Kamis, April 25, 2024

Melihat Transformasi Konflik antar Suku di Pulau Adonara

Novita Auliya Kusnadi
Novita Auliya Kusnadi
Saya seorang mahasiswa yang mempelajari Hubungan Internasional.

Pulau Adonara terletak di sebelah timur Pulau Flores ini tidak banyak dikenal. Pulau Adonara memiliki keindahan alamnya seperti Pulau Pasor Meko yang berada di wilayah perairan Adonara.

Pulau kecil hanya dengan pasir putih yang dikelilingi oleh air laut yang biru terlihat sangat mempesona. Pulau Adonara menurut sejarah merupakan sebuah kerajaan yang terbentuk sekitar tahun 1600-an. Pulau ini memiliki warisan adat istiadat dan budaya yang masih ada hingga saat ini.

Nama dari Pulau Adonara sendiri memiliki dua arti yang berbeda. Adonara berasala dari kata Ado dan Nara. Dimana Ado merupakan nama dari Kelake Ado Pehan anak laki-laki pertama yang tinggal di pulau tersebut. Sedangkan Nara memiliki arti saudara, kerabat, kampung dan bangsa. Jadi Adonara dapat diartikan sebagai kampung Ado atau Saudara Ado.

Arti nama kedua Adonara berasal dari kata Adok yang berarti adu domba dan nara yang berarti kampung. Adonara di arti nama kedua diartikan sebagai kampung yang sering mengadu domba. Arti nama ini diambil dari karakter yang dimiliki warga Adonara yang kerap kali berperang.

Peperangan di pulau Adonara terjadi akibat adanya tradisi yang terus dilestarikan hingga saat ini. Adanya Perang Tanding sebagai tradisi untuk setiap suku dan masyarakatnya dalam menyelesaikan konflik. Perang tanding seringkali dikaitkan dengan adu darah. Perang ini akan dilaksanakan dengan membawa senjata tajam seperti parang, pisau dan tombak.

Perang Adonara dipercaya sebagai proses ritual yang sakral oleh masyarakat untuk menentukan pihak yang benar dan yang salah dalam setiap perselisihan. Pelaksanaan perang ini memiliki aturan dan kesepakatan antara kedua belah pihak yang berkonflik. Perang akan berlangsung dari pukul 06.00 pagi hingga pukul 09.00 pagi sebelum dilanjutkan kembali pada pukul 15.00 hingga 18.00 waktu setempat. Perang biasanya akan dilakukan oleh dua suku yang berkonflik dengan mengajak suku lainnya sebagai aliansi atau siapa dipihak siapa.

Beberapa tahun belakangan ini, Perang Adonara semakin sering terjadi sebagai penyelesaian dari konflik. Seperti konflik yang terjadi antara suku Kwaelaga dan suku Lamatokan yang menewaskan 6 orang pada hari Kamis, 5 Maret 2020 sekitar pukul 10.45 WITA. Dua orang korban jiwa berasal dari suku Lamatokan dan empat orang lainnya berasal dari suku Kwaelaga. Konflik ini berawal dari adanya sengketa lahan yang terjadi antara kedua suku.

Diketahui konflik perebutan lahan ini sudah terjadi sejak tahun 1990-an dan. Kedua belah pihak mendatangi lokasi senketa dengan membawa senjata tajam dan akhirnya pecahlah peperangan. Lahan sengketa ini sebelumnya digarap oleh suku Lamatokan dengan suku lainnya. Namun, perpecahan terjadi karena suku Kwaelaga yang menebang pohon dilahan yang dikelola oleh suku Lamatokan. Hal ini menimbulkan perkara yang memunculkan Perang Tanding terjadi.

Pihak pemerintah pada dasarnya kerap kali menyarankan mediasi dan memfasilitasi penyelesaian konflik berikut. Namun, para suku beranggapan bahwa ini bukanlah tanggung jawab pemerintah melainkan masuk kedalam ranah adat. Pasca terjadinya perang, pemerintah menurunkan aparat keamanan untuk mengawasi kawasan konflik agar tidak ada perpecahan lagi. Karena konflik yang terjadi kali ini bukan lagi proses penyelesaian konflik yang sakral. Melainkan sebuah tindakan kriminalitas yang menelan korban jiwa.

Proses perdamaian kemudian berlangsung antara kedua suku berdasarkan dengan budaya adat Lamaholot. Kedua belah pihak sepakat untuk berdamai sesui dengan hukum adat pada bulan April 2020. Tanah sengketa kemudian akan diselesaikan sesuai dengan hukum nasional.

Perang Tanding di Adonara masih menjadi diskusi panjang antara pemerintah dengan masyarakat adat. Diskusi membahas masa depan perang tanding di Pulau Adonara diakhiri dengan pembentukan Lembaga Adat Desa (LAP)  yang kemudian akan mengelola konflik antar suku dan seputar adat dimasa depan.

Perang Tanding hanya akan dilestarikan sebagai warisan budaya bukan lagi sebagai alat penyelesaian konflik. Kedua belah suku dan suku-suku yang ada di Pulau Adonara kini berfokus pada pengembangan daerahnya. Dimana mereka akan melestarikan adat istiadat untuk dikenalkan kepada khalayak umum dan menyatakan bahwa Adonara bukanlah pulau pembunuh.

Novita Auliya Kusnadi
Novita Auliya Kusnadi
Saya seorang mahasiswa yang mempelajari Hubungan Internasional.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.