Senin, Agustus 4, 2025

KUB Sumatera Barat: Menerawang Peran Pendidikan dan Masyarakat

Ramadhanur Putra
Ramadhanur Putra
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
- Advertisement -

Kerukunan Umat Beragama Sumatera Barat tengah diuji dengan adanya kejadian pembubaran dan pengrusakan rumah doa di Kelurahan Padang Sarai, Kec. Koto Tangah, Kota Padang pada Minggu (27/07/2025).

Kejadian yang melibatkan 9 orang tersangka dan beberapa jemaat umat Kristen dari Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) itu bukan yang pertama kalinya terjadi.

Wali Kota Padang Fadly Amran menegaskan bahwa kejadian ini bukanlah konflik SARA, melainkan masalah yang terjadi karena adanya miskomunikasi.

Sebelumnya, berdasarkan catatan Kompas.Id juga pernah terjadi pembubaran kebaktian umat Kristen di Kelurahan Banuran Nan XX, Kec. Lubuak Begalung, Kota Padang pada Selasa (29/08/2023).

Akan tetapi, kejadian ini tentu mengancam turunnya indeks kerukunan umat beragama di Sumatera Barat. Berdasarkan paparan Open Data Jabar, indeks KUB di Sumatera Barat secara nasional berada di papan bawah dengan urutan keempat paling rendah (Kesimpulan ini didapat setalah data diolah secara mandiri).

Merespon kejadian ini, Nasarudin Umar (Menag RI) menyampaikan bahwa ada solusi jangka panjang yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah ini lewat pendidikan.

Indeks Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Barat

Data dari Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI menunjukkan bahwa indeks KUB di Sumatera Barat sudah masuk kategori tinggi dengan nilai 76.47 pada tahun 2024.

Indeks KUB itu sendiri dinilai berdasarkan tiga dimensi; yaitu toleransi (74.84), kesetaraan (77.42), dan kerjasama (77.15).

Dari tiga dimensi tersebut, dimensi toleransi masih menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Hal ini terlihat dari beberapa indikator yang masih rendah.

- Advertisement -

Misalnya indikator melemahnya toleransi pada aspek perayaan keagamaan (60,31) dan pembangunan rumah ibadah (59.38). Sedangkan indikator tidak keberatan pemeluk agama lain beribadah sesuai keyakinannya (78,38), tidak keberatan bertetangga (71,50), dan anak berteman lintas agama (68,06) masih relatif baik.

Mungkinkah Pendidikan Islam menjadi Solusi?

Data indeks KUB di Sumatera Barat yang dibagikan oleh Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI melibatkan 400 responden. Mayoritas responden adalah pemeluk agama Islam dengan persentase 89,75% atau 359 orang.

Hal ini patut kita akui, sebab Sumatera Barat termasuk sepuluh provinsi di Indonesia dengan pemeluk agama Islam terbanyak. Hasil catatan Badan Pusat Statistik Sumatera Barat pada Februari 2025 menyebutkan bahwa 5.678.121 dari 5.820.359 warganya beragama Islam.

Sehingga, patut kita pertanyakan, mungkinkah pendidikan Islam dapat menjadi solusi atas masalah kerukunan umat beragama di Sumatera Barat? Sebagaimana solusi jangka panjang yang ditawarkan oleh Menag RI, Nasarudin Umar.

Ia menawarkan solusi jangka panjang melalui penerapan kurikulum Cinta di satuan pendidikan yang berada dibawah naungan Kementerian Agama.

Kurikulum Cinta bertujuan untuk melahirkan generasi yang lebih toleran, inklusif, dan penuh kasih sayang untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis dalam keberagamanan. Sebagaimana yang kita ketahui, kurikulum Cinta tengah digagas dan sedang melewati masa uji publik.

Hal ini tentu bukanlah suatu gagasan yang mustahil. Sebab Sumatera Barat adalah provinsi ke – 7 di Indonesia dengan jumlah satuan pendidikan di bawah naungan Kemenag RI paling banyak.

Setidaknya, pada tahun 2024, tercatat ada 225 satuan pendidikan Islam di bawah naungan Kemenag RI yang ada di Sumatera Barat meliputi MIN, MTsN, MAN, dan UIN.

