Minggu, November 24, 2024

Industri Kini dan Berbagai Profesi Baru

Ani Rufaida
Ani Rufaida
Ani Rufaida, kelahiran Pati Jawa tengah. Berdomisili di Yogyakarta, saat ini sedang menempuh pendidikan Master Sosiologi UGM. Aktif dalam isu –isu sosial sebagai peneliti dan praktisi
- Advertisement -

Perkembangan industr 4.0 mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, setiap hari setiap orang disibukan dengan dunia baru berselancar dalam media sosial. Seolah – olah kita punya 2 kehidupan dunia nyata dan dunia maya. Dunia nyata kehidupan sehari-hari susah senang ada di dalamnya, dunia maya dunia virtual yang kadang penuh imajinasi dan pencitraan. Kita bisa memilih mau terlihat apa adanya atau sebaliknya penuh citra.

Dalam dunia virtual kita bisa menciptakan garis kesenjangan yang berbeda antara yang real dan yang maya. Namun yang perlu disadari apa yang dilihat dalam dunia maya bisa jadi tidak sebenarnya, setiap orang bisa membranding diri menjadi sangat positif ataupun sebaliknya. Tapi pilihan membangun citra diri ada ditangan masing-masing. Dalam dunia virtual kita dengan mudah bisa terhubung dengan berbagai orang lintas desa, lintas komunitas, lintas angkatan, lintas jaringan baik skala local, nasional, bahkan international.

Menuliskan ini bagi saya sebuah refleksi perkembangan digital. Bagaimana tidak kita dimudahkan banyak hal yang mungkin sebelumnya tak pernah terfikirkan. Saya sendiri sebagai generasi yang lahir tahun 90 an juga masih dibilang tertinggal. Karena apa yang dibangun sekarang penuh imaginasi, apa yang dibangun sekarang memiliki kreativitas yang melampaui.

Kita bisa benar –benar tertinggal atau berada pada kemajuan. Namun hal itu tak perlu diperbandingkan. Pada posisi dimana kita berpijak yang penting dilakukan dengan sadar. Pada fase dimana kita merasa tertinggal karena bisa jadi kita gagap dengan dunia baru ini. Dunia dengan cara kerja baru dengan segala kemudahan namun tantangan pula di dalamnya.

Semua pekerjaan digital telah beralih dengan sistem pintar, melalui big data dan internet of thing dimana sistem bisa beroprasi sendiri. Hanya dengan sistem yang diciptakan model sekarang kita bisa saling terhubung dalam dunia digital. Demikian penjelasan Klaus Schwab dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution, revolusi Industri 4.0 ditandai dengan serangkaian teknologi internet of things yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologis. Bisa bayangkan kan bagaimana kita sekarang terhubung dengan berbagai miliaran orang di dinding facebook, twitter, line, telegram, instragram dan media sosial lainnya.

Mungkin bagi beberapa orang hal ini cukup menyenangkan. Bagi mereka yang para pengusaha para investor dan perusahaan – perusahaan besar dengan sistem dan teknologi baru yang telah dibuat, bisa menekan biaya produksi. Mendapatkan income lebih banyak dengan sistem baru yang dijalankan nampaknya sangat mudah didapatkan. Namun tidak semua merasa demikian, sebaliknya ada kelompok yang sebenarnya dirugikan. Para pekerja, buruh pabrik, pelayan restoran dan kelompok lainnya. Sebagaian mereka tidak seberuntung para pemegang modal. Mereka telah kehilangan pekerjaan atas industri yang telah berkembang kekinian.

Bagaimana tidak? Industri-industri menerapkan sistem kerja baru dalam proses produksinya. Beberapa mereka mengurangi tenaga produksi karena digantikan oleh sistem baru yakni otomatisasi sistem digital. Alhasil yang terjadi beberapa perusahaan mengurangi jumlah pekerja dan menggunakan alat-alat bantu dalam pengoprasian sistem produksi. Yang terjadi pekerjaan manusia yang biasanya dilakukan oleh manusia digantikan oleh tenaga robot. Maka secara tidak langsung hal ini menghilangkan sumber penghidupan manusia.

