Minggu, April 28, 2024

Indonesia Emas 2045: Bonus Demografi Minim Literasi

Bahtera Muhammad Persada
Bahtera Muhammad Persada
Mahasiswa Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Di tahun 2045, negara Indonesia akan mengalami pertumbuhan penduduk yang masuk dalam kategori usia produktif, yakni sekitar 18 – 40 tahun, maka peristiwa ini disebut sebagai demografi. Dengan kemayoritasan tingkat usia produktif di Indonesia pada tahun sekarang hingga 2045, kita mendapatkan suatu kesempatan untuk memajukan tanah air sekaligus mendapatkan sebuah tantangan untuk bersaing di masa depan. Namun fakta yang terjadi di lapangan, kita melihat masih banyak masyarakat kita yang kurang beruntung dalam aspek pendidikan.

Melansir dari databooks. Berdasarkan tingkat pendidikannya, penduduk bekerja dalam negeri didominasi oleh lulusan SD ke bawah. Jumlahnya mencapai 51,49 juta orang atau menyumbang 36,82% dari total penduduk bekerja di Tanah Air. Berikutnya, penduduk bekerja lulusan SMA berjumlah 28,33 juta orang pada Agustus 2023, atau menyumbang 20,25%. Kemudian pekerja lulusan SMP tercatat sebanyak 24,85 juta orang, atau 17,77% dari total penduduk bekerja di Indonesia. Adapun 17,33 juta pekerja Indonesia merupakan lulusan SMK. Proporsinya mencapai 12,40% pada Agustus tahun 2023 terakhir.

Sementara untuk penduduk lulusan universitas tercatat berjumlah 14,44 juta orang, atau 10,32% dari total penduduk bekerja secara nasional. Terakhir, pekerja lulusan Diploma I/II/III  jumlahnya paling rendah, yaitu hanya 3,41 juta orang atau 2,44%.

“Tingkat pendidikan dapat mengindikasikan kualitas dan produktivitas tenaga kerja,” tulis BPS dalam laporannya. Adapun menurut cakupan pekerjaannya, mayoritas penduduk bekerja di Indonesia bekerja di sektor informal yaitu sebanyak 59,11%. Sedangkan 40,89% lainnya bekerja di sektor formal.

Pembahasan terkait Indonesia Emas 2045, merupakan sebuah ajang bagi kita untuk menyongsong bangsa ke kancah internasional. Namun yang terjadi demikian bukanlah hal semudah membalikkan telapak tangan. Usia produktif bukan satu satunya syarat untuk negara menjadi maju, tetapi kualitas sumber daya manusia yang menjadi prioritas. Melihat data yang diatas mengingatkan penulis dan pembaca tentang point penting apa yang harus dipecahkan dalam memperbaiki tingkat pendidikan kita?

Mengingat jumlah tingkat pendidikan kita yang masih tertinggal jauh dari negara lain tidak menutup kemungkinan bahwa kesempatan tersebut bisa menjadi boomerang sial bagi bangsa. Mengapa demikian? Secara psikologis usia produktif sangatlah rentan terpengaruhi oleh dopamin yang instan, yang menurut mereka menyenangkan namun belum tentu menguntungkan.

Analogi sederhana seperti kita yang rela menyianyiakan waktu hanya untuk kesenangan yang tiada berfaedah, seperti berlarut dalam game online yang secara tidak langsung menghabiskan waktu produktif, menscroll video fyp tanpa menyadari video tersebut hanya berdurasi sekitar 30 – 1 menit/video dan faktanya mereka menghabiskan waktu lebih dari 1-2 jam hanya menonton video yang berdurasi kurang dari 2 menit. Inilah yang disebut sebagai dopamin instan (Kesenangan jangka pendek namun berakibat fatal di jangka panjang).

Bahtera Muhammad Persada
Bahtera Muhammad Persada
Mahasiswa Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.