Judi Bari menegasikan bahwa teori biosentrisme tidak dikreasikan oleh Dave Foreman atau Arnie Naas. Ia terlebih merupakan kearifan lokal yang sudah termaktub sejak zaman purba: “Bumi bukan milik kita. Kita adalah bagian dari bumi.” Oleh karena itu, dalam konteks masyarakat industri hari ini, biosentrisme adalah fasilitas kritik yang, misalnya, tidak hanya menyerang pandangan antroposen, tetapi menentang sistem kapitalisme pasar dan industrialisme sampai ke dasar-dasarnya.
Mengapa biosentrisme bertentangan dengan kapitalisme? dikarenakan sistem kapitalis kontradiktif dalam hukum-hukum alamiah biosentrisme. Pertama, kapitalisme dibasiskan pada kepemilikan pribadi. Kedua, kapitalisme mengeksploitasi alam untuk kepentingan pribadi. Ketiga, kapitalisme menganggap bahwa manusia bisa memiliki bumi. Seperti yang diungkapkan Judi Bari:
“Bagaimana bisa seorang penjahat korporat semacam Charles Hurwitz mengklaim “memiliki” kayu-kayu redwood berumur 2000 tahun di Hutan Headwaters hanya karena ia menandatangani beberapa lembar kertas untuk menukarnya dengan obligasi sampah (junk bond)? Gagasan ini absurd. Hidup Hurwitz hanyalah satu titik kecil dibandingkan kehidupan yang telah dilalui oleh pohon-pohon tua ini. Walaupun Hurwitz punya kekuasaan untuk menghancurkan hutan, ia tidak punya hak untuk melakukannya.”
Berbeda dengan pemikir marxis terhadap penghisapan nilai-lebih para pekerja, Judi Bari menganggap bahwa nilai-lebih (profit) tidak hanya dicuri dari pekerja, tetapi juga dicuri dari bumi. Penebangan pohon dan pembakaran hutan demi investasi merupakan bukti konkrit pemerasan nilai-lebih bumi. Pun, Judi Bari mengajukan sinisme distingtif antara industri kecil dan industri besar.
Industri kecil memiliki tujuan utama untuk menyediakan nafkah penghidupan bagi pemilik dan komunitasnya. Sedangkan industri besar tidak memiliki tujan seperti itu sama sekali. Tujuan industri besar adalah eksploitasi, akumulasi, dan ekspansi. Oleh karena itu, kapitalisme hijau adalah bohong dan menipu. Produk-produk hutan yang dipasarkan secara trendi tidak akan mengembalikan ekosistem yang dihancurkan kapitalisme untuk meraup keuntungan.
Tidak hanya berkontradiksi dengan kapitalisme. Pun, biosentrisme berkontradiksi dengan patriarkisme. Judi Bari mengawinkan perpektif ekofeminisme dengan biosentrisme untuk membongkar persembunyiaan patriarki. Ekofeminisme merupakan pandangan mengenai gagasan bahwa manusia tidak terpisah dari alam. Dalam pandangannya menyoal ekofeminisme, Judi Bari tidak membuat glorifikasi atau simplifikasi antara perempuan dan laki. Ia justeru membuat dikotomi antara “yang maskulin” dan “yang feminism”.
“Yang maskulin” ia definisikan sebagai sifat penaklukan dan dominasi. Sedang “yang feminis” ia definisikan sebagai pemeliharaan dan pemberi kehidupan. Judi Bari mengungakap:
“Hubungan antara penindasan nilai-nilai feminin dan kerusakan bumi sebenarnya jauh lebih jelas terlihat di negara-negara dunia ketiga ketimbang di masyarakat ini. Dalam negara dunia ketiga, kekuasaan kolonial mengambil alih dan alam harus dihancurkan oleh korporasi-korporasi imperialistik yang datang bersamanya. Salah satu cara kekuatan kolonial mengambil alih yaitu dengan memindahkan secara paksa para perempuan dari peran-peran tradisional mereka sebagai penjaga hutan dan tanah pertanian. Metode-metode perempuan dalam berinteraksi dengan siklus kesuburan bumi digantikan oleh para pria dan mesin-mesin. Bukannya memelihara kesuburan bumi, mesin-mesin ini merobek kesuburan bumi.”
Bagi Judi Bari, kontras dengan sistem pemisahan dan dominasi yang maskulin, mendorong ekofeminisme mencari bentukan ilmu pengetahuan alam yang baru. Di India, Ketika gerakan Chipko bermula, para perempuan adalah penjaga utama hutan dan agrikultur. Namun, sialnya, sejak kolonialisme berlangsung, keterlibatan perempuan dalam hutan dan agrikultur mulai terganti oleh peran dominatif laki-laki dan teknologi. Maka dari itu, peran keterlebiatan perempuan mulai tersubordinasi.
Ekofeminisme tidak menganjurkan atau, misalnya, membenarkan dominasi perempuan terhadap laki-laki. Ekofeminisme hanya berupaya mencari keseimbangan antara maskulin dan feminism untuk bersama-sama menghidupi penghidupan dan merawat kelestarian lingkungan. Judi Bari membuat hipotesis bahwa tanpa keseimbangan maskulinitas dan feminitas tidak mungkin ada keseimbangan dengan alam. Oleh karena itu, ekofeminisme dan biosentrisme berkontradiksi dengan partrirki dan sistem sosial yang didominasi oleh cara berpikir yang maskulin.
Bagi Judi Bari, gerakan ekologi harus terorganisir dikalangan kelas pekerja dan orang miskin. Sebab, para pekerjalah yang memiliki potensi untuk mengoprasionalisasi mesin-mesin dan alat-alat perusak lingkungan. Sedang orang miskin, mereka tidak memiliki hasrat dan kecendrungan untuk merusak lingkungan yang disebabkan oleh tiadanya akses terhadap alat produksi dan kapital.
Bagimana mungkin kita bisa menghentikan terjadinya penebangan hutan secara liar, bila kita tidak membangkitkan kesadaran kelas para pekerja yang melakukan penebangan-penebangan yang diperintahkan oleh para pemilik modal dan alat produksi. Bagimana mungkin kita bisa menghentikan pencemaran lingkungan akibat limbah plastik, bila para pekerja masih sibuk memproduksi plastik-plastik, sedangkan para bos hanya berpesta pora dan tidak bekerja sama sekali.
Hanya ketika para pekerja berhenti mengoprasionalkan alat penebang hutan, dan hanya ketika buruh plastik melakukan penghancuran alat produksi, kita bisa menghentikan penebangan hutan secara liar dan mencegah terjadi kerusakan tanah akibat limbah plastik. Kapitalisme adalah sistem yang kejam dan tidak kenal belas kasihan. Maka, gerakan pelawanan dari luar saja tidak cukup untuk menghasilkan krisis kapitalisme. Oleh karenanya, ketidakpatuhan kelas pekerja adalah jawabannya.
