Jangan pernah remehkan di mana tempat sekolah atau universitas mu berasal.
Saya ambil satu kasus: anda pernah mendengar nama Wiley College ? tentu tidak, kecuali anda penggemar membaca sejarah atau penikmat film (The Great Debaters). Tapi jika saya sebut Harvard bagaimana ? tentu sebagian besar pernah mendengar dan mengaguminya sebagai universitas terbaik di dunia.
Tapi tahukah anda, bahwa tim debat Wiley College pernah mengalahkan tim debat juara nasional AS yang berasal dari Harvard ? dan bahkan College ini memenangkan juara debat nasional di AS 10 kali berturut-turut, prestasi yang luar biasa untuk College yang didirikan oleh orang berkulit hitam di kawasan Texas.
Coba anda perhatikan:
1. Ini cuma College, semacam sekolah tinggi jika di Indonesia.
2. Ini College kulit hitam, yang minoritas dan teralienasi, bukan dari kalangan orang kaya di AS dan muridnya tidak berasal dari sekolah-sekolah elite.
3. College ini berada di Texas, kawasan paling rasis di selatan Amerika.
Tapi, hal ini tidak menghalangi mereka untuk bisa menjadi juara, bahkan mengalahkan Universitas terbaik di dunia.
Saya selalu percaya ini, bahwa sebenarnya setiap manusia dari berbagai daerah dan latar belakang sekolah maupun pendidikan, memiliki kejeniusannya, hanya mereka tidak berkesempatan untuk bersekolah di tempat-tempat elite, karena perkara dana yang tidak ada, jauh dari tempat tinggal di saat mereka harus tetap menghidupi diri dan keluarga, atau tidak bisa berangkat jauh karena orang tua yang sudah renta atau sedang sakit, banyak alasan manusia-manusia cerdas nan jenius tidak berkesempatan sama.
Ambil contoh, siapa yang tahu Muthahhari ? manusia cerdas dari Iran ini ternyata cuma dari latar belakang Hawzah, yang kalau diurutan universitas terbaik di dunia, jauhhhhh sekali. Tapi pemikirannya sangat kokoh, mampu mengkritisi dengan apik pemikiran barat dan memberikan paradigma yang menyentuh alam, manusia dan Tuhan. Bahkan pemikirannya menginspirasi terjadinya gerakan sosial, seperti yang diharapkan oleh Ali Syariati, bahkan Syariati yang alumni Sorbonne, tidak pernah bangga dengan ke Sorbonan nya, malah mengkritisi habis-habisan epistemologi kiri-barat.
Atau ambil contoh di Indonesia, orang-orang seperti Sukarno yang cuma S1 dalam negeri, dan mungkin masih banyak nama lain seperti Dr. Yanuar Rizky yang tidak pernah menikmati pendidikan diluar negeri, tapi pemikirannya di bidang ekonomi dan finansial sangat precise dan mencerahkan orang awam seperti saya.
Jadi, jangan keburu merasa inferior maupun superior.
Because books are never be judged by its cover.