Kamis, April 18, 2024

Ikhwanul Muslimin: Titik Pertemuan Antara Erdogan dan Kelompok Islam di Indonesia

Nabhan Aiqani
Nabhan Aiqani
Alumnus Ilmu Hubungan Internasional Universitas Andalas

Al-ikhwanul Al-Muslimun (selanjutnya disebut IM) merupakan gerakan Islam terbesar pada masanya. Al-Banna dengan semangat juang menggebu mampu membesarkan organisasi yang pada awalnya didominasi oleh kalangan Buruh dan Pedagang.

Mari penulis paparkan fakta sejarah pra-IM, era kelahiran dan perkembangan IM sekarang ini. Sehingga, nanti akan diketemukan relasi antara IM dan banyaknya maniak Erdogan di Indonesia. Nahh.. mengapa ini menjadi penting ? sebab, dalam hemat penulis di berbagai media yang berseliweran muncul sekelompok orang yang mendamba Erdogan, sampai-sampai mendapuknya sebagai sosok pemimpin Ideal dalam dunia Islam saat ini.

Sejarah dan Ekspansi IM

IM lahir di Isma’iliah, sebuah kota di Mesir pada 1928, yang berdasarkan catatan memoir Al-Banna ditujukan sebagai gerakan yang umum dan luas dengan didasari oleh ilmu, pendidikan,dan semangat militansi, yaitu sokoguru ajaran Islam. Namun hanya sebatas itu.
Baru setelah menamatkan pendidikannya di Universitas Darul Ulum, Kairo dan kemudian kembali ke Isma’iliah, IM perlahan mengarahkan orientasi gerakan menuju politik. Dan hanya 6 tahun saja, gerakan IM ini telah menyebar di 50 kota di Mesir.

Keberhasilan IM menjadi gerakan yang berpengaruh dan massif tak lepas dari peran Al-Banna yang memang menjadi sosok sentral, disamping mobilitas dan perawakan yang kuat. Hal ini bisa dilihat selama 21 tahun memimpin IM Al-Banna senantiasa mengisi keseharian dengan berkhotbah dan berceramah di siang hari, serta bertemu pengikutnya di malam hari. Bahkan pernah suatu melaksanakan ibadah haji bersama para pengikutnya, di sepanjang perjalanan seluruh rombongan mabuk perjalanan, hanya Al-Banna sendiri yang tidak.

Oleh karenanya, pengikut Al-Banna sampai menyebut, “kunci sukses ikhwan adalah Hassan Al-Banna. Sementara itu, Hasan al-Hajjaji dalam Rufulus Sa’ah (Manusia Zaman) mengatakan, “kita tidak mengenal gerakan Islam macam begini, sebelum Al-Banna mengibarkan panji-panjinya pada abad kedua puluh ini. Itulah gerakan Ikhwanul Muslimun”. (Ishak Mussa Husaini, 1955)

Tak cukup sampai disitu, pengejewantahan IM sebagai model gerakan Islam yang besar dibuktikan dengan besarnya jumlah cabang organisasi hingga 1500 cabang di seluruh Mesir pada tahun 1954. Konsistensi dan sentralitas Al-Banna dalam membangun IM patut disandingkan dengan pemikir serta tokoh Islam modern, layaknya Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Tapi, Al-Banna dan dua tokoh ini juga memiliki jejak yang berbeda. Perbedaannya Al-Afghani dan Abduh tidaklah meninggalkan satu gerakan yang kongkret.

Meski diterpa pasang surut, gerakan IM dapat dikatakan merupakan gerakan yang muncul pada era Perang Dunia dan masih eksis hingga sekarang ini. Banyak gerakan serupa yang menghimpun massa pada akhirnya bubar seiring berakhirnya perjuangan bangsa-bangsa untuk lepas dari jerat kolonialisme. Namun, IM justru semakin besar dan melebur dalam dinamika negara-negara dunia.

Meluasnya IM hingga keluar Mesir tidak lepas dari pesan Al-Banna yang menyebutkan IM adalah iman yang tulus, akal yang cemerlang, keberanian dan kegairahan remaja. Maka dari “Mesirlah berita sukacita tentang kemerdekaan pertama-tama dikumandangkan ke seluruh dunia Islam di Timur”.(Ishak Mussa Husaini, 1955). Buah dari konsistensi perjuangan Al-Banna, dapat dilihat dengan pernyataan Mohammed Mahdi Akef, eks-pemimpin tertinggi Ikhwanul Muslimin Mesir, dalam sebuah wawancara, dia menyebutkan “Kami eksis di 70 negara.”

