Jumat, April 19, 2024

Komunisme Sudah Runtuh, tapi…

Sejak Jenderal Gatot Nurmantyo menyuruh anak buahnya untuk nobar film G30S/PKI, isu mengenai bangkitnya PKI kembali marak diperbincangkan bulan ini. Netizen berbondong-bondong saling lempar pendapat di berbagai media sosial. Peristiwa pembubaran diskusi di LBH dan acara talkshow mengenai PKI di salah satu stasiun TV swasta juga semakin mengeskalasi isu bangkitnya PKI.

Isu bangkitnya PKI, jika meminjam istilah sejarawan dan peneliti senior LIPI, Asvi Warman Adam, hanyalah seperti “khayalan” belaka. Sedangkan guru bangsa kita Buya Syafii Maarif mengatakan bahwa isu bangkitnya PKI ini sebagai “isu tak bermartabat.”

Kivlan Zein, yang merupakan mantan Kepala Staf Kostrad, menyebutkan bahwa saat ini PKI sudah bangkit kembali dengan pengikut hingga 15 juta anggota. Kivlan juga mengklaim bahwa PKI ini sudah melakukan kongres beberapa kali. Benarkah? Pak Kivlan, lha wong cuma seminar meluruskan sejarah saja “digebug” sama aparat, kok.

Apalagi kalau sampai ada kongres yang diselenggarakan oleh sebuah partai yang sudah dibubarkan dan dilarang sejak tahun 1966? Pasti sudah menyebar kemana-mana beritanya. Lagipula, yang namanya kongres itu pasti besar-besaran, apalagi dengan berjuta-juta anggota, pasti tidak bisa sembunyi-sembunyi. Sudah jelas akan ditangkapi polisi itu pengikut kongresnya. Tapi nyatanya, nggak ada tho beritanya sampai sekarang?

Lagipula, ideologi Komunisme yang diusung PKI juga sudah runtuh dan tidak laku hampir di seluruh dunia. Komunisme dapat dikatakan sudah mati semenjak rontoknya Tembok Berlin, runtuhnya Uni Soviet dan Pakta Warsawa. Bahkan, negara-negara yang sekarang masih menganut komunisme pun sudah mulai lebih latah membicarakan masalah ekonomi ketimbang perkara ideologi itu sendiri.

Pertama, ada Rusia. Empunya komunisme di Eropa ini sudah menyadari bahwa ideologi yang kelahirannya dibidani oleh Karl Marx ini sudah redup seiring bubarnya Soviet. Presiden Rusia sekarang, Vladimir Putin sudah tidak minat sepertinya berbicara banyak tentang ideologi. Putin lebih vokal berbicara mengenai ekspor migas, penjualan senjata dan berebut kekuasaan global.

Kedua, Tiongkok. Tiongkok sebagai bapak komunisme di Asia sekarang sudah jaauuuh memikirkan pertumbuhan ekonomi daripada memikirkan ideologi. Alias sudah jadi kapitalis juga Tiongkok ini. Petinggi Partai Komunis di Beijing lebih panik saat ekspor anjlok, ketimbang saat Kongres Rakyat Tiongkok macet. Meskipun Tiongkok masih menerapkan sistem partai tunggal, namun Tiongkok terus membangun zona ekonomi istimewa untuk meningkatkan nilai ekspor mereka. Bahkan, negara ini juga menggelontorkan utang sebesar 1 Trilyun US Dollar untuk AS! Kurang kapitalis apa Tiongkok ini?

Mungkin, satu-satunya negara Asia yang diyakini masih setia pada ideologi komunisme adalah Korea Utara. Tapi, kalau dilihat dari aktivitas politiknya, Kim Jong Un juga lebih tertarik pada permainan kekuasaan global dengan ancaman-ancaman senjata nuklir dan latihan militernya ketimbang penguatan ideologi.

Maka, PKI secara teoritik tidak mungkin bangkit kembali karena ideologi transnasional yang mereka anut sudah tidak ada rujukannya. Soviet yang sudah bubar, Tiongkok yang sudah jadi kapitalis, Vietnam, Korea Utara pun hanya menjadikan komunisme sebagai ideologi internal negara mereka untuk melanggengkan kekuasaan.

Menurut Ilham Aidit, PKI tidak mungkin bangkit lagi karena masih ada TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1996 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia dan larangan komunisme. Kecuali, jika TAP MPRS tersebut dicabut. Pertanyaannya, mungkinkah peraturan tersebut dicabut? Ditambah, mantan anggota PKI dan simpatisannya yang masih hidup saat ini pastilah sudah tua dan tidak mungkin terpikir mendirikan partai. Usia mereka sudah 70 tahun lebih dan hak-hak mereka saja banyak yang tercabut. Sementara keturunan-keturunan mereka pun banyak yang mengalami trauma karena cap negatif sebagai keturunan komunis sehingga banyak yang akhirnya menutup diri.

Akan tetapi, kita tahu, bahwa Komunisme adalah sebuah paham yang mengutamakan kebersamaan ketimbang kemakmuran individual. Sepanjang negara tidak mampu mengatasi kemiskinan dan kesengsaraan, paham ini bisa saja tumbuh dan mendapatkan tempatnya kembali. Karena Marxisme memang berbicara terang-terangan mengenai ketidakadilan yang harus dilawan, bagaimana dunia ini ditata dalam keadaan setara. Setiap orang mendapatkan bagian yang sama rata, karena pada dasarnya kekayaan bumi ini milik bersama. Menurut saya, komunisme tidak akan muncul kembali di Indonesia selama ketidakadilan dan kesewenang-wenangan tidak dilakukan oleh negara kepada rakyatnya. Pertanyaannya, apakah negara sudah benar-benar berbuat demikian?.

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.