Rabu, November 20, 2024

Meluruskan Stigma Negatif Masyarakat Terhadap Gangguan Mental

Herlita Dewo Rahmayanti
Herlita Dewo Rahmayanti
I'm passionate about writing. Writing has always been one of the things that I’m passionate about. I’m the type of person that does not like to miss anything, forget anything and likes to include everything.
- Advertisement -

Gangguan mental adalah suatu masalah kesehatan mental yang sudah sering kita dengar. Kondisi yang dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam kurun waktu yang lama ini mempengaruhi suasana hati, pikiran, perasaan dan perilaku penderitanya.

Keberadaan gangguan mental sangat dekat dengan kita, bahkan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2021, menunjukan bahwa lebih dari 19 juta penduduk Indonesia telah mengalami gangguan mental emosional, serta lebih dari 12 juta penduduk Indonesia mengalami kecemasan.

Sedangkan menurut WHO (World Health Organization) kesehatan mental adalah kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar. WHO juga mengungkap bahwa pada tahun 2019 prevalensi gangguan mental, terdapat 264 juta orang mengalami depresi, 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami demensia, dan 20 juta orang mengalami skizofrenia.

Gangguan mental memiliki puluhan bahkan ratusan jenisnya. Namun yang paling umum diantaranya ada Depresi, Anxiety Disorder, Bipolar Disorder, dan Obsessive Compulsive Disorder. Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus menerus mengalami tekanan.

Kemudian, Anxiety Disorder yaitu perasaan cemas yang menetap bahkan memburuk hingga akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari. Sedangkan, Bipolar Disorder merupakan gangguan kepribadian ganda yang merupakan kondisi di mana seseorang mengalami gangguan mental yang menyebabkan adanya perubahan tidak biasa pada mood. Dan yang terakhir, Obsessive Compulsive Disorder atau yang sering dikenal dengan OCD, gangguan mental yang menyebabkan penderitanya melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang.

Orang Gila, Kerasukan Roh Jahat, Kurang Dekat Dengan Tuhan

Kesehatan mental di Indonesia sedikitnya masih dianggap tabu oleh sebagian orang. Meski sudah banyak dibicarakan, masih ada masyarakat yang menganggap bahwa penderita gangguan mental adalah orang gila, tidak bisa sembuh, dan dianggap kerasukan setan atau roh jahat. Banyak juga yang menganggap bahwa penderita gangguan mental adalah orang yang kurang pengetahuan agama dan dianggap kurang dekat dengan Tuhan. Padahal kenyataannya gangguan mental adalah kondisi medis yang terjadi di otak.

Beberapa orang melihat penderita gangguan mental adalah orang yang kurang bersyukur dan kurang ibadah karena kesedihannya. Padahal kenyataanya depresi dan kesedihan adalah hal yang berbeda. Dokter spesialis kejiwaan Lahargo Kembaren mengungkapkan bahwa gangguan mental terjadi bukan karena hal-hal gaib, gangguan mental juga tidak terjadi karena kurang iman atau kurang ibadah. Gangguan mental sama seperti penyakit lainnya, yang memiliki gejala dan perubahan pada pikiran, perasaan, dan perilaku penderitanya.

Dalam beberapa kasus, gangguan mental juga dianggap sebagai bahan untuk cari perhatian. Salah satunya pada kasus artis Korea Selatan, Choi Jin-ri atau yang lebih dikenal dengan Sulli yang dulunya adalah personil grup idola f(x). Dirinya ditemukan meninggal dunia dengan cara gantung diri di apartemen pribadinya.

Aksi bunuh diri ini  dipicu karena dirinya mengidap depresi berat akibat hujatan negatif yang dia terima dari media sosial. Sulli sendiri sempat mengakui kalau ia mengalami gangguan mental. Tapi sayangnya publik menganggap ia hanya mencari perhatian dan malah melontarkan hujatan-hujatan kasar pada Sulli.

Melawan Stigma Negatif Masyarakat

Apabila diringkas pemicu tingginya masalah kesehatan mental adalah karena masih kuatnya stigma negatif masyarakat terhadap gangguan mental, kurang adanya keterbukaan masyarakat terhadap kesehatan mental dan minimnya edukasi serta pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan dan gangguan mental. Pemerintah juga harus memberikan perhatian lebih terhadap kesehatan mental khususnya bagi remaja.

- Advertisement -

Gangguan mental harus segera ditangani oleh tenaga profesional seperti psikolog dan psikiater karena jika tidak, hal itu akan berdampak buruk yang berkelanjutan baik pada kesehatan fisik penderitanya maupun pada sisi psikologisnya. Bahkan sudah tidak heran kita sering medengar banyak kasus bunuh diri dikarenakan faktor depresi atau gangguan mental lainnya yang tidak ditangani dengan baik.

Maka dari itu, kita harus berani mengubah pola pikir masyarakat dan melawan stigma-stigma negatif yang beredar di masyarakat tentang kesehatan mental. Untuk mengurangi bahkan menghilangkan stigma masyarakat tersebut harus ada yang namanya keseimbangan antara edukasi, sosialisasi, dan peningkatan fasilitas kesehatan mental.

Pemerintah dan Masyarakat harus bekerja sama dalam menggebyarkan dan menyebarluaskan edukasi serta melakukan sosialisasi tentang kesehatan mental. Selain itu, harus adanya peningkatan fasilitas kesehatan jiwa, serta aksesibilitas yang mudah untuk mencapai sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit.

Herlita Dewo Rahmayanti
Herlita Dewo Rahmayanti
I'm passionate about writing. Writing has always been one of the things that I’m passionate about. I’m the type of person that does not like to miss anything, forget anything and likes to include everything.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.