Globalisasi memiliki dampak penting dalam era perkembangan peradaban manusia, karena hampir dari setiap titik geografis dimuka bumi dan hidup jutaan orang mengalami transformasi secara drastis oleh adanya globalisasi hingga bergantung akannya. Meskipun globalisasi memiliki dampak positif tetapi globalisasi juga melahirkan banyak kesenjangan-kesenjangan baru akan kehadirannya pada kehidupan manusia.
Anthony Giddens mengatakan bahwa globalisasi meningkatkan intensifikasi hubungan sosial secara mendunia sehingga dengan adanya globalisasi dapat menghubungkan antara dua orang atau lebih dan suatu kejadian sosial pada satu lokasi yang berbeda dan dapat menimbulkan terjadinya perubahan pada keduanya. Dengan adanya fenomena ini membuat terjadinya banjir informasi pada kehidupan seorang individu.
Globalisasi memang membuat arus informasi menjadi lebih mudah didapat darimana saja dan kapan saja dan hal ini membuat riskan terjadinya banjir informasi terhadap suatu hal yang diluar kapasitas seorang individu yang akan menyebabkan suatu individu mempercayai nilai-nilai tertentu tanpa lebih dulu memahami nilai itu sendiri.
Anthony Giddens memiliki pandangan khusus mengenai globalisasi, ia menyebut globalisasi sebagai ”Dunia Tidak Terkendali” Ia menjelaskan mengenai perkembangan dari globalisasi yang telah menciptakan sebuah sistemyang dibuat dan dikemukakan oleh manusia namun tidak dapat dikendalikan oleh manusia itu sendiri.
Hal ini telah menyelimuti berbagai aspek seperti ekonomi, politik, dan kehidupan sosial yang dimana semua informasi bergerak dengan cepat dan sulit untuk dihentikan. Fenomena ini dapat terjadi karena pada peradaban sekarang hampir setiap manusia menggunakan alat dari globalisasi tersebut sehingga terjadinya liberalisme dalam globalisasi.
Selaras dengan pendapat Atohny Giddens ia mengatakan bahwa globalisasi telah merubah gaya manusia dalam berinteraksi sehingga dengan adanya globalisasi yang menjadi liberal ini dapat mempengaruhi pembangunan identitas diri dan kognitif seorang individu.
Derasnya laju arus informasi membuat manusia harus beradaptasi dengan segala macam perubahan yang terjadi dengan cepat dan kompleks tanpa manusia itu sendiri dapat mencernanya terlebih dahulu. Hal ini memang memiliki dampak positif pada peradaban manusia, karena lebih bisa terbuka terhadap suatu perubahan, tetapi apa jadinya jikalau perubahan terjadi tanpa adanya suatu batasan?
Hal tersebut menyebabkan terjadinya pencangkokan suatu budaya karena banyakannya input antara kultural lokal dan global yang saling berinteraksi sehingga menciptakan perpaduan nilai budaya atau bahkan melemahkan salah satu nilai budaya itu sendiri. Pencangkokan budaya ini bahkan dapat membuat tersisihnya budaya lokal, seperti halnya gotong royong yang kian terkikis keberadaanya akibat individualistik yang lahir akibat globalisasi, dimana kehidupan peradaban manusia kini kehilangan kedekatan dengan budaya mereka sendiri.
Globalisasi hadir sebagai suatu difusi inovasi yang mempermudah kehidupan manusia namun globalisasi memiliki efek signifikan pada kehidupan peradaban manusia karena globalisasi kini telah merestrukturiasi gaya hidup ataupun cara hidup manusia secara mengakar dan melahirkan suatu dunia yang tak terkendali.
Bahkan globalisasi juga melahirkan nilai-nilai sekularisme. Dengan adanya globalisasi yang membuat pencanngkokan budaya antara satu budaya dan berbagai budaya dari belahan dunia lainnya yang dengan mudah masuk kedalam lapisan masyarakat. Hal ini membuat terpisahnya nilai-nilai keagamaan dari kehidupan sosial ataupun sehari-hari seorang individu.