Hal ini belum termasuk jumlah lembaga pendidikan Islam dibawah naungan swasta. Belum juga, Sumatera Barat juga memiliki Pondok Pesantren sebanyak 289 unit. (Diolah dari Data BPS Sumbar 2025 dan Satu Data Kemenag 2024).

Potensi Nyata dalam Dunia Pendidikan

Angka ini tentu menjadi potensi nyata untuk mewujudkan kerukunan umat beragama di Sumatera Barat lewat pendidikan. Selama ini, kita yakin bahwa lembaga pendidikan adalah tempat yang baik untuk mengasah pengetahuan, keterampilan, dan afeksi seseorang.

Menurut survey salah satu peneliti Maarif Institue, sudah ada 2 SMK yang menerapkan kurikulum yang terintegrasi nilai toleransi di mata pelajaran Agama dan PPKn.

Kita berharap, melalui pendidikan kita dapat mengajarkan pentingnya toleransi, moderasi, dan dialog antar umat beragama dalam keberagaman masyarakat Indonesia.

Selain itu, Edison Hulu (Ketua Himpunan Masyarakat Nias Sumbar/Ketua Asosiasi Pendeta Indonesia Wil Sumbar) dalam Dialog Detak Sumbar yang ditayangkan oleh Padang TV pada Selasa, (29/07/2025) juga menyatakan bahwa Rumah Doa adalah tempat anak – anak mendapatkan pembinaan dan pendidikan agama Kristen.

Hasil evaluasi pendidikan dan pembinaan tersebut kemudian dapat disurati kepada sekolah untuk dijadikan nilai mata pelajaran agama di sekolah. Hal ini dilakukan karena rata – rata sekolah di Padang tidak memiliki guru agama Kristen.

Oleh karena itu, dengan mengajarkan nilai – nilai toleransi, moderasi, dan keharmonisan dalam keberagaman dalam pendidikan dapat meningkatkan kerukunan umat beragama, terutama dalam lembaga pendidikan Islam.

Muh Akmal Ahsan dalam bukunya Moderasi Keindonesiaan dalam Pendidikan Islam; Telaah Kritis Pemikiran Haedar Nashir (Suara Muhammadiyah, 2023) menyebutkan bahwa gagasan Haedar Nashir tentang Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan relevan diterapkan dalam pendidikan Islam.

Moderasi keindonesiaan dipraktikkan dalam dunia pendidikan Islam untuk meminimalisir segala bentuk radikalisme dalam pendidikan; radikal beragama, radikal pendidikan, dan radikal dalam bernasionalisme.

Dalam pendidikan Islam, gagasan ini dapat diimplementasikan dengan pengembangan paradigma karakter berbasis Pancasila, agama, dan kebudayaan.

Peran Pendidikan yang Mesti Dilakukan oleh Masyarakat di Era Digital

Koordinator Padang Toleran, Farid Anshar Al Gifari menyebutkan bahwa berbicara tentang Sumatera Barat berbeda dengan berbicara Minangkabau. Meskipun orang Minangkabau beragama Islam secara turun – temurun, tapi di Sumatera Barat tidak semua warganya adalah orang Minangkabau dan memeluk agama Islam.

Padang Toleran sendiri adalah kanal pengarusutamaan nilai – nilai toleransi beragama di Sumatera Barat, khususnya Kota Padang yang hadir sejak tahun 2023.

Aktivitas yang dilakukan oleh Padang Toleran merupakan sebuah aktivitas kepeloporan yang cukup gemilang di tengah perkembangan teknologi digital hari ini. Melalui pemanfaatan media sosial, mereka mengampanyekan pentingnya toleransi.

Badan Pusat Statistik Sumatera Barat juga mencatat bahwa pada tahun 2024 jumlah pengguna HP yang berumur 5 tahun ke atas berjumlah 88,23 persen dan 74,59 persennya pernah mengakses internet untuk memanfaatkan media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter (sekarang X), Youtube, dan WhatsApp.

Kedepannya, tentu kita dapat menjalankan peran pendidikan dengan mengampanyekan nilai – nilai toleransi beragama melalui pemanfaatan teknologi digital ini dilakukan oleh masyarakat luas. Baik itu masyarakat yang tergabung dalam Ormas, NGO, LSM, dan Individu (Kreator Konten).

Tanpa peran pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat, cita – cita meningkatkan kerukunan umat beragama lewat pendidikan hanya akan berjalan lambat.

Ramadhanur Putra
Ramadhanur Putra
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.