Jumat, April 26, 2024

Memahami Zionisme Melalui Kitab Ester

Budi Kasmanto
Budi Kasmanto
1994-2017 menggembalakan jemaat, kini fokus menulis. Penulis buku Panggilan Berkhotbah, Penerbit ANDI Yogya. Kontributor Majalah Suara Baptis.

Memahami Zionisme Melalui Kitab Ester
Oleh Budi Kasmanto

Alkitab terdiri dari dua bagian yakni Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama dibagi dalam empat kelompok, yakni kitab-kitab Musa, sejarah, puisi dan nabi-nabi. Kitab-kitab sejarah mengisahkan kehidupan orang Israel atau Yahudi sejak menempati tanah Palestina hingga zaman pembuangan. Dan kitab sejarah terakhir adalah kitab Ester.
Kitab Ester adalah catatan sejarah orang Yahudi yang hidup di pembuangan pada zaman raja Ahasyweros atau Xerxes. Di dalamnya termuat penetapan hari raya Purim, yang disebut juga sebagai “Hari Mordekhai”, hari kemenangan Yahudi dari musuh-musuhnya, yang dirayakan dengan membacakan isi kitab ini. Pengaruhnya yang kuat terhadap orang Yahudi, membuat kitab ini bukan sekadar catatan sejarah mereka, tetapi memberi gambaran tentang karakteristik atau sifat khas mereka yang melekat hingga kini.
Hidup dalam Diaspora
Orang Israel mulai hidup di luar tanah kelahiran mereka sejak ditaklukkan oleh Asyur dan Babel. Mereka yang pulang pada zaman raja Koresh (Cyrus) dan tinggal di Yudea mengalami penyerakan lagi ketika Jenderal Titus menghancurkan Yerusalem pada tahun 70 dan menyerakkan penduduknya.
Orang-orang yang tersisa bertambah jumlahnya, tetapi pada tahun 132-135 terjadi pengusiran lagi secara besar-besaran. Lalu tahun 628. Akibatnya, populasi mereka di “tanah terjanji” menjadi sangat tak berarti. Dan mereka mengembara dari satu tempat ke tempat lain dan dijuluki “wandering Jews”.
Hilang dan munculnya kembali identitas mereka
Kitab Ester mencatat bahwa orang Yahudi menyembunyikan identitas mereka (Est. 2:10, 20) hingga keadaan berubah dan menguntungkan mereka.
Selama hampir dua puluh abad mereka seolah kehilangan identitas, tetapi muncul secara mengejutkan melalui Kongres Yahudi Internasional pertama di Bazel, Swiss, tahun 1897. Kongres ini melahirkan Gerakan Zionisme bertujuan mendirikan negara Yahudi di Timur Tengah. Dan berdirilah negara Israel pada 14 Mei 1948 yang menjadi wujud identitas mereka.
Paradoks kebencian dan penerimaan
Dalam kitab Ester orang Yahudi mengalami antara kebencian dan penerimaan. Terancam pembinasaan, tetapi akhirnya beroleh kekuasaan. Akhirnya banyak orang masuk Yahudi dan menjadi penyokong, karena ditimpa ketakutan kepada orang Yahudi dan kepada Mordekhai (lihat Est. 8:17 dan Est. 9:3).
Sampai sekarang pun, mereka masih mengalami kebencian. Penguasa radikal negara-negara tetangga mengancam akan menghapus Israel dari peta dunia. Kelompok-kelompok religius atau ideologis garis keras tertentu di berbagai negara masih bersikap menolak mereka.
Tetapi sebenarnya dunia “mendua hati” terhadap orang Yahudi. Dapat diamati paradoks dari kebencian dan penerimaan. Mereka menghujat Israel atau Yahudi, tetapi secara tersembunyi melakukan hubungan-hubungan dengan Negara ini. Tidak sedikit dari mereka yang membenci akhirnya menjadi mitra atau penyokong kepentingan Yahudi.
Kemampuan intelijen terbaik
Kemampuan intelijen Yahudi tercatat dalam kitab Ester 2:21-23, yang menyebutkan bahwa Mordekhai mengetahui persekongkolan yang berencana membunuh raja Ahasyweros. Lalu perkaranya diperiksa dan ternyata benar, maka orang-orang tersebut dihukum mati dan Mordekhai memperoleh penghargaan atas jasanya.
Di masa kini biro intelijen Israel diakui terbaik di dunia. Di seluruh dunia, terutama di negara-negara Arab dan berpenduduk Islam terbesar, intelijen Israel bekerja untuk memperlemah ekonomi dan politik negara-negara tersebut agar tidak menghalangi rencana mereka menguasai Palestina seutuhnya.
Antara ketakutan dan kegalakan
Dalam kitab Ester orang Yahudi mengalami ketakutan luar biasa ketika terancam dibinasakan oleh Haman. Ketakutan itu digambarkan sangat dramatis. Mordekhai mengenakan kain kabung, berjalan di tengah-tengah kota sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih (Est. 4:1). Dan di tiap-tiap daerah, ada perkabungan yang besar di antara orang Yahudi disertai puasa dan ratap tangis (Est. 4:3). Tetapi, beberapa waktu kemudian mereka menunjukkan kegalakan luar biasa dengan membinasakan musuh-musuh mereka dengan sekehendak hati mereka (Est. 9:5).
Ketakutan dan kegalakan terlihat pada perilaku Yahudi masa kini. Rasa tidak aman yang sangat membuat Israel waspada berlebihan. Trauma masa lalu, kekejaman dan penganiayaan yang pernah mereka alami, membuat mereka kelewat galak.
Di Timur Tengah kegalakan Israel dilakukan terhadap negara-negara tetangganya, terutama warga Palestina. Juga terhadap Negara-negara pendukung perjuangan Palestina atau yang menghalangi kebijakan Israel di Timur Tengah.
Yahudi di puncak kekuasaan dunia
Kitab Ester bagian akhir mencatat keberhasilan Mordekhai meraih kekuasaan tinggi di kerajaan Ahasyweros. Mereka memperolehnya setelah mengalami masa kesesakan besar. Di masa kini, setelah melewati berbagai kesengsaraan, Yahudi berada di puncak kekuasaan dunia.
Berdirinya Negara Israel di Palestina membuktikan betapa besar kekuatan orang Yahudi masa kini. Protes dunia terhadap perilaku Israel yang semena-mena terhadap orang Palestina tidak pernah membuat mereka surut. Terhadap resolusi-resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), mereka mengabaikannya.
Dukungan yang tetap kuat dari negara-negara Barat, terutama AS, menunjukkan kuatnya pengakuan atas eksistensi Israel dan Yahudi Internasional.
Dewasa ini Kongres Yahudi Internasional, melalui Negara Israel, sedang mewujudkan mimpi tentang Israel Raya dengan wilayah seluas kerajaan Israel di masa raja Daud.
Bagaimanakah akhir dari ambisi mereka? Jawaban pertanyaan ini sedang digeluti oleh para pemikir eskatologi alkitabiah yang mempelajari nubuatan-nubuatan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada akhir zaman. Hal ini seperti ditulis dalam kitab Daniel, “Tetapi engkau, Daniel, sembunyikanlah segala firman itu, dan meteraikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman; banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan bertambah” (Daniel 12:4).

• Budi Kasmanto, mantan pendeta, penulis buku dan kontributor majalah Kristen.

Budi Kasmanto
Budi Kasmanto
1994-2017 menggembalakan jemaat, kini fokus menulis. Penulis buku Panggilan Berkhotbah, Penerbit ANDI Yogya. Kontributor Majalah Suara Baptis.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.