejarah itu sendiri. Pada gilirannya, Problematika bangsa ini adalah imbas dari tidak menghargai sejarah dan konsekuensi logisnya juga tidak menghargai perjuangan para pejuang bangsa ini.

Saat ini, kita sudah melewati beberapa Zaman yakni Zaman Kolonialisme dan Imprealisme, Zaman Kemerdekaan setelah Proklamasi atau Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi. Pertanyaannya, bagaimana kondisi bangsa indonesia dari zaman ke zaman. Banyak jawaban atas pertanyaan tersebut. Akan tetapi, kita memiliki jawaban yang hampir sama. Terlebih, terkait dengan persoalan kemiskinan yang saat ini semakin meningkat.

Persoalan kemiskinan sampai saat ini, belum mengalami perubahan tetap berada pada zona “kemiskinan”. Jika kita lihat Fenomena kemiskinan, sebagaimana Data BPJS terkait dengan keterlambatan penyaluran beras rakyat sejahtera menjadi pemicu meningkatnya kemiskinan. Peningkatan itu berada pada angka 5,67%. penduduk miskin di bulan Maret tercatat 27,77 juta orang atau sekitar 10,64 persen dari jumlah penduduk.

Karena itu, negara wajib mencari jalan keluar menyelesaikan permasalahan tersebut. akan tetapi, rasanya percuma, negara sedari dulu hingga sekarang menjadi pelaku atas kemiskinan itu sendiri. salah satunya, dengan mengkorupsi seluruh kekayaan negeri ini.

Fakta ini, membuat publik bertanya-tanya apakah kemerdekaan itu memang nyata atau hanya mimpi. tidak ada perbedaan Signifikan antara zaman kolonialisme dan sekarang ini. Pada akhirnya spirit merdeka ini, bertolak belakang dengan Nyanyian Koes Plus “Tanah kita Tanah Surga, Tongkat, kayu dan Batu jadi tanaman” dan “Kemerdekaan bagai panggang jauh dari Api”.

Saatnya, Era kemimpinan Presdien Jokowidodo, untuk mengembalikan kebesaran dan kejayaan indonesia di hari kemerdekaan ke-72 ini. Refleksi kemerdekaan, harus bertumpu pada problem besar bangsa seperti di sebutkan di atas.

Kemudian menjalankan Konsep Tri Sakti Bung Karno menjadi solusi, jika di jalankan dengan sungguh-sungguh niscaya kemerdekaan sepenuhnya akan terwujud. Berdaulat secara politik, tanpa intervensi akan melahirkan politik yang baik dan bersih, berdikari secara ekonomi tanpa membuka investasi dan keran Impor menjadi keharusan negeri, berkepribadian secara sosial dan budaya sebagai benteng terakhir agar tidak tergerus oleh arus modernisasi dan globalisasi.

Inilah jembatan emas, saatnya indonesia merdeka dengan sepehunya tanpa ada penghisapan dan perampasan.

ARIF BUDIMAN
ARIF BUDIMAN
Peneliti Muda, Penulis Lepas, Pemerhati Hukum, Sosial dan Agama Ketua III Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cab. DI.Yogyakarta. Kader Muda Nahdlatul Ulama.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.