Sabtu, April 27, 2024

Lord Adi dan Fenomena Anti-Fans

Panggih P. Subagyo
Panggih P. Subagyo
Pegiat Literasi, pemerhati isu sosial dan hukum

Entah karena apa, tiba-tiba akun Tiktok saya sering muncul video Master Chef Indonesia. Video yang sering muncul menampilkan satu peserta yang bernama Adi. Jujur saja, saya menikmati setiap video Tiktok tentang Adi. Selalu saja ada kelucuan dan kekaguman yang muncul saat melihat tingkah laku Adi di ajang memasak paling bergengsi itu.

Suhaidi Jamaan atau lebih populer dengan sebutan Lord Adi menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton setia Master Chef Indonesia (MCI) season 8. Sifatnya yang humoris memberikan warna baru bagi ajang kompetisi ini. Nama Lord Adi pun beberapa kali sempat menjadi trending topic di Twitter atas aksinya di MCI. Tentu ini bukti bahwa Suhaidi Jamaan disukai banyak orang dan memiliki banyak fans yang mendukungnya.

Sayangnya peserta yang telah menang tantangan delapan kali berturut-turut ini harus gugur di babak tiga besar. Gagalnya Lord Adi melaju ke babak final menyisakan kekecewaan bagi para penggemar MCI. Kekecewaan itu mengarah ketudingan ketidakadilan terhadap Lord Adi. Para netizen kemudian mengungkapkan kekecewaan itu melalui postingan di media sosial.

Setelah lord Adi tereleminasi, namanya kembali menjadi trending topik di Twitter. Salah satu akun Twitter menuliskan “Lord Adi menang 5 kali berturut-turut pun gak masuk grand final, Cuma karna asin sedikit. Sedang Nadya keasinan 3 kali berturut-turut masih aman maju terus. Sumpah gak adil banget, kelihatan banget konspirasi”. Hampir sebagain besar cuitan menyayangkan kepulangan Lord Adi dan cenderung menyalahkan pihak MCI.

Bukan hanya di Twitter, reaksi netizen juga membanjiri  kolom komentar pada aplikasi RCTI plus yang berada di Playstore. Mereka ramai-ramai memberi rating satu bintang pada aplikasi yang menayangkan acara Master Chef ini. Pada kanal Youtube Master Cheff Indonesia, video yang berkaitan dengan Lord Adi yang gagal melaju kebabak selanjutnya mendapatkan respon dislike lebih banyak daripada like. Ini sangat berbanding terbalik dari sebelumnya dimana video MCI selalu mendapatkan jumlah like yang lebih banyak. Tak henti sampai disitu, bahkan ajakan memboikot acara MCI season 8 pun tersebut bermunculan.

Fenomena Anti-fans

Kekecewaan penggemar yang diungkapkan melalui media sosial sebenarnya sudah sering terjadi. Baik melalui cuitan, meme ataupun video. Tak jarang juga ungkapan kekecewaaan tersebut mengarah kepada ejakan atau cacian pada individu atau kelompok tertentu. Karlina Octaviany seorang Antropolog Digital menyatakan bahwa mekanisme korektif sebenernya sudah ada sejak lama, kalau dulu bisa melalui surat pembaca, saat ini dilakukan lebih mudah melalaui media sosial. Karena terlalu mudah berekspresi melalui media sosial, seringkali ungkapan korektif tersebut bersifat agresif.

Kecintaaan seseorang terhadap idola selalu beriringan dengan rasa kebencian terhadap pihak lain. Dalam beberapa kasus kebencian itu menjelma sebagai anti-fans. Mereka bukan hanya sekedar tidak suka terhadap idola tertentu, tapi sampai level membenci dan mencari kejelakan dari idola tersebut.

Jonathan Gray menyebutkan bahwa fans dan anti-fans bukanlah dua kutub yang saling berseberangan, namun dua posisi yang saling berhubungan. Seorang fans idola A misalkan, akan mencari-cari kejelekan atau sisi negatif dari Idola B yang dianggap sebagai saingan. Dalam kasus yang ekstrim bahkan para anti-fans ini dapat melakukan perbuatan mencelakai idola tertentu.

Grey membagi anti-fans menjadi empat kategori. Pertama, Competitive anti-fandom dimana fans dari Idola A membenci idola pesaingnya. Seperti misalkan fans Lord Adi yang cenderung membenci peserta MCI yang lolos ke babak final. Kedua, bad objek, yaitu mereka sepakat bahwa suatu obbjek melawan nilai moral dan estetika yang mereka pegang. Ketiga, disappointed anti-fandom yaitu kelompok penggemar yang kecewa terhadap salah satu aspek dari media. Seperti para penonton setia Master Cheff yang tidak menyukai salah satu juri. Keempat, anti-fans anti-fandom yang merujuk pada fans yang membenci sesama fans.

Apa yang dilakukan oleh para penggemar Lord Adi termasuk dalam perilaku anti-fans. Fenomena ini sebenarnya sudah seringkali terjadi di media sosial. Beberapa waktu lalu sebuah serial drama Korea berjudul Racket Boys mendapat kecaman di media sosial karena dianggap meremehkan Indonesia. Ramai-ramai netizen Indonesia pun memberikan rating yang buruk terhadap drama tersebut.

Seringkali perilaku anti-fans di media sosial dianggap mengganggu. Anti-fans terkadang menimbulkan ketidaknyamanan di media sosial bahkan dianggap merugikan pihak tertentu. Tentu ini perilaku anti-fans ini sama sekali tidak membuat salah satu pihak benar-benar diuntungkan. Perilaku yang mengarah pada tindakan agresif akan lebih banyak menimbukan kerugian. Terlebih jika perilaku tersebut mengarah pada penyebaran informasi privasi individu (doxing). Praktik doxing sering kali berujung pada persekusi secara online.

Kemunculan para anti-fans sama sekali tidak bisa dihentikan. Mengingat betapa mudah dan leluasanya seseorang berinteraksi di media sosial. Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi membuat seluruh orang memiliki sarana yang lebih mudah untuk mengekspresikan perasaan. Sayangnya kerap kali perasaan yang diekspresikan adalah perasaaan yang cenderung negatif, seperti kebencian. Lalu pilihan kembali ke diri kita sebagai warganet, mau menjadi fans atau anti-fans.

Panggih P. Subagyo
Panggih P. Subagyo
Pegiat Literasi, pemerhati isu sosial dan hukum
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.