Beberapa minggu ini saya sedang banyak tugas menulis alhasil saya memilih kafe sebagai tempat untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan ini. Dan berbagai model kafe yang saya datangi ada berbagai sistem kerja yang mulai sudah bergeser jika kita amati. Pertama mulai dari sistem pembayaran, dulu kita akan bayar dengan uang tunai, berkembang pembayaran non tunai menggunakan kartu debit atau kredit dan selanjutnya berkembang dengan Ovo, Gopay, Shope pay, Link aja, Dana dll.

Saya sendiri termasuk menikmati pembayaran uang digital karena saya termasuk pengguna cashlass, dengan asumsi bisa meminimalisir pengeluaran uang atau istilah lain irit meskipun alhasil sebaliknya saya jadi mengeluarkan banyak dana tanpa saya sadari. Model keuangan seperti ini harus pintar – pintar mengontrolnya.

Kedua yang saya amati, sebelumnya setiap kali datang ke kafe pasti kita akan mendapati pelayanan langsung atas apa yang kamu beli baik itu makanan atau minuman. Dengan jumlah uang yang kamu bayar datanglah makanan itu tepat didepan mu oleh pramusaji atau pelayan kafe.

- Advertisement -

Namun kini hal itu mulai bergeser beberapa kafe menerapkan berbagai sistem, antara lain pertama, sistem pesan duluan dimana pramusaji akan mengantar pesanan mu dan bayar setelahnya, kedua,  bayar di tempat dan ambil ditempat kamu akan setia menunggu sampai makanan mu siap tersedia, ketiga bayar di tempat dan ambil sendiri namun  dikasih alat bantu alarm yang bisa kamu bawa dulu, dimana alat itu berbunyi tandanya makanan dan minumanmu sudah siap.

Dalam konteks efesiensi berbagai model pelayanan tentu tanpa pramusaji adalah paling meringankan ongkos oprasionalnya. Dan menguntungkan bagi pengusaha namun pada situasi lain pengurangan pekerja menjadi problem baru bagi pengangguran di Indonesia. Mengurangi pekerja berimplikasi terhadap mereka kehilangan pekerjaan. Hal ini perlu menjadi berbagai pertimbangan oleh berbagai pihak yang bergerak dalam sektor ini.

Perkembangan digital membuat sistem kerja berubah, bebarapa orang kehilangan pekerjaaanya dan beberapa hal lain menawarkan model pekerjaan baru. Beberapa profesi baru muncul yang sebelumnya belum ada sepeti Big Data, AI scientist, eSport, Cyber security, Elderly Care, dan lain lain. Beberapa pekerjaan kreatif menjadi sangat signifikan untuk sekarang ini.

Saya rasa ini tidak jauh beda seperti revolusi industry pertama yang pernah terjadi. Dimana awalnya semua proses menggunakan tenaga manusia dan beralih dengan mesin-mesin produksi fase berikutnya beralih dengan komputerisasi dan hingga sekarang digitalisasi. Bedanya dengan sekarang teknologi berkembang dengan cara digital. Yang berkembang denga berbagi model bisnis bisnis E-commerce, kursus online, conten creator, youtube, intragram bisnis dan lainya.

Yang perlu disadari  dengan sistem baru ini adalah cara kerja yang telah berubah, model interaksi yang mulai bergeser,  dan model pasar baru yang mulai berkembang. Situasi ini mau tidak mau membuat setiap orang harus berhitung dengan model pekerjaan di masa mendatang. Baik para pengusaha, para dosen, para pekerja, mahasiswa, karyawan, pekerja rumah tangga, ibu rumah tangga harus berhitung dan beradaptasi dengan model aktivitas yang semua serba digital. Salah satunya adalah beradaptasi dengan perubahan sistem.

Bagi beberapa generasi beradaptasi mudah dilakukan namun tidak sedikit orang yang klimpungan dengan model kerja sekarang sehingga beberapa pabrik mungkin gulung tikar. Demikian berbagai perusahaan atau organisasi kalau ia tak merubah cara kerjanya mungkin ia akan diitinggalkan. Kita bisa memilih mau berada pada fase yang mana.

Ani Rufaida
Ani Rufaida
Ani Rufaida, kelahiran Pati Jawa tengah. Berdomisili di Yogyakarta, saat ini sedang menempuh pendidikan Master Sosiologi UGM. Aktif dalam isu –isu sosial sebagai peneliti dan praktisi
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.