Sabtu, April 20, 2024

Hari Sejuta Pohon Dunia, Pentingnya Pelestarian Hutan

Abby Crisma
Abby Crisma
A so so, who struggle splitting out all the sh*ts that clog his mind

Selamat tanggal 10 Januari, selamat hari gerakan satu juta pohon sedunia. Mari kita bertanya-tanya terlebih dahulu, buat apa sih peringatan tersebut? Yap, pastinya untuk menumbuhkan kesadaran kepada seluruh umat manusia betapa krusialnya peran pohon bagi kehidupan. Bagaimana. sederhana bukan? Sayangnya, seringkali pikiran dan perilaku manusia tidak sesederhana itu.

Gerakan ini diharapkan dapat mengajak masyarakat di seluruh dunia untuk menjaga kelestarian pohon. Di Indonesia sendiri, pertama kali diinisasi  pada tanggal 10 Januari 1993. Presiden Soeharto dalam pidatonya menganjurkan kepada masyarakat Indonesia untuk turut andil dalam penanaman pohon yang melebihi sejuta tanaman di setiap provinsi.

Kita bisa mewujudkan dunia yang lebih sejuk, asri, dan sehat melalui pelestarian pohon. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa pohon yang termasuk kingdom Plantae atau tumbuh-tumbuhan, memiliki penciri utama berupa keberadaan pigmen fotosintetik. Dari namanya, dapat dimengerti bahwa pigmen tersebut membantu tumbuhan untuk mengerjakan suatu reaksi luar biasa yang kita kenal dengan fotosintesis. Reaksi ini sederhananya berlangsung dengan menggunakan air dan karbondioksida (CO2) sebagai subtrat, yang diproses melalui reaksi Hill dan