Minggu, Oktober 6, 2024

Idealitas Tata Kelola Perpustakaan

Ferika Sandra Salfia
Ferika Sandra Salfia
Belajar Menulis untuk Menertibkan Pikiran.

Perpustakaan sebagai pusat informasi menjadi salah satu media yang dituju oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi melalui literatur melalui bahan pustaka tercetak. Meskipun teknologi semakin maju dan canggih dengan memunculkan berbagai platform penyedia buku elektronik atau e-book yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun, esensi fisik dari sebuah buku memiliki makna lain bagi beberapa pembaca.

Hal tersebut sempat disampaikan oleh Ketua Bidang Humas, Riset, dan Informasi IKAPI Pusat Indra Laksana pada tahun 2017 melalui situs berita online Tirto.id, bahwa riset di Amerika menyebutkan sentuhan tangan untuk membalikkan halaman dan bau aroma buku, memiliki sensasi tersendiri. Selain itu juga dijelaskan bahwa interaksi mata berbeda antara menatap buku dan layar. Terlebih apabila masyarakat membutuhkan bacaan yang mendalam dan lengkap, buku fisik lebih menjadi pilihan.

Perpustakaan tentu saja menjadi rujukan utama menjadi untuk mendapatkan koleksi-koleksi buku cetak. Perpustakaan memiliki kewajiban menyediakan koleksi bahan pustaka bagi penggunanya sekaligus menjalankan pengelolaan koleksi dengan baik, pelayanan, penyelenggaraan, dan sarana. Hal itu telah tercantum pada UU Nomor 43 tahun 2007 Pasal 11 tentang Standar Nasional Perpustakaan.

Oleh karena itu, penataan bahan koleksi juga harus diperhatikan dan diatur dengan rapi, terstruktur, untuk memudahkan pengguna menemukan bahan pustaka yang diinginkan. Kegiatan pelestarian dan perawatan koleksi mencakup penataan dan segala bentuk pengelolaan, jumlah dan jenis, pengembangan, dan pelestarian sudah termaktub dalam UU Nomor 24 Tahun 2014 pelaksanaan UU No.43 tahun 2007 pasal 11 tentang Standar Koleksi Perpustakaan.

Telebih lagi apabila penataan buku di rak tersusun secara baik dan rapi, selain memudahkan pemustaka hal tersebut juga berpengaruh pada tolok ukur kenyamanan pengunjung perpustakaan. Namun, kurangnya tenaga profesional perpustakaan (pustakawan) menjadi salah satu penyebab buku di perpustakaan kurang terawat dan tidak tertata dengan rapi.

Permasalahan penataan buku di perpustakaan masih sering dijumpai di berbagai perpustakaan di Indonesia. Tidak semua perpustakaan memiliki tenaga pustakawan yang mumpuni, misalnya pada Perpustakaan Daerah Jember yang sempat dikunjungi oleh penulis. Terdapat cukup banyak koleksi       yang beragam di dalamnya, mulai literatur umum hingga khusus dimiliki oleh perpustakaan daerah Jember. Selain itu, ukuran gedung dan ruangan cukup luas dan sudah dikelompokkan sesuai dengan jenis literasi.

Maksimalkan Layanan

Namun, ada satu hal yang disayangkan bahwasannya penataan buku masih terlihat acak-acakan. Beberepa koleksi tidak sesuai dengan nomor klasifikasi buku dan terdapat beberapa rak yang berisikan tumpukan buku belum tertata, padahal masih ada cukup ruang untuk menata koleksi-koleksi tersebut. Selain itu pengelolaan ruang referensi dan ruang baca belum terkelola dengan baik.

Masih banyak layanan yang belum dijalankan secara maksimal, sistem temu kembali yang tidak sinkron dengan ketersediaan koleksi, hingga layanan perpustakaan keliling belum berjalan dengan rutin padahal, dari keterangan salah satu staf perpustakaan pihak pemerintah daerah sudah memberikan fasilitas mobil sebanyak 3 hingga 4 mobil untuk melakukan pelayanan perpustakaan ke desa-desa.

Koleksi buku yang terdapat di Perpustakaan Daerah Jember dapat dikatakan sangat memadai sebagai peyedia sumber informasi umum daerah. Namun perawatan koleksi masih terlihat kurang terurus dengan adanya buku yang masih tertumpuk, tidak bersampul, beberapa halaman robek, hingga sampul yang terlepas. Bisa jadi, kurangnya kegiatan penyiangan koleksi bisa menjadi salah satu penyebab penumpukan buku hingga tidak terurus.

Selain itu, alasan tidak tertatanya koleksi yang tersedia dan pengelolaan yang masih belum sinkron secara teknis disebabkan oleh tenaga staf perpustakaan seluruhnya bukanlah seorang pustakawan. Kejadian seperti ini sering ditemui juga di perpustakaan lain, bahkan perpustakaan perguruan tinggi negeri seperti di ITN Malang yang sempat dilakukan kunjungan penelitian oleh penulis, mengalami kendala yang sama.

Teknik Penyusunan

Pada dasarnya, permasalahan kekurangan tenaga pustakawan profesional yang mengakibatkan banyak kendala terjadi pada proses tata kelola perpustakaan. Sehingga hal ini menyebabkan perpustakaan kurang terurus dengan baik. Terlebih lagi permasalahan tersebut memunculkan problema lain yang dihadapi oleh perpustakaan.

Seperti yang diketahui bahwa penataan koleksi tidak bisa sembarangan dilakukan tanpa mengetahui konsep klasifikasi buku yang tepat. Menurut Ibrahim Bafadal (2006: 117) dalam jurnal Safaruddin et.al (2016), berpendapat bahwa perpustakaan harus menyusun buku sebaik-baiknya dalam keadaan berdiri tegak dan punggung bukunya dihadapkan ke depan sehingga nomor buku kelihatan, mudah tampak dan mempermudah pengambilannya.

Penyusunan buku adalah kegiatan menempatkan buku-buku yang sudah selesai diolah dan telah dilengkapi dengan lebel di dalam rak/almari buku. Buku diatur sesuai dengan sandi buku, yang merupakan kode kelompok subjek/isi buku. Sandi buku biasanya terdiri dari kode klasifikasi, pengarang, dan kode judul (Soeatminah, 1992:83).

Secara teknik, penyusunan buku sebaiknya mulai dari kiri ke kanan pada setiap rak dan harus sistematis. Pada teori dasar klasifikasi buku, penyusunan pertama menurut urutan nomor klasifikasi, mulai dari nomor terkecil sampai nomor terbesar, kemudian menurut urutan alfabetis dari tiga huruf kependekan nama keluarga/utama pengarang buku, dan menurut urutan alfabetis dari huruf pertama judul buku (Perpustakaan et al., 2016).

Selain penataan bahan pustaka dan menyediakan koleksi yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pengunjung, tata ruang yang baik dan estetik akan membuat pemustaka lebih nyaman berada di perpustakaan. Perpustakaan juga harus mampu memperhatikan aspek kenyamanan pemustaka ketika berada di perpustakaan. Salah satu dari aspek kenyamanan di perpustakaan adalah desain interior atau tata ruang perpustakaan (Badriah et al., 2014).

Tata kelola lainnya seperti tata ruang hingga desain berpengaruh besar pada tingkat kenyamanan pemustaka. Kurangnya pengetahuan staf yang bukan pustakawan, acapkali menimbulkan mismanajemen perpustakaan. Minimnya kunjungan pengguna ke perpustakaan sebagian besar disebabkan oleh tata ruang, desain, dan penataan bahan koleksi yang kurang menarik pengunjung. Problema ini perlu menjadi atensi khusus pihak pengelola perpustakaan.

Selain itu kerjasama dan perhatian pimpinan perpustakaan juga berpengaruh besar terhadap tata kelola perpustakaan. Menurut Lasa Harsana dalam Badriah (2014), desain interior sangat penting untuk diperhatikan, karena kaitannya adalah dengan kenyamanan pengguna, jika pemustaka merasa nyaman berada di perpustakaan, maka pemustaka akan senang untuk datang kembali ke perpustakaan.

Ferika Sandra Salfia
Ferika Sandra Salfia
Belajar Menulis untuk Menertibkan Pikiran.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.