Dalam kata lain globalisasi telah membuat masyarakat menjadi lebih pragmatis dalam cara berfikirnya, yang dimana karena derasnya informasi yang tidak berjalan selaras dengan kapasitas membuat suatu individu lebih berfokus pada nilai-nilai material, sehingga membuat individu tersebut lebih mempercayai bahwa nilai-nilai keagamaan tidak bisa secara terus menerus berjalan secara berdampingan dengan nilai-nilai kehidupan.Sehingga globalisasi kini telah merubah arah orientasi kehidupan manusia, yang dimana nilai-nilai kebaratan kini dijungjung jauh lebih tinggi dibanding dibanding nilai-nilai ketimuran.
Sehingga terjadinya proses pembentukan diri yang sangat individualistik dalam bersosial. Kini lebih banyak manusia yang hidup hanya untuk kepentingan diri sendiri dan enggan mengulurkan tangan kepada orang lain. Meskipun pada negara-negara yang menjungjung tinggi nilai ketimuran, kini secara perlahan kehidupan sosial masyarakat negara tersebut telah tercangkok oleh budaya budaya dari negara-negara barat.
Seperti halnya yang terjadi di Indonesia, kini banyak masyrakat di Indonesia khususnya pada kota-kota besar seperti Jakarta yang menghidupkan nilai-nilai apatisme yang merupakan dampak dari perkembangan globalisasi yang menyebabkan seorang individu jauh lebih fokus untuk mementingkan dan mengedepankan diri sendiri sehingga kurang memperhatikan lingkup sosial (Pratama & Sari, 2020).
Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor dari perkembangan globalisasi, salah satunya ialah faktor intensitas dalam penggunaan media sosial. Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Poloteknik Kesehatan Bhakti Mulia dapat disimpulkan bahwa intensitas penggunaan media sosial berdampak besar pada gaya sosialiasi individu, terkhusus terlahirnya sikap apatis.
Dengan adanya proses globalisasi yang kian pesat memang mempermudah kehidupan manusia dalam berbagai aspek. Seperti kemajuan bidang teknologi,komunikasi, dan informasi yang mempermudah kehidupan sosial manusia, kini manusia dapat bersosialiasi oleh siapapun, kapanpun dan dari manapun.
Tidak hanya pada kehidupan sosial tetapi dengan adanya globalisasi kini juga mempermudah manusia dalam memperoleh informasi untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan bahkan dengan adanya globalisasi juga mempermudah bidang transportasi yang sangat memudahkan kehidupan manusia untuk berpegian contoh kecilnya adalah dengan adanya Gojek atau Grab yang membuat manusia menjadi lebih praktis dalam berpergian.
Tetapi hal-hal tersebut bersifat 2 mata pisau, yang dimana jika tidak dimanfaatkan atau digunakan dengan baik sesuai dengan sumbangsinya maka dampak negatif dari globalisasi akan jauh lebih tinggi dibanding dampak positif dari globalisasi itu sendiri.
Perkembangan yang sangat pesat kini membuat layar gadget bisa menjadi jendela dunia yang membuat kita bisa melihat apa saja dan darimana saja tanpa ada batasan ruang waktu. Namun kita sebagai pengguna tidak boleh hanya sampai di sana, melainkan selain menggunakan bola mata dalam penggunaan teknologi kita juga harus menggunakan mata hati dalam penggunaan teknologi sehingga kita dapat mulai mereduksi liberalisme dari globalisasi dan membuatnya menjadi dunia yang terkendali. Memang tidak mudah namun suatu reformasi dimulai dari sendiri bukan?.
Referensi
Pratama, B. A., & Sari, D. S. (2020). Dampak Sosial Intensitas Penggunaan Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Berupa Sikap Apatis di SMP Kabupaten Sukoharjo. Gaster, 18(1), 65. https://doi.org/10.30787/gaster.v18i1.487