Hal ini diperkuat lagi dengan publikasi IM di London yang kemudian disebut Risalat al-Ikhwan, tampil di bagian atas halaman sampul, pada tahun 2001, dinyatakan: “Misi kami: mendominasi dunia” (siyadat al-dunya). Visi ini pun semakin diperjelas ketika pada tahun 2008, pernyataan para pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir telah mengakui realita adanya Jaringan Ikhwan Global (Global Brotherhood Network). Tak ayal, Turki pun juga tak luput dari pengaruh IM.

Pengaruh IM di Turki

Kehadiran IM di Turki berawal dari diterjemahkannya karya-karya Qutb dan Al-Banna pada tahun tahun 60-an bersamaan dengan kudeta 27 Mei. Karya terjemahan penulis orisinil IM inilah yang nantinya memberikan dampak bagi evolusi Islam Politik di Turki. Untuk itu, tak dapat dinafikan bahwasanya Karya-karya al-Banna dan Qutb sangat mempengaruhi generasi muda yang menjadi pendukung dan anggota Milli Gӧrüs Harekati-sebuah organisasi non-parpol yang didirikan Necmettin Erbakan sekaligus merupakan transformasi awal dari partai Refah, embrio kemunculan AKP. Seperti diketahui, Erbakan oleh sebagian besar rakyat Turki dikenal sebagai bapak Islam Politik. Zeyno Baran mengatakan bahwa dari tahun 1960-an, “Erbakan muncul sebagai saluran penting dari Ikhwanul Muslimin ke Turki.

Sementara itu, Erdogan berpapasan dengan Ikhwanul Muslim ketika ia beaktivitas di WAMY (World Assembly of Muslim Youth)-organisasi yang memiliki kedekatan dengan jaringan Ikhwanul Muslimin Global. Faktor lain adalah kedekatan hubungan antara Erdogan dan Erbakan juga telah mempengaruhi worldview politik Erdogan. Boleh dikatakan Erdogan merupakan kader yang banyak belajar dari gerakan Politik Erbakan. Selain itu, bukti shahih infiltrasi ideologi Ikhwanul Muslimin diperlihatkan dengan kontak langsung yang dilakukakan Erdogan dengan Mantan pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir, Mohammed Madi Akef. Bahkan ia menyebut Erdogan dan Erbakan sebagai “teman baik.”

IM dan Aktivitas Dakwah di Indonesia

Arus besar kepulangan alumnus Al-Azhar yang notabene pusat IM, pada tahun 1980-an yang kembali ke Indonesia telah mempengaruhi corak gerakan Islam yang ada. Bila sebelumnya masyarakat hanya dikenalkan dengan NU, Muhammadiyah, Persis maupun Masyumi, setelah kebijakan Soeharto yang melakukan fusi terhadap gerakan Islam semisal Parmusi. Menyebabkan organisasi islam lebih banyak bergerak dibawah tanah. Mereka yang kembali dari Mesir inilah yang kemudian megadopsi gerakan Tarbiyah IM untuk diterapkan pada aktivitas dakwah kampus. Baru, pada era reformasi eksistensi dari geliat Lembaga Dakwah Kampus semakin moncer, dan berujung pada didirikannya Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Kedekatan antara Partai Keadilan Sejahtera dan IM tak dapat dinafikan, meski elit PKS banyak yang menolaknya. Namun ada juga yang terbuka dengan mengatakan PKS dan IM bukanlah organisasi yang terhubung secara struktural, tapi lebih kepada Ideologis, dimana keduanya sama-sama menginginkan berdirinya nizam islami (Pemerintahan Islam).

Bahwasanya antara Erdogan dan kelompok Islam dihubungkan oleh kedekatan ideologis, karena sama-sama berafiliasi dengan gerakan Ikhwanul Muslimin. Dalam konteks yang lebih luas lagi IM bukan hanya ingin mewujudkan nizam islami, namun juga menciptakan dunia yang islami (Global Ummah). Tak mengherankan lagi, apabila salah satu kelompok Islam di Indonesia begitu mencintai dan memuji Erdogan, sementara diwaktu yang sama menghujat dan menghina Presiden negara sendiri.

Nabhan Aiqani
Nabhan Aiqani
Alumnus Ilmu Hubungan Internasional Universitas Andalas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.