Sabtu, Oktober 12, 2024

Lobi Lebanon terhadap Rusia Upaya Keluar dari Krisis Ekonomi

Muhamad Munir
Muhamad Munir
Pengembara Timur Tengah

Pada 15-16 April 2021, Perdana Menteri (PM) Lebanon Saad Hariri melakukan kunjungan ke Moskow dalam rangka meminta dukungan dan bantuan ekonomi kepada pemerintah Rusia. PM Hariri akan meminta bantuan Moskow untuk memulihkan krisis ekonomi Lebanon yang semakin parah pasca runtuhnya pelabuhan di Beirut, yang hancur akibat ledakan besar kimia Agustus 2020 yang menewaskan lebih dari 200 orang dan menyebabkan kerusakan senilai miliaran dolar, semakin melemahkan ekonomi yang sudah menghadapi kehancuran karena krisis perbankan mengirim nilai pound Lebanon jatuh terhadap dolar AS.

Hariri, perdana menteri tiga kali, mengundurkan diri pada 2019 setelah protes nasional terhadap elit politik yang dituding para demonstran telah mendorong negara ke dalam krisis. Hariri dinominasikan sebagai perdana menteri lagi pada bulan Oktober 2020, tetapi tetap berselisih dengan Presiden Michel Aoun dan tidak dapat membentuk pemerintahan baru.

Sebelumnya, Delegasi Parlemen Lebanon yang dipimpin oleh Ketua Koalisi Loyalitas Perlawanan, Mohammad Raad yang berasal dari partai Hizbullah telah melakukan kunjungan ke Moskow bulan lalu dan diterima Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. Situasi di Yaman, Irak, Suriah, Palestina, dan lainnya dibahas dalam pertemuan tersebut. Kedua belah pihak menekankan perlunya memperkuat sarana komunikasi untuk mengadopsi saluran komunikasi langsung antara partai Hizbullah dan Moskow. Selain itu juga di Bahasa dan dipelajari kemungkinan berdirinya kantor perwakilan partai Hizbullah di ibu kota Rusia.

Pemerintah dan oposisi Lebanon mulai mengalihkan lobinya terhadap Rusia. Hal ini diprediksi akibat kebuntuan lobi Lebanon terhadap negara-negara Barat yang tidak kunjung mencairkan dana bantuan pinjaman dan hibah yang mensyaratkan terbentukanya kabinet Lebanon terlebih dahulu dan disetujui kesepakatan oleh sejumlah pihak yang terus bertikai.

Hal ini juga diyakini oleh para pemimpin Barat bahwa tidak ada proyek yang dapat maju hingga para pemimpin Lebanon bersatu memecahkan kebuntuan politik yang telah mencegah pembentukan pemerintahan baru dan menghentikan reformasi ekonomi, yang menurut negara-negara Barat harus dilakukan sebelum bantuan atau investasi mengalir.

Belum adanya kesepakatan politik antara Presiden Aon dan PM Hariri menyebabkan tidak terrealisasinya Kabinet Pemerintahan Lebanon yang baru, yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan krisis ekonomi yang kian hari semakin mengancam kehidupan bernegara dalam bidang politik, sosial dan keamanan.

Selain pemerintah Lebanon yang melakukan lobi permohonan bantuan terhadap Rusia, hal serupa juga dilakukan oleh Hizbullah, kelompok pemegang senjata terkuat di Lebanon. Hal ini dilakukan karena Rusia tidak memandang Hizbullah sebagai organisasi terlarang di Lebanon.

Bahkan sebaliknya Rusia bekerja sama dengan Hizbullah dalam peperangan di Suriah, ini menunjukkan Hizbullah mencapai legitimasi politik yang lebih di mata Rusia. Keadaan ini secara politis akan membawa permasalahan serius bagi Lebanon ke depannya.

Semakin kuatnya kelompok tersebut akan menjadikan Pemerintahan yang ada menjadi tidak berdaulatan karena adanya kekuatan yang secara politis, sosial dan keamanan menguasai sebagian besar Lebanon. Hal ini memicu terjadinya konflik antar kelompok yang akan melibatkan kekuatan asing dalam konflik terbuka dan membawa Lebanon ke dalam situasi krisis nasional yang berkepanjangan.

Lebanon tengah menghadapi krisis ekonomi cukup parah dengan utang luar negeri mencapai US$ 90 miliar pada tahun 2020  atau 170 persen dari Pendapatan Domestik (PDB) Lebanon. Hal ini menjadikan Lebanon salah satu negara yang paling banyak berhutang di dunia, sehingga kemiskinan dan ketimpangan sosial yang semakin lebar. Krisis ekonomi telah menyebabkan puluhan ribu orang kehilangan pekerjaan dan kemiskinan melonjak hingga lebih dari 50 persen.

Lambatnya stabilitas ekonomi Lebanon menimbulkan hilangnya kepercayaan warga Lebanon terhadap pemerintahan saat ini dan melakukan aksi unjuk rasa secara berkelanjutan. Keadaan ini menyebabkan sejumlah kalangan memprediksi Lebanon akan menjadi negara bangkrut pada musim gugur tahun ini, terlebih pencabutan subsidi roti yang merupakan makanan paling pokok mengindikasikan bahwa pemerintah sudah tidak memiliki cadangan keuangan lagi untuk menekan laju kenaikan harga bahan pokok, bahan bakar, obat-obatan, dan fasilitas umum.

Upaya Pemerintah Lebanon untuk melobi Rusia agar membantu menangani krisis ekonomi akan menghadapi kendala terkait persyaratan bantuan yang akan disampaikan Rusia untuk melibatkan Hisbullah dalam penanganan krisis ekonomi yang terjadi.

Hal ini akan menjadi dilema bagi PM Hariri yang disisi lain dihadapkan pada pilihan yang sulit terhadap persyaratan bantuan dari Rusia, sementara bantuan negara-negara barat mengalami kebuntuan akibat belum terbentuknya pemerintahan. Situasi ini akan semakin menyebabkan keterpurukan dalam segala sendi kehidupan masyarakat dan kegagalan pemerintah Lebanon dalam mengatasi krisis yang terjadi.

Muhamad Munir
Muhamad Munir
Pengembara Timur Tengah
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.