Arus perubahan sudah makin terasa di tengah-tengah masyarakat. Globalisasi yang dahulu masih dalam tatanan wacana kini telah mendarah daging. Perkembangan globalisasi yang disertai dengan geliat teknologi telah membawa dunia pada era baru. Era revolusi industri 4.0 namanya.
Hadirnya revolusi industri 4.0 membuat masyarakat mengalami perubahan gaya hidup yang semakin bervariasi. Mulai dari gaya hidup masyarakat yang terbuka dengan arus globalisasi hingga yang tertutup dengan adanya perubahan itu sendiri.
Ketika dunia telah berimigrasi pada era revolusi 4.0, masyarakat dihadapkan pada sebuah fenomena yang cukup signinfikan berbeda dengan apa yang biasa dilakukan dan terjadi di masa lalu.
Saat dunia dihadapkan pada hal baru disitulah letak problematika sebenarnya. Mampukah perubahan tersebut dapat disikapi sebagai suatu yang fitrah. Karena adanya perubahan itu merupakan suatu yang pasti.
Sebuah pesan perubahan diri yang ringan namun sangat berarti disampaikan rosulullah dalam nasihatnya siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin maka beruntunglah dia. Siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin maka merugilah dia. Dan, siapa yang esok lebih buruk dari hari ini maka celakalah dia.
Bagaimana Pendidikan Menjawab Tantangan Industri 4.0
Tahun lalu terdapat sebuah riset yang menyatakan bahwa Indonesia masih berada di urutan 36 dari 137 negara. Dari data dalam riset itu disebutkan bahwa Indonesia membutuhkan berbagai formulasi pendidikan yang strategis agar dunia pendidikan untuk putra putri Indonesia dapat bersaing dengan negara berkembang.
Menyikapi hal ini tentu saja pelaku serta pegiat pendidikan harus segera mafhum atas apa yang terjadi dalam dunia pendidikan di tanah air.
Berbagai reformasi dalam dunia pendidikan telah dilakukan termasuk peningkatan profesionalisme guru, kurikulum berbasis karakter, dan berbagai pendekatan belajar kekinian telah diterapkan. Meski begitu perkembangan zaman harus diimbangi dengan pendidikan yang juga perlu menyesuaikan kebutuhan.
Di revolusi ini guru bukan lagi menempati posisi sentral dalam pembelajaran. Posisi guru sebagai fasilitator dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik lebih dibutuhkan di era ini. Rasanya tidak mungkin bagi seorang guru untuk memberikan semua ilmu pengetahuan. Namun hal itu bisa disiasati guru dengan cara memberikan penguatan potensi dan pembelajaran pada peserta didik tentang bagaimana cara belajar yang baik di era distruptif saat ini.
Robert Reiser salah seorang professor di bidang instructional system and learning technologies menyebutkan adanya sepuluh gaya belajar yang dapat mempengaruhi teknologi pendidikan saat ini. Salah satu di antaranya perkembangan teknologi pembelajaran melalui mobile learning atau sering dikenal pembelajaran e learning.
Masih kaitannya dengan pembelajaran e learning, ternyata bukan perkara mudah untuk memberikan kompetensi kepada guru dalam menguasai metode pembelajaran kekinian itu. Nah, disinilah diperlukan adanya kesadaran dalam diri seorang guru untuk dapat mengubah pola pikir pembelajaran manualnya ke arah yang lebih prinsipil. Bahwa peserta didik saat ini hidup untuk dunianya di masa depan.
Hadapi Revolusi Industri 4.0
Bambang P.S. Brodjonegoro Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sempat mengutarakan pendapatnya terkait revolusi industry dan dampaknya bagi dunia peluang kerja di Indonesia. Menurutnya memasuki era revolusi industri 4.0 Indonesia akan kehilangan sedikitnya 50 juta peluang kerja.
Tentu bukan tanpa alasan Menteri PPN ini mengutarakan hal tersebut. Data yang ia sebutkan cukup beralasan.
Namun persoalannya di sini adalah bagaimana menyikapi era yang sebenarnya kaya akan kreasi, kreatifitas dan inovasi teknologi ini.
Kita yakin, sumber daya manusia Indonesia merupakan kekayaan utama yang dimiliki bangsa ini. Indonesia dengan berjuta penduduknya memiliki anak berjuta anak emas yang mampu menyesuaikan diri dengan era ini.
Era revolusi industri menuntut kreatifitas yang lebih minimal agar tidak sekadar menjadi pengguna atau pelanggan. Kreasi dan inovasi dapat dibentuk dengan dunia pendidikan. Dengan komitmen bersama berbagai elemen dan stakeholder maka peserta didik yang kuat, tangguh, kreatif dan inovatif mampu hidup dan berperan nyata dalam mengisi kehidupan berbangsa dan bernegara di segala jaman.#