Kamis, April 25, 2024

Insan Terpilih “Menikmati Ramadan Pasca Pandemi”

Sri Lestari
Sri Lestari
Pendidik adalah profesiku, tertarik pada dunia pendidikan, sosial dan agama. Alumni Universitas Negeri Malang dan Universitas Muhammadiyah Malang.

Ramadan merupakan bulan yang sangat dinantikan umat Islam. Berbagai kemuliaan, keagungan dan keberkahan ada dalam bulan ini. Tak heran jika banyak orang yang berlomba-lomba untuk mendapat keberkahannya. Ramadan tahun ini, sangat berarti karena masa pandemi telah terlewati. Kenikmatan sebagai khalifah fil ardhi makhluk ciptaan Tuhan begitu bermakna.

Ramadan Bulan Insan Terpilih

Ramadan bulan istimewa yang diberikan Allah Swt kepada umat-Nya. Keistimewaannya, tentu berbeda dengan bulan-bulan lain. Keistimewaan tersebut antara lain; pertama, pelaksanaan rukun Islam keempat yaitu puasa. Puasa diwajibkan pada seluruh umat Islam di seluruh dunia.

Kedua, waktu pertama kali turun wahyu al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw. Waktu turun wahyu al-Qur’an tersebut bertepatan pada malam tujuh belas ramadan atau Nuzulul Qur’an. Ketiga, bulan dilipatgandakan pahala kebaikan dalam semua ibadah. Ibadah ini mencakup ibadah wajib maupun yang bersifat sunnah. Keempat, terdapat satu malam yang nilainya sama dengan seribu bulan yaitu lailatul qodar. Kelima, bulan penuh rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka.

Ramadan yang begitu mulia menjadikan umat Islam selalu merindukannya. Tentu saja, umat yang terpilih yang ditakdirkan bertemu Ramadan. Semua dari kita tentu  berharap menjadi insan terpilih. Terpilih, mendapat kesempatan meraih berbagai keistimewaan dan kemuliaan.

Perbaikan diri menjadi semboyan yang selalu kita lakukan. Diri yang baik akan membawa perubahan untuk lingkungan sekitar. Lingkungan yang baik akan membawa negara pada kemajuan. Harapan menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, negara makmur dan penduduk yang baik. Idealis, iya itulah yang menjadi harapan kita bersama. Momentum Ramadan menjadi hal penting untuk perubahan bagi kita semua. Berubah menjadi lebih baik dan memberikan dampak positif dari sebelumnya.

Bulan Ramadan, identik dengan puasa satu bulan penuh, bagi yang tidak ada halangan syar’i. Perintah menjalankan ibadah puasa disebutkan dalam al-Qur’an (QS. 2 ayat 183). Memupuk keimanan dan ketaqwaan menjadi tujuan utama dari puasa. Menahan diri dari lapar, dahaga dan hal yang membatalkan puasa tentu tidaklah mudah. Bagi sebagian orang, untuk mengawali puasa terasa sangat berat.

Tubuh kita perlu latihan menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Perlu kita yakini, bahwa dengan puasa tubuh melakukan detoksifikasi secara alami. Seseorang yang berpuasa harus mempunyai mental dan sugesti kuat yang akan memampukan diri. Keimanan seseorang mampu memberikan ‘kekuatan’ dan dorongan bagi jasmani. Tak heran, jika anak kecil pun mampu melakukan puasa. Orang yang berpuasa mempunyai harapan akan memperoleh kebaikan dan pengampunan  dosa.

Kenikmatan Ramadan Pasca Pandemi

Masih ingatkah bagaimana Ramadan kita dua tahun lalu (2020-2021)? Iya, Ramadan saat itu masih dalam masa pandemi Covid-19. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) diberlakukan oleh pemerintah. Tak heran, jika saat sholat berjama’ah pun wajib memakai masker dan menjaga jarak. Hal ini, tentu menjadi dilema tersendiri bagi umat Islam.

Aturan yang benar sesuai syariat dalam sholat berjama’ah harus merapatkan shaf barisan. Ramadan tahun ini tentu akan terasa berbeda dari sebelumnya. Pemerintah telah mencabut kebijakan PPKM pada akhir tahun 2022 lalu. Hal ini menjadi nikmat karunia bagi kita umat Islam. Kegiatan yang bersifat perkumpulan dan bersama tidak lagi dibatasi.

Dalam era disrupsi saat ini, perkembangan teknologi terjadi sangat pesat. Kegiatan dapat dilakukan tanpa bertatap muka cukup dengan daring. Hal demikian tentu berdampak terhadap kurangnya ikatan emosional bersama. Muncul kekhawatiran kurang saling mengenal dengan sesama pada generasi berikutnya. Islam mengatur aktivitas kebanyakan yang bersifat berkumpul atau berjama’ah.

Salah satunya anjuran sholat berjama’ah di masjid lebih afdhol terutama bagi kaum laki-laki. Islam mengajarkan pentingnya perkumpulan dan kebersamaan. Ikatan emosional yang terjalin menumbuhkan kekeluargaan dan mengurangi egosentris. Budaya dalam suasana kekeluargaan sebagai wahana meneruskan warisan leluhur nenek moyang. Indonesia memiliki tradisi yang mengutamakan kebersamaan dan gotong-royong.

Kebersamaan di bulan Ramadan dilakukan dalam berbagai bentuk dan kegiatan. Salah satunya adalah dengan majelis ilmu atau disebut dengan majelis taklim. Majelis ini dapat dilakukan sepanjang waktu sesuai kebutuhan. Tujuan majelis taklim untuk menambah wawasan tentang agama. Sedangkan kehidupan beragama tidak lepas dari kehidupan sosial bermasyarakat.

Masyarakat Indonesia pada saat ini dihadapkan dengan degradasi moral. Hal ini terlihat dari bebasnya pergaulan di dunia nyata  maupun ‘dunia maya’. Tantangan degradasi moral menjadi tugas yang harus diselesaikan oleh umat Islam. Upaya menyelamatkan generasi penerus bangsa menjadi tanggung jawab bersama. Kontrol dari pemerintah, masyarakat serta orang tua sangat diperlukan.

Mensyukuri Nikmat Ramadhan Pasca Pandemi

Kemuliaan Ramadan yang kita nantikan, sudah hadir di depan mata. Seiring berlalunya pandemi covid-19, Ramadan tahun ini tentu sangat berarti. Kita sebagai umat Islam wajib mensyukuri atas nikmat dan karunia ini. Pandemi yang sebelumnya membelenggu kita, perlahan pergi berlalu.

Kita ambil hikmah bersama dari pandemi dengan berbagai hal positif. Iman, imun dan kesehatan semakin menjadi perhatian bersama. Bulan Ramadan yang penuh keberkahan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan iman dan taqwa, insya Allah. Iman seseorang mampu menumbuhkan sifat pengendalian diri. Nafsu yang terkendali akan membawa pada kesehatan jiwa dan raga. Jiwa yang sehat menumbuhkan syukur dan mudah menjalani kehidupan di dunia dan juga akhirat.

Sebagai manusia yang beriman, tentu kita memahami bahwa umur di tangan Tuhan. Karunia umur mempertemukan kita dengan Ramadan di tahun ini. Pertanyaannya, sudahkah kita bersyukur dengan karunia umur hari ini? Sudahkan tanda-tanda keberkahan umur itu nampak pada kehidupan kita?

Jawabannya adalah dengan merenung dan introspeksi muhasabah diri. Tentu tidak mudah, diperlukan kebersihan dan kerendahan hati kita. Diri kita secara pribadi yang mampu menjawab itu semua. Berbekal pengetahuan dan ilmu yang kita miliki dari guru-guru kita. Kita harus berdoa dengan ikhlas dengan penuh kesabaran. Keikhlasan akan membawa kita kesyukuran pada Dzat yang Maha Memberi.

Lantas, apakah kita sudah mensyukuri pertemuan dengan Ramadan tahun ini? Iya, jawabannya adalah mengisi dengan berbagai amal sholehPuasa dengan baik, bermunajat, bersedekah, menjaga lisan dan membantu sesama. Tentunya, secara kualitas dan kuantitas kita tingkatkan sesuai dengan tuntunan.

Niat yang benar Lillahi ta’ala, agar yang kita lakukan diterima oleh-Nya. Kita berharap ibadah yang dilakukan dapat memberikan dampak positif dalam kehidupan. Uluran tangan kita sangat diperlukan bagi sesama yang membutuhkan. Rantai kemiskinan pun akan terurai, kasih sayang akan bertumbuh.

Pemerintah akan terkurangi beban yang ditanggung, apabila kita semua peduli sesama. Terakhir, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri dan berbuat baik. Mari selalu kita lakukan perbaikan dalam setiap langkah dan perjuangan.

Sri Lestari
Sri Lestari
Pendidik adalah profesiku, tertarik pada dunia pendidikan, sosial dan agama. Alumni Universitas Negeri Malang dan Universitas Muhammadiyah Malang.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.