Kesetaraan gender di Indonesia hingga saat ini masih menjadi isu publik yang belum sepenuhnya terselesaikan. Meski sudah banyak kebijakan dan upaya telah dilakukan oleh pemerintah, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa akses dan kesempatan bagi perempuan dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan hingga dunia kerja, masih jauh dari setara jika dibandingkan dengan pria.
Ketidaksetaraan ini bukan hanya persoalan yang berdampak pada individu perempuan, melainkan juga berdampak pada masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, memahami tantangan yang ada serta mencari solusi yang konkret menjadi langkah penting untuk mewujudkan Indonesia yang lebih inklusif dan adil bagi semua gender.
Salah satu contoh nyata dari ketidaksetaraan gender di Indonesia dapat dilihat dalam sektor pendidikan. Meskipun angka partisipasi pendidikan di kalangan perempuan telah meningkat, terutama di kota-kota besar, namun akses pendidikan masih menjadi tantangan besar bagi banyak perempuan di pedesaan atau daerah terpencil.
Banyak anak perempuan yang putus sekolah karena faktor ekonomi, budaya, atau keterbatasan akses. Beberapa keluarga di pedesaan masih menganggap bahwa pendidikan lebih penting untuk anak laki-laki, sedangkan anak perempuan dianggap lebih baik berfokus untuk mengurus rumah dan melayani suaminya nanti. Pandangan ini tidak hanya membatasi potensi anak perempuan, tetapi juga mempersempit peluang dan ruang mereka untuk mandiri. Padahal, pendidikan yang setara untuk perempuan dan laki-laki merupakan kunci untuk mewujudkan Indonesia emas 2045.
Selain pendidikan, kesetaraan gender di dunia kerja juga menjadi tantangan besar. Data menunjukkan bahwa perempuan masih mendominasi pekerjaan-pekerjaan yang dianggap “ringan” dan kurang strategis, dengan upah yang lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan yang banyak diisi oleh laki-laki.
Banyak perempuan yang menghadapi diskriminasi tidak langsung dalam proses rekrutmen dan promosi karena stereotip gender yang menganggap laki-laki lebih “mampu” atau “kuat” dalam mengemban tugas-tugas yang dianggap berat. Selain itu, kebijakan cuti melahirkan yang terbatas serta kurangnya fasilitas seperti penitipan anak di tempat kerja membuat banyak perempuan sulit untuk terus berkarir setelah menjadi ibu. Hal ini cukup disayangkan, meskipun pemerintah telah mencanangkan kesetaraan gender, perempuan masih harus berjuang ekstra untuk mendapatkan tempat dan pengakuan yang layak dalam dunia kerja.
Di sisi lain, budaya patriarki yang masih kuat di Indonesia menjadi hambatan besar dalam mewujudkan kesetaraan gender. Pandangan bahwa perempuan harus tunduk dan mendukung peran laki-laki sebagai pemimpin keluarga membuat banyak perempuan merasa tercekik dan terperangkap yang tidak memungkinkan mereka untuk berkembang.
Budaya ini diperkuat oleh sebagian besar media yang cenderung menampilkan perempuan dalam peran tradisional. Misalnya, iklan atau tayangan televisi yang masih sering menggambarkan perempuan sebagai ibu rumah tangga yang “baik” sementara pria sebagai pencari nafkah utama. Gambaran ini secara tidak langsung memperkuat stereotip yang menempatkan perempuan sebagai “pendamping” atau “pelengkap” daripada individu yang memiliki potensi besar di ruang profesional.
Kekerasan terhadap perempuan juga merupakan masalah serius yang masih mencerminkan ketimpangan gender di Indonesia. Setiap tahun, ribuan kasus kekerasan terhadap perempuan, baik dalam bentuk fisik, psikologis, maupun seksual, dilaporkan, dan banyak di antaranya terjadi dalam rumah tangga.
Sayangnya, banyak perempuan yang merasa takut atau malu untuk melaporkan kasus kekerasan ini karena stigma negatif yang melekat pada korban, serta minimnya dukungan dari keluarga atau lingkungan sekitar. Kondisi ini diperparah dengan penegakan hukum yang sering kali lamban atau tidak berpihak pada korban, sehingga memberikan kesan bahwa perempuan berada dalam posisi yang rentan tanpa perlindungan yang memadai. Padahal, kesetaraan gender seharusnya menjamin keamanan dan perlindungan bagi perempuan dari segala bentuk kekerasan.
Pemerintah dan berbagai organisasi telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi ketimpangan gender di Indonesia, seperti melalui kampanye kesadaran publik, pelatihan keterampilan bagi perempuan, dan program pemberdayaan ekonomi.
Namun, langkah-langkah tersebut sering kali kurang menyentuh akar permasalahan yang sebenarnya, yaitu perubahan pola pikir masyarakat terhadap peran dan posisi perempuan. Edukasi tentang pentingnya kesetaraan gender perlu ditanamkan sejak usia dini, baik di lingkungan sekolah maupun keluarga. Membangun kesadaran bahwa perempuan memiliki hak yang sama dalam memilih pendidikan, pekerjaan, dan peran dalam masyarakat adalah kunci untuk mewujudkan masyarakat yang lebih inklusif.
Untuk mencapai kesetaraan gender yang lebih merata, diperlukan kerjasama yang kuat dari semua pihak. Pemerintah harus lebih serius dalam menerapkan kebijakan yang mendukung perempuan, seperti memberikan akses pendidikan yang lebih merata, menegakkan perlindungan hukum yang lebih tegas bagi korban kekerasan, serta mendorong lingkungan kerja yang ramah bagi perempuan.
Sementara itu, masyarakat juga memiliki peran penting dalam merombak pola pikir dan pandangan terhadap peran gender. Media massa, sebagai salah satu alat pembentuk opini publik, perlu lebih aktif dalam menampilkan perempuan dalam peran yang progresif dan inspiratif, serta tidak terus-menerus memperkuat stereotip gender.
Di tengah tantangan yang ada, penting untuk diingat bahwa kesetaraan gender bukan hanya tentang hak perempuan, tetapi tentang hak semua individu untuk berkembang sesuai dengan potensinya, tanpa dibatasi oleh konstruksi sosial yang kaku. Kesetaraan gender akan membawa manfaat tidak hanya bagi perempuan, tetapi juga bagi laki-laki, anak-anak, dan masyarakat secara keseluruhan.
Bayangkan sebuah Indonesia di mana setiap orang, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki akses yang setara terhadap pendidikan, pekerjaan, dan hak-hak dasar lainnya. Sebuah Indonesia yang memberikan ruang bagi setiap individu untuk bermimpi dan mewujudkan potensi mereka tanpa adanya diskriminasi berdasarkan gender. Kesetaraan gender adalah hak asasi yang harus diperjuangkan bersama.
Dengan komitmen dan usaha dari pemerintah, masyarakat, dan setiap individu, kita dapat menciptakan Indonesia yang lebih adil dan setara bagi semua. Perjuangan menuju kesetaraan gender mungkin masih panjang, tetapi dengan langkah-langkah kecil yang terus diperkuat, Indonesia dapat menjadi bangsa yang lebih inklusif, di mana semua orang dihargai dan diberdayakan tanpa memandang gender.