Selasa, Oktober 8, 2024

Hari Tani Nasional, Resolusi tanpa Solusi?

Lalik Kongkar
Lalik Kongkar
Pemerhati Sosial Minat Kajian Politik Sastra dan Filsafat

Pada 24 September setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Tani Nasional dan merupakan hari lahirnya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), 62 tahun silam atau tepatnya pada 1960. Momentum ini juga merupakan peringatan bagi kita semua agar menyadari, betapa pentingnya peran petani.

Hak-hak atas mereka yang belum terealisasi dengan baik, apalagi sejahtera, mengingat rintihan penderitaan terhadap petani selalu terdengar dari pelosok-pelosok desa. Rintihan yang mungkin sulit dipahami oleh para kaum elite borjuis, bahkan oleh pihak pemangku hingga peramu kebijakan yang seharusnya mewakili aspirasi petani.

Tapi justru kondisi petani belum memperlihatkan signifikansi perubahan sosial menuju ke arah gemilang yang jaya bagi petani. Kualitas sumber daya manusia (SDM) bagi petani yang dominan tidak paham kebijakan prioritas atas nasib mereka atau isu strategis di sekitar merek. Pemahaman permasalahan yang mereka hadapi juga selalu terkesan monoton, klise dan klasik yang merupakan kausalitas terlalu lama tak terselesaikan. Sungguh miris nasibmu petani negeriku.

Petani terdegradasi

Resolusi demi resolusi untuk kesejahteraan petani selalu terpanjatkan pada hadirat penguasa negeri. Tapi seakan asa tak bergeming, tetap saja lahan petani terdegradasi. Bahkan, harga komoditi naik sekalipun namun petani masih saja buntung.

Generasi muda sekarang enggan turun ke sawah atau berkebun, karena profesi petani tidak prestisius, hingga regenerasi petani tergerus oleh pembangunan yang timpang antara desa dan kota. Bahkan, profesi petani yang sering dianggap buruh atau kuli, tanpa disadari betapa mulianya profesi yang zakatnya lebih besar dari “orang kantoran” itu.

Dengan jiwa besarnya petani tak pernah mengeluh besaran zakatnya, ditambah lagi produksi tani yang kian terkubur, tak sejalan dengan arus teknologi yang berkembang pesat, akibat kualitas sumber daya manusianya belum mumpuni.

Jika pun produksi melimpah, namun mereka yang mengaku bapak Bangsa justru menekan petani dengan dominasi impor yang merajalela. Begitulah kondisi petani kita pada hari ini. Sekelumit masalah masih membayangi mereka yang tak kenal pamrih dan berkomitmen tinggi demi mengisi kekosongan perut kita. Maka dalam hal ini sudah sepantasnya kita peduli pada petani.

Jika selama ini mindset kita masih terkekang hanya berdasarkan visibilitas petani adalah buruh atau kuli, maka mulai saat ini ubahlah semua pola berpikir seperti itu. Petani lebih tepat dikonotasikan bukan sebagai buruh atau kuli yang identik rendahan atau kacung.

Dengan tugas mulia dan dari keringat petani, kita tumbuh besar menjadi orang yang berguna. Alangkah miris jika petani justru tak menjadi perhatian kita semua. Mereka terbungkam oleh kebijakan-kebijakan yang lebih mengarah kepolitisasi dari pada solusi tepat guna dan strategis.

Seharusnya petani menjadi domain yang mewakili semua perspektif berkehidupan dan bernegara. Bagaimana tidak, suatu bangsa akan maju dan terus berkembang pesat, jika petaninya ikut maju dan sejahtera. Jadikan sektor pertanian sebagai patron utama pembangunan negeri.

Jika berbicara ekonomi, pertahanan keamanan, hak asasi manusia, kecerdasan bangsa hingga kekuatan dasar negara, maka sektor pertanian tidak dapat terpisahkan dan dapat menjadi bargaining positif dalam mengambil kebijakan, demi menuju arah pembangunan yang bermartabat dan berjaya.

Momentum Hari Tani Nasional memanggil kita semua untuk bangkit dan berdiri bersama petani. Mulai menghargai jati diri kita sebagai manusia yang tinggal di negeri agraris. Menghargai profesi petani hingga konsentrasi pembangunan negeri dengan pengembangan positif bisa berada di wilayah-wilayah yang berpotensi pada sektor pertaniannya.

Sungguh besar peluang keunggulan dan menjadi andalan pada sektor pertanian. Jika Thailand berani mengklaim sebagai kitchen of the world (dapur dari dunia) misalnya, mengapa kita ragu untuk mengklaim bahwa Indonesia sebagai excellent barn of the world (lumbung primadona dari dunia), ada di negeri yang subur, yang kaya akan sumber daya alamnya ini?

Program-program ketahanan maupun kedaulatan pangan dari pemerintah saat ini masih menghadapi kebuntuan solusi. Secara nasional belum menunjukkan keberhasilan, karena berbagai hal yang menjadi faktor berpengaruh tidak mendapatkan jalan keluar yang tepat.

Seperti halnya terkait ketidaksesuaian kebijakan pemerintah dengan kultur masyarakat tani yang beragam di Indonesia, hingga politisasi sektor pertanian oleh tiga pilar utama pembangunan, yaitu para elite pemerintahan, mafia bisnis pertanian, hingga menjadi tamparan juga bagi akademisi yang seharusnya sebagai mitra petani, bukan hanya mitra pemerintah atau swasta.

Motor penggerak kemajuan negeri dan insannya ada di pemerintah, dengan peran swasta dan akademisi sebagai katalis percepatan laju pembangunan. Bahkan, seperti provinsi Aceh yang istimewa dan memiliki peran sentral terkait budaya tani, seperti lembaga Wali Nanggroe adalah nilai tambah positif demi menanggulangi permasalahan seputar sektor pertanian.

‘Win-win solution’

Menelaah berbagai permasalahan yang begitu kompleks terkait petani dan sektor pertanian secara umum, maka isu-isu strategis di sektor ini hendaknya memiliki win-win solution. Tentu dibutuhkan keterlibatan semua pihak, tidak hanya secara legal formal, melainkan juga nonformal dan terstruktur. Organisasi-organisasi masyarakat tani khususnya dapat lebih ditingkatkan secara kelembagaan dalam proses mengambil kebijakan tepat guna, dan muara dari keberhasilan atau tidaknya kebijakan tersebut harus dalam pengawasan seksama.

Masyarakat tani masih kurang tersentuh oleh pola modern dalam kehidupannya, maka bangunlah mereka dengan kekayaan peninggalan moyang mereka, kultur budayanya yang termaktub sebagai kearifan lokal. Sentuhan sisipan teknologi dalam dunia pertanian bisa berjalan seiring dengan pola kehidupan mereka.

Cakrawala wawasan dan pengetahuan petani perlu ditingkatkan dengan intensifikasi sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan nonformil, guna meningkatkan kapabilitas petani. Namun dengan tetap didampingi oleh peran penyuluh yang memiliki konsistensi, dalam hal ini pemerintah bersama penyuluhnya serta akademisi memegang peran penting dan dapat menjaga kestabilan daya guna sistem penyuluhan bersama petaninya.

Bukan tak ada solusi dengan sekelumit permasalahan petani, momentum Hari Tani Nasional semoga bisa menggugah hati dan sanubari kita semua demi keberlangsungan petani, mewujudkan kedaulatan pangan, memiliki kekuatan ketahanan pangan, dan menjadikan Indonesia sebagai kekuatan pangan dan komoditi terbaik dari sektor pertanian.

Untuk menjadikan itu semua nyata dan terealisasi dengan baik, maka arus pembangunan dan pengembangan pertanian kita bukan berada pada penekanan hasil atau produksi seperti pada rezim ini, tapi ada pada proses untuk menemukan hasil yang positif, signifikan dan pertanian sejahtera.

Sedikit ilustrasi sederhana menuju resolusi nyata yang dapat diwujudkan menjadi kesuksesan, dan merupakan konklusi jawaban dari dinamika seputar petani, yaitu hal penting yang harus dimiliki termaktub dalam enam komponen strategis: Pertama, visi untuk kemampuan kita menelaah masalah dan menjadikan kesempatan sebagai peluang yang positif; Kedua, misi dalam upaya pencapaian target pembangunan pertanian; Ketiga, program kerja dari upaya perwujudan kebijakan;

Keempat, kita memiliki sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang sangat tersohor sebagai modal utama; Kelima, keterampilan profesional yang harus dimiliki dalam setiap insan khususnya petani, dan; Keenam adalah motivasi dan insentif sebagai pendorong kualitas kinerja. Dengan demikian, bukan tak bisa kita mewujudkan perubahan pengembangan dengan keberhasilan.

Lalik Kongkar
Lalik Kongkar
Pemerhati Sosial Minat Kajian Politik Sastra dan Filsafat
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.