Hari ini berbagai belahan dunia tak terkecuali Indonesia telah menjadi bagian sebuah jaringan raksasa digital.
Globalisasi digital semakin memudahkan manusia untuk terhubung satu dengan yang lainya, memungkinkan pengguna untuk mengakses informasi dan apapun yang ingin di cari atau dibagikan melalui berbagai platform yang tersedia di internet.
Tak terlupa tampil cantik di media sosial menjadi hal yang perlu di konsepkan untuk menujukan identitas personal kita. Guna memenuhi konsensus pada satu tren budaya yang sedang populer.
Mengunjungi laman media sosial mustahil jika tak menemukan iklan sebuah produk pemutih kulit. Salah satu penunjang penampilan untuk tampil cantik dengan kulit putih bercahaya.
Sahih kita ragu jika mengkaji secara biologis, bagaimana dengan orang-orang kulit hitam yang warna kulitnya ditengarai sebagai ciri khas identitas etnis?Bagaimana dengan genetik sebagian orang Indonesia dengan tanda kulit berwarna? Apakah yang demikian adalah orang yang kotor dan perlu di bersihkan dengan pemutih kulit? Sehingga wanita dengan kulit berwarna bisa cantik seragam setelah menggunakan produk pemutih kulit. Dan berkontestasi pada budaya global.
Lantas, tindakan mengategorikan merupakan cara mengenai bagaimana standar-standar yang ideal cantik dan ideologis dalam kehidupan juga perlu ditegaskan. Meski tak pernah jelas kapan persisnya, namun konsep ini sudah menjadi salah satu dari sekian turunan primordial yang entah dengan metode apa untuk menemukan titik awal konsep ini.
Sebuah iklan yang mendapat perhatian khusus di Inggris dan As yaitu iklan Dove pada 2017. Yang memperagakan perempuan berkulit cokelat seketika berubah kulitnya menjadi putih setalah memakai losion Dove. yang sebenarnya wanita itu berkulit putih ketika ia menanggalkan bajunya coklat yang serupa warna kulitnya.
Iklan tersebut menuai kontroversi menjadi sorotan publik karena dipandang sensitif secara rasial. Walaupun ini bukanlah pesan yang diinginkan, tentu saja iklan tersebut menuai asumsi bahwa Dove dapat membuat kulit konsumen menjadi putih.
Kecantikan telah diidentikkan dengan perempuan berkulit putih. Atau dalam konsep serupa yang kerap dijumpai di laman media sosial. Seorang wanita dengan kulit gelap, kulitnya makin putih setelah memakai lision atau sabun berdiri dililit handuk di bawah papan bertuliskan “Sebelum” dan “Sesudah”. Menyiratkan transisi perubahan kulit lebih putih dan terang adalah janji kecantikan gemerlap dari produk pemutih kulit.
Betapa dekatnya jangkauan rasisme melalui gambaran metaforis pada iklan-iklan tersebut. Yang merujuk pada narasi seolah perempuan berkulit hitam bisa di cuci hingga kulitnya putih bercahaya. Dan menyatakan bahwa kelompok kulit putih lebih unggul secara budaya dan biologis selanjutnya pandangan ini menghasilkan kolonisasi.
Keberagaman ras di Indonesia setidaknya dapat di kenali sebagai ciri identitas.
Ras Melanesoid penduduk wilayah Indonesia timur antara lain Papua, Maluku dan NTT. Ras Malayan-Mongoloid penduduk di Jawa, Sumatera, Bali, NTB, Kalimantan dan Sulawesi. Ras Kaukasoid orang keturunan Amerika, Eropa, Timur Tengah, India dan Australia. Ras Asiatic Mongoloid penduduk peranakan Tionghoa, Korea dan Jepang yang tersebar di Indonesia.
Telah menjadi kesepakatan, kecantikan mempunyai standar serta kriteria yang harus dipenuhi, di luar pakem dari teknis biologis DNA manusia itu sendiri. Fantasi ilmiah yang sepenuhnya hanya khayali tentang asimilasi biologis, bahwa kulit gelap dan ciri-ciri masyarakat adat bisa dilenyapkan menggunakan “Pemutih kulit”.
Melalui citra iklan itu menunjukkan bahwa produk pemutih imperial memiliki kekuatan untuk meleburkan kepribumian dengan ciri kulit berwarna. Perepresentasian ragam kecantikan sejati yang menjadi tujuan hanya omong kosong belaka.
kompetensi kewanitaan dengan kulit putih dan cerah: adalah omong kosong yang ditaburi produk Pemutih kulit dengan busa iklan buta sejarah. Rabun dekatnya yang mengkotakkan konsep kecantikan sebagai buah dari penyingkiran yang hitam adalah kotor. Sungguh sulit dipahami dan mestinya itu tidak perlu terjadi.
Iklan kecantikan mestinya menjadi agen perubahan yang menginspirasi pada gadis You know, youre pretty just however are you. Tentang definisi kecantikan yang lebih beragam dan membuat mereka lebih percaya diri dengan konsep merawat diri menggunakan vitamin kulit yang bisa membuat cerah kulit berwarna sekalipun. Iklan pemasaran mestinya menekankan bagaimana konsepnya bukan hanya meyakinkan para konsumen namun juga mempengaruhi masyarakat. Krisis simpati saat ini masih mengukuhkan hierarki sosial di sekitar etnis dan keunikan identitas pribumi.
Sialnya, sebagaimana kemunculannya pertama yang dominan pada budaya Eropa. Standar wanita cantik di identikkan dengan wanita berkulit putih. Adalah hulu dari sentimen rasial yang di alami orang kulit berwarna selama berabat-abat. Pola inilah yang kemudian di anggap sebagai hal lumrah. Narasi peradaban kita yang dimonopoli Europasentris. Dan kita hanyut dalam arus sejarah fenomena rasial biologis. Sehingga menumbuhkan paradigma rasial bahwa kulit putih lebih baik dari pada kulit berwarna atau gelap.
Secara global dalam setiap dekade selalu berubah-ubah standar kecantikan. Namun sampai saat ini ketika kita tahu bagian-bagian terkecil dunia yang semuanya menunjukkan wanita yang cantik dominan berkulit putih. Kini beralih pada budaya ciri kulit orang Korea yang cenderung putih terang. Adalah potret ironis sentimen rasial yang selama ini dialami orang kulit berwarna. Perpaduan antara diskriminasi yang terjadi puluhan tahun, kekecewaan berpadu dengan sensitivitas politik industri dan budaya dominan yang berlangsung sekian lama.
Tapi hal seperti ini jelas adalah bentuk kelemahan rasa merasa manusia. Citra dalam adegan mencerminkan penafsiran masyarakat itu sendiri. Sebuah kajian menemukan bahwa tokoh iklan kulit putih berpeluang lebih besar digambar untuk mendapat atensi masyarakat ketimbang tokoh dengan kulit berwarna. Sikap rasis yang tidak kentara dan ketidakadilan gender atau keberpihakan pada kelompok tertentu sudah umum terjadi dalam banyak aspek yang tak disadari.
Yang jelas tak pernah bisa kita bayangkan bagaimana orang-orang kulit putih berpikir melihat adegan ini. Mungkin saja mereka merasa bersalah. Karena tidak sadar bertahun-tahun mereka telah mengobjekkan orang kulit berwarna sebagai kelompok yang perlu di deskripsikan. Namun Keunggulan rasial orang kelompok dominan, mungkin tak perlu di perdebatkan dengan konsep apapun lagi.
Sudah saatnya mengakui betapa rapuhnya konsep tantang keunggulan rasial dan keseragaman cantik adalah putih. Konsensus yang pernah tinggal lama dalam benak kita. Ada celah untuk menertawakan segala konsep basi itu semua. Bahwa semua itu hanya omong kosong belaka.
Apapun warna kulitnya ternyata bisa di bajak dengan rekayasa biologis dan rekayasa psikologis. Merawat dengan cara apapun tradisional atau modern adalah sekedar satu cara mencintai diri sendiri agar kulit tampak segar apapun warna kulitnya. Dan menyatakan kecantikan sejati ada pada keragaman Pribumi dan keunikan identitas ras, su, dan etnis dengan berbagai ciri khas genetik yang kita miliki.