Selasa, Oktober 8, 2024

Kurikulum Berubah Begitu Cepat, Mampukah Sekolah Mengatasinya?

Nelva Diana
Nelva Diana
Lahir dan dibesarkan di Kota Bukittinggi. Anak ke-2 dari 2 orang bersaudara.

Waktu sekolah dulu, saya ingat betul tentang kesulitan yang saya hadapi ketika diperkenalkan dengan kurikulum baru. Ketika guru kami berkata “Anak-Anak, sekarang kita menggunakan kurikulum baru ya, Namanya kurikulum 2013”. Kami yang sebelumnya menggunakan kurikulum KTSP, harus melakukan penyesuaian di berbagai banyak hal. Yang paling krusial adalah mengenai materi pembelajaran, buku baru, dan cara belajar baru.

Bu, ini gimana maksudnya ya bu? Bu, kok soalnya susah kayak soal anak kuliah ya bu? Bu kok kita diskusi kelompok terus ya?”, ini adalah hal-hal yang selalu Kami keluhkan kepada hampir setiap guru yang mengajar. Kesulitan sana sini dan meraba-raba sebenarnya apa yang diminta oleh buku.

Seperti burung yang baru keluar dari sangkar, tidak mengerti apapun. Kami lupa, kalau guru kami pun juga baru mengalami peralihan dan demi menjaga wibawanya sebagai guru, tetap memaksakan mengajar. Kadang tidak jarang, kata-kata yang keluar dari guru adalah “Mari kita cari bersama, Nak”. Dan disitulah proses kami alami, yang dari awal kagok dan tidak paham apa-apa, mulai terbiasa sedikit demi sedikit.

Setelah lulus dan lama tidak mengikuti tentang kurikulum Pendidikan Indonesia, Saya baru mengikuti lagi ketika anak dari adik mama yang waktu itu berstatus sebagai murid Sekolah Dasar meminta tolong mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ketika saya lihat soal yang ada pada buku paketnya.

Saya sendiri bingung. Ternyata satu buku paket memiliki banyak tema, didalamnya ada matematika, IPA, IPS, dan beberapa subjek lain. Ternyata kurikulum sudah banyak berubah ya. Setelah saya mencari tahu kurikulum yang digunakan pada saat itu adalah kurikulum Merdeka.

Tidak sampai disana, pada tahun 2023 saya akhirnya menjadi guru. Menjalani profesi baru dimana harus sangat melek tentang kurikulum di Indonesia. Saya mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan dengan jurusan yang berfokus pada komputer. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum Merdeka, sama dengan yang digunakan oleh anak adik mama yang meminta bantuan beberapa saat lalu. Kurikulum ini ternyata dirilis secara resmi oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada Februari 2022.

Setelah menjadi guru, saya harus mendalami tentang kurikulum Merdeka khusunya di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan. Inti dari kurikulum Merdeka adalah bagaimana memerdekakan siswa dan guru dalam hal belajar dan mengajar.

Siswa harus dapat belajar sebebas mungkin. Guru harus mampu membedakan siswa, berdasarkan cara belajarnya. Beberapa siswa ada yang lebih bisa belajar secara visual, beberapa secara audio, dan beberapa ada yang audio-visual. Guru dituntut mampu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi seperti diatas. Belum lagi guru harus aktif dalam platform baru yang disebut sebagai platform Merdeka mengajar. Kalau katanya sekarang “guru juga harus bisa melakukan administrasi, tidak hanya mengajar”.

Kesulitan yang kami hadapi sebagai guru pada kurikulum merdeka ini adalah terutama mengenai bahan ajar. Karena kurikulum ini baru, banyak buku yang belum ada, jadi untuk beberapa saat kami mengajar dengan menyesuaikan dengan capaian pembelajaran sebisa kami, karena belum ada panduan yang tetap.

Mencari modul lama yang memiliki materi yang sesuai dengan capaian pembelajaran kurikulum baru. Baru setelah beberapa saat, buku baru diterbitkan oleh beberapa penerbit, baru bisa dibeli oleh bendahara sekolah. Oke, berarti permasalahan buku selesai. Sekarang tinggal bagaimana Kami mampu menerapkan pembelajaran yang merdeka, bebas, dan berdiferensiasi.

Ketika kami mulai terbiasa dengan ritme kurikulum merdeka, Kami mendapatkan kabar lagi jika kurikulum kembali diganti, sekarang namanya kurikulum Nasional. Kurikulum Nasional adalah kurikulum yang disusun oleh pemerintah dan digunakan sebagai kerangka dasar kurikulum di hampir semua sekolah di Indonesia.

Kurikulum Nasional 2024 adalah Kurikulum Merdeka yang sudah diterapkan sebelumnya, tetapi sekarang diwajibkan untuk semua jenjang pendidikan di Indonesia. “Oo, berarti kurikulum Nasional itu tetap sama dengan kurikulum merdeka, yang berubah hanya nama”. Disitu Kami langsung merasakan kelegaan yang luar biasa karena tidak harus mengganti bahan ajar, buku yang baru dipesan, dan cara mengajar.

Fyuuh, perjalanan panjang ya tentang kurikulum Indonesia. Mungkin kamu yang membaca saja sudah bingung, apalagi Kami yang menjalani. Ketika masih menjadi murid, perubahan kurikulum ini tetap susah karena harus penyesuaian baru, tapi Kami masih mampu mengatasi karena sebagai siswa hanya harus mengikuti apa yang disampaikan guru. Lain lagi ketika saat ini peran saya adalah sebagai guru. Beban tanggung jawab jauh lebih berat dan harus mampu melakukan penyesuaian dalam waktu yang singkat. Mampu memahami materi yang akan diajarkan dalam waktu singkat dan mampu menjadi panutan bagi siswa dan siswi di sekolah.

Walaupun perubahan kurikulum membuat kami tertatih-tatih dalam penyesuaiannya, kami juga merasakan manfaat dari kurikulum ini, terutama dalam hal pembelajaran berdiferensiasi yang dapat membuat setiap siswa unggul dengan keunikannya masing-masing. Jika setelah ini kurikulum ganti lagi, yasudah kita ganti lagi, haha. Kami hanya harus mengikuti apa yang disampaikan dari atas. Semoga kami sekolah, guru, dan siswa mampu mengatasinya.

Nelva Diana
Nelva Diana
Lahir dan dibesarkan di Kota Bukittinggi. Anak ke-2 dari 2 orang bersaudara.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.