Sabtu, April 20, 2024

Literasi Sehat, Indonesia Hebat

Dito Anurogo
Dito Anurogo
Dito Anurogo seorang dokter digital literasi, penulis 20 buku (salah satunya The Art of Medicine dan ratusan karya tulis terpublikasi di media massa lokal, nasional, hingga jurnal Internasional terindeks Scopus. Dokter Dito pernah menjadi delegasi Indonesia untuk riset ke Italia dan training HIV/AIDS, kesehatan reproduksi, bank darah ke Hungaria (CIMSA-IFMSA). Ia juga memiliki sertifikasi kegawatdaruratan, trauma, dan neurologi (ATLS, ACLS, ANLS, TCD), herbal dan tanaman obat, grafologi dasar, jurnalistik (PWI). Ia juga adalah seorang pembelajar medis-kesehatan, kearifan lokal, sel punca, kepemimpinan, pemberdayaan-penguatan perempuan dan organisasi, dunia digital, literasi, riset (Nanoimmunobiotechnomedicine), hematopsikiatri, nanorobotics, medicopomology, manajemen bencana, anak berkebutuhan khusus, sastra, filsafat. Dokter penyuka filateli, numismatik, paremiologi, dan poliglot ini mendapatkan CME dari Harvard, Oxford University, John Hopkins, dsb. Ia berpengalaman di lebih dari 20 organisasi (sebagai penasihat, pendiri, inisiator, ketua, anggota). Alumnus S-2 IKD Biomedis FK UGM ini juga telah menerima beberapa penghargaan, di antaranya Gadjah Mada Awards 2015 (The Most Inspiring Student and The Best Writer Student categories); Seed Grant Award Blended Learning batch II, 2015 Health Management Policy Center, Medical Faculty , Universitas Gadjah Mada; The Best Winner, science category, national essay competition, AGRINOVA forum, held by HIMMP AS IPB 2015; dan First Winner “2013 World Young Doctors' Organization (WYDO) Indonesia Essay Contest Award”.

Setiap insan pastilah memiliki impian. Impian itu bisa datang kapan saja dan di mana saja. Salah satu impian yang dimiliki sebagian orang adalah mengubah dunia. Dunia yang lebih baik dan lebih sejahtera.

Sejahtera dalam artian luas, merata, merakyat, dan mengIndonesia. Indonesia dapat menjadi semakin jaya dan hebat, salah satunya melalui literasi sehat.

Bagaimana literasi sehat itu? Literasi sehat berarti literasi yang berintegritas, beretika-berestetika, berkarakter kuat, solutif, inovatif, futuristik, holistik-komprehensif, bernuansa lokal, berwawasan global, mengandung kebenaran.

Sehat di dunia literasi memiliki beberapa indikator. Sehat isi, makna, serta  pesannya, sehat penulisnya, sehat konteksnya, sehat dimensinya, sehat pembacanya, sehat lingkungannya. Intinya, sehat dalam multidimensi dan multiperspektif.

Literasi sehat tidak terbatas hanya pada bacaan, melainkan juga pada kemudahan akses untuk mendapatkan berbagai buku, literatur, referensi, pengetahuan. Dalam konteks kekinian, digitalisasi referensi memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan, lalu memahaminya melalui gawai.

Kemajuan teknologi juga memungkinkan mengadakan telekonferensi dan berkomunikasi melalui media sosial dan platform canggih lainnya. Menurut Goody (2000; 155), perubahan cara-pola berkomunikasi amat fundamental untuk mengubah kehidupan manusia. Literasi sehat tentunya perlu didukung oleh kecerdasan multidimensi (meliputi kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, literasi, lintasbudaya atau multikultural, dan sebagainya) serta kearifan lokal dalam aktivitas di semua lini kehidupan.

Aktivitas literasi tidak terbatas hanya membaca dan menulis, tetapi juga mendongeng, berpidato, bercerita, berdiskusi, berdialektika, bermusyawarah, berdebat, berpantun, berpuisi, bersusastra, dan semua aktivitas yang mencerdaskan, menyehatkan, mencerahkan masyarakat, bangsa, serta peradaban. Literasi tentu perlu didukung oleh semua disiplin ilmu dan juga kebijakan.

Melalui sinergitas lintas-multidisipliner, literasi berpotensi mewujudkan Indonesia hebat dan bermartabat. Maksudnya, Indonesia menjadi negara adidaya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan etika-etos-karakter serta jatidiri kuat, teknologi maju, masyarakat yang berdikari dan sejahtera.

Pemimpin berintegritas nan arif-bijaksana, birokrasi yang sederhana nan tertata, politik yang beretika dan berestetika, budaya adiluhung yang tetap lestari, lingkungan asri yang terpelihara, tingkat kriminalitas rendah, pembangunan merata dan berkeadilan sosial, edukasi dan riset menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Jadi, melalui literasi, mencerahkan negeri.

Literasi Sehat

Kegiatan literasi sehat dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana. Caranya mudah. Mulailah dari diri sendiri dan saat ini. Membiasakan diri untuk membaca dan menulis minimal 30 menit setiap hari. Meluangkan waktu untuk menamatkan/memahami minimal satu buku bermutu selama seminggu.

Mengajak sahabat untuk berdiskusi dan berdialog dengan tema tertentu berbasis data dan fakta. Mengajak anak-anak berliterasi melalui berbagai permainan tradisional. Bermain, belajar, sambil berliterasi di alam bebas pastilah asyik dan menyenangkan. Orangtua mendongeng sejenak sebelum anak-anak tidur di malam hari.

Buku, kamus, thesaurus, dan/atau ensiklopedi menjadi hadiah atau kado terindah di acara-acara resmi kenegaraan, pernikahan, sunatan, syukuran, pesta ulang tahun, atau di berbagai perhelatan akbar lainnya. Ibu-ibu di kampung menggiatkan arisan literasi melalui PKK. Para pemuda dapat menggagas kampung sehat berbasis eduliterasi didukung tokoh adat/masyarakat setempat.

Berwisata literasi bersama sahabat atau keluarga dekat di hari-hari tertentu dengan mengajak komunitas literasi. Para penerbit berlomba-lomba memperbanyak buku berkualitas, baik dalam format cetak maupun digital. Para pejabat hendaklah membawa dan membiasakan membaca buku berkualitas selama perjalanan dinas. Pemerintah daerah menyelenggarakan festival literasi atau karnaval buku di bulan-bulan tertentu. Contoh apik adalah Ubud Writers Festival dan Makassar International Writers Festival.

Memasukkan literasi sehat ke dalam kurikulum pendidikan dasar juga dapat dilakukan untuk menciptakan generasi literasi sehat yang suka membaca dan senang menulis. Bermula hobi, berproses dan berkesinambungan, jadilah hoki. Namun yang terpenting adalah pemerintah bersama dinas atau instansi terkait memperhatikan kesejahteraan para penulis. Sebab bagaimanapun, para penulis takkan dapat menghasilkan mahakarya bila diri dan keluarganya belum sejahtera.

Literasi sehat perlu dibudayakan, dibiasakan, dan dilembagakan. Dukungan akademisi, pemerintah, pelaku bisnis, masyarakat, dan berbagai pihak amat diharapkan untuk mensukseskan literasi sehat. Indikator kesuksesan literasi sehat adalah berkurangnya penggunaan gawai di waktu luang, masyarakat lebih suka membaca buku di manapun, kapanpun, dan dalam situasi bagaimanapun. Bila literasi sehat telah membudaya, maka otomatis berita hoaks tidak beredar lagi.

Masyarakat dengan tingkat kecerdasan literasi tinggi pastilah mampu memilih dan memilah berita baik atau hoaks yang merajalela di media sosial. Mereka memilih menonton tayangan televisi nirkabel yang berkualitas dan berkelas, mampu membedakan baik-buruk, tidak mudah tergiur oleh iklan-berita bombastis yang mereduksi keimanan dan merusak moral-akhlak generasi muda. Singkatnya, masyarakat literasi mampu menghindari ‘’limbah/sampah digital’’.

Netizen (masyarakat digital) yang melek literasi juga pandai menyaring akses internet sehat yang mengutamakan data, fakta, dan kebenaran. Netizen yang memiliki softskill literasi sehat juga mampu memblokir dan mewaspadai digitalisasi pornografi serta tindakan berpotensi asusila di dunia maya. Bagaimanapun, pornografi serupa candu penghancur generasi.

Literasi sehat mampu menyehatkan warga, menghebatkan bangsa Indonesia, bahkan mencerahkan peradaban dunia. Mewujudkannya mudah. Kuncinya sederhana. Kembali kepada komitmen kita bersama.

Dito Anurogo
Dito Anurogo
Dito Anurogo seorang dokter digital literasi, penulis 20 buku (salah satunya The Art of Medicine dan ratusan karya tulis terpublikasi di media massa lokal, nasional, hingga jurnal Internasional terindeks Scopus. Dokter Dito pernah menjadi delegasi Indonesia untuk riset ke Italia dan training HIV/AIDS, kesehatan reproduksi, bank darah ke Hungaria (CIMSA-IFMSA). Ia juga memiliki sertifikasi kegawatdaruratan, trauma, dan neurologi (ATLS, ACLS, ANLS, TCD), herbal dan tanaman obat, grafologi dasar, jurnalistik (PWI). Ia juga adalah seorang pembelajar medis-kesehatan, kearifan lokal, sel punca, kepemimpinan, pemberdayaan-penguatan perempuan dan organisasi, dunia digital, literasi, riset (Nanoimmunobiotechnomedicine), hematopsikiatri, nanorobotics, medicopomology, manajemen bencana, anak berkebutuhan khusus, sastra, filsafat. Dokter penyuka filateli, numismatik, paremiologi, dan poliglot ini mendapatkan CME dari Harvard, Oxford University, John Hopkins, dsb. Ia berpengalaman di lebih dari 20 organisasi (sebagai penasihat, pendiri, inisiator, ketua, anggota). Alumnus S-2 IKD Biomedis FK UGM ini juga telah menerima beberapa penghargaan, di antaranya Gadjah Mada Awards 2015 (The Most Inspiring Student and The Best Writer Student categories); Seed Grant Award Blended Learning batch II, 2015 Health Management Policy Center, Medical Faculty , Universitas Gadjah Mada; The Best Winner, science category, national essay competition, AGRINOVA forum, held by HIMMP AS IPB 2015; dan First Winner “2013 World Young Doctors' Organization (WYDO) Indonesia Essay Contest Award”.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.