Senin, Desember 29, 2025

Ketika Rumah Kehilangan Makna: Anak dalam Bayang-Bayang KDRT

Filza Kabida
Filza Kabida
Saya adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi
- Advertisement -

Kekerasan dalam rumah tangga masih sering terjadi di berbagai kalangan. Meski tidak menjadi korban langsung, anak sering menyaksikan pertengkaran dan sikap agresif orang tua, yang perlahan berdampak pada kondisi emosional mereka.

Bagi anak, rumah seharusnya menjadi tempat yang aman dan menenangkan. Namun ketika konflik justru terjadi di dalamnya, rasa aman tersebut mulai hilang. Karena itu, anak perlu mendapat perhatian khusus sebagai pihak yang ikut terdampak agar tumbuh kembangnya tetap terjaga.

Anak dan Pengaruh Lingkungan Keluarga

Anak memiliki kepekaan yang tinggi terhadap situasi di sekitarnya. Ketika mereka terbiasa melihat pertengkaran atau kekerasan dalam keluarga, perubahan sikap sering kali muncul. Anak bisa menjadi lebih pendiam, mudah cemas, atau sulit berkonsentrasi, terutama di lingkungan sekolah. Beberapa anak juga mengalami gangguan tidur dan kehilangan minat untuk bermain atau berinteraksi dengan teman sebaya.

Peran Orang Dewasa dan Lingkungan Sekitar

Tidak hanya orang tua, lingkungan sekitar juga memiliki peran besar dalam menjaga kesejahteraan anak. Keluarga besar, guru, dan masyarakat dapat menjadi pihak yang membantu anak merasa didengar dan dilindungi. Di sekolah, guru diharapkan lebih peka terhadap perubahan perilaku siswa dan mampu memberikan dukungan awal, termasuk mengarahkan ke layanan konseling jika diperlukan.

Edukasi tentang pengasuhan yang sehat dan cara menyelesaikan konflik secara dewasa juga perlu diperhatikan agar anak tidak ikut terlibat dalam permasalahan orang tua.

Dukungan Hukum dan Pemulihan Anak

Secara hukum, perlindungan terhadap korban KDRT dan anak telah diatur melalui Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga serta Undang-Undang Perlindungan Anak. Namun, keberadaan aturan tidak cukup tanpa dukungan nyata di lapangan. Anak yang terdampak membutuhkan pendampingan psikologis yang sesuai, seperti konseling, terapi bermain, atau kegiatan kreatif yang membantu mereka menyalurkan emosi.

Penutup

Anak yang tumbuh di tengah situasi kekerasan dalam rumah tangga membutuhkan perhatian dan perlindungan dari berbagai pihak. Lebih dari sekadar penegakan hukum, mereka membutuhkan lingkungan yang aman, penuh empati, dan suportif. Dengan kerja sama antara keluarga, sekolah, masyarakat, serta tenaga professional, kita bisa membantu menciptakan generasi yang kuat dan sehat secara emosional.

Filza Kabida
Filza Kabida
Saya adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Psikologi
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.