Jumat, April 26, 2024

Jabodetabek Banjir Lagi?

Agus Winarso
Agus Winarso
Ahli Cuaca, Iklim dan Lingkungan, Pensiunan BMKG

Kondisi cuaca ekstrim yang menonjol di awal tahun 2020 di kawasan Jabodetabek adalah seringnya turun hujan sedang hingga sangat lebat namun bersifat lokal atau setempat yang terjadi sejak menjelang akhir bulan Januari tepatnya tanggal 18 Januari 2020 hingga awal bulan Februari 2020.

Kejadian awal tahun 2020 bila dikaji dengan seksama berdasarkan curahan hujan dan waktu kejadian curah hujan menunjukan situasi dan kondisi yang esktrim dengan hadirnya 3 kondisi badai berupa hujan badai, angin kencang/badai dan badai guntur yang giat dan curahan hujan sangat lebat hingga esktrim.

Bila kawasan yang mengalami cuaca ekstrim dengan kondisi kejadian hujan sangat lebat yang terjadi sebanyak 4 kali kejadian, kondisi cuaca ekstrim dengan kejadian badai lebih luas kawasannya dari kejadian yang berkembang akhir-akhir ini.

Di mana kondis jumlah curah hujan per kejadian masuk kriteria hujan sangat lebat dengan kisaran 101–150 milimeter dan dengan kondisi cakupan hujan lebih bersifat lokal yang tersebar di kawasan Jabodetrabek khususnya bagian utara (dekat pantai utara).

Dari realitas baik data curahan hujan dan kawasan terdampak pada lingkungan berupa banjir juga nampak jelas hujan sangat lebat tetapi lokal berbeda dengan hujan esktrim dengan curahan kala itu 151 hingga 377 milimeter dalam luasan kawasan Tangerang, Jakarta dan Bekasi.

Dari realitas ini memberi pelajaran bahwa hujan merata dan meluas lebih memberikan konsekuensi dampak yang berlebih khususnya dengan bencana banjir atau genangan meluas dan terkonsentrasi pada kawasan dengan hujan tertingginya.

Pada kejadian awal tahun dengan konsentrasi tertinggi terukur di Bandara atau Pangkalan Halim Perdana Kusuma, sehingga kawasan ini sebagai pusat konsentrasi hujan ekstrim kala itu.

Pada kondisi yang bersamaan kawasan Bogor terjadi hujan lebat hingga sangat lebat yang meluas hingga kawasan Lebak Banten yang berdekatan dengan kawasan Bogor Barat. Dan kita dapat menyimak bencana hidrometeorologi meluas bukan saja di kawasan Jabodetabek tetapi juga kawasan Bogor Barat hingga kawasan Lebakj Banten.

Sedangkan yang terjadi sejak akhir bulan Januari hingga awal bulan Februari 2020 yang terjadi hujan lebat hingga sangat lebat bencana hidrometeorologi bersifat terlokalisir pada kawasan lokal seperti kawasan Istana Merdeka dan Monas hingga kawasan Kemayoran dengan banjirnya dan terjadi dua kali serta kawasan sekitar Tangerang dan lokal tertentu baik di Jakarta Barat atau Jakarta Utara. Di mana tingkat kejadiannya bencana hidrometeorologi atau banjir tidak meluas dan bila dengan drainase yang baik dapat ditangani secara cepat tidak seperti kejadian yang terjadi di awal tahun.

Pembelajaran kedua dapat diambil selama kejadian kondisi cuaca yang terjadi atau berlangsung. Sebagaimana peristiwa turunnya curah hujan itu merupakan suatu peristiwa fisis dan dinamis udara sebagai bagian kegiatan pelepasan seiring adanya pancaran radiasi matahari yang diterima tidak merata.

Ketidakmerataan energi ini menimbulkan proses fisis dan dinamis sedemikian yang menghasilkan kondisi cuaca dan iklim yang bervariasi dan beragam dari waktu ke waktu. Adanya hujan merupakan ekspresi pelepasan enersi yang tersedia di udara atau atmosfer bagian bawah, sedangkan kondisi udara dingin dan kering merupakan kondisi defisit enersi yang ada di atmosfer.

Dalam suatu kawasan di manapun di muka bumi ada ukuran atau kriteria khususnya pola hujan bulanan dalam setahun ada kalanya datar ada kalanya berfluktuasi ada kalanya defisit sepanjang tahun seperti kawasan gurun yang kering sepanjang tahun atau kawasan basah sepanjang tahun.

Untuk kawasan Jabodetabek yang mempunyai periode musim hujan saat pelepasan energi dan musim kemarau saat defisit enersi. Dalam perioode surplus dalam pelepasan berbeda-beda ada kalanya stabil atau mantap dalam curah hujan dalam musim hujan terkadang beragam atau berubah-ubah fluktuatif naik turun seiring dengan kehadiran badai.

Pada hematnya berbagai kawasan muka bumi mempunyai jumlah atau kuantitas hujan dalam kisaran tertentu misal 100 % dari jumlah total dalam semusim. Dari perkembangan dari keragaman cuaca dan iklim yang mulai sejak tahun 1991 hingga kini kehadiran awan badai merupakan indikasi akan hadirnya jumlah curah hujan yang akan turun.

Bila kondisi kuantitas dalam periode musim hujan sudah tercurah sekitar 60% dari jumlah total curah hujan dalam semusim sepertinya untuk terjadi hujan yang giat seperti kondisi melebihi porsi musimannnya sepertinya jarang atau belum terjadi selama ini. Ini berdasarkan dari pengalaman operasional sebagai analis, prakirawan dan peneliti di bidang meteorologi di Indonesia.

Kondisi ini terbukti dengan kejadian hujan yang tinggi yang terjadi dari tahun-tahun yang sudah-sudah seperti tahun 1996, 2002, 2007 dan mungklin kini 2020. Di mana hingga awal bulan Februari 2020 belum terjadi kondisi cuaca ekstrim dan sepertinya peluang kejadian butuh beberapa waktu mulai musim hingga tahun untuk terjadi.

Dari pembelajaran dari peristiwa lampau yang bersamaan dengan kondisi yang kini telah, sedang dan akan berkembang sepertinya dengan kehadiran curah hujan lebat hingga sangat lebat dalam lingkup lokal hingga tak merata berpeluang terjadi namun untuk kondisi cuaca ekstrim yang menyamai kondisi cuaca ekstrim awal tahun 2020 keciol peluang terjadi.

Dari catatan yang pernah terjadi seperti tahun 1991 hingga 2019 menunjukan kondisi cuaca ekstrim yang meluas umumnya terjadi sekali kejadiannnya pada periode puncak musim hujan. Dan ini merupakan pembelajaran yang kita peroleh dari perkembangan kondisi cuaca dan iklim yang khususnya yang menyangkut untuk kejadian bencana hidrometeorologi.

Dari dua pembelajaran dari kondisi alam yang berkembang ini akan dapat dikembangkan lebih lanjut lagi mengingat litbang bidang cuaca dan iklim yang praktis jarang tersedia untuk kalangan umum.

Selain itu umumnya bahasa tehnis digunakan dalam menyajikan bahasan yang terkadang membingungkan untuk membaca tulisan yang bersifat umum.

Semoga catatan singkat atas perkembangan kondisi alam ini dapat digunakan dalam menyikapi perkembangan cuaca dan iklim yang kini sudah tidak stabil atau mantap seiring keragaman dan perubahannya yang dalam istilah global darurat iklim yang kini berkembang.

Agus Winarso
Agus Winarso
Ahli Cuaca, Iklim dan Lingkungan, Pensiunan BMKG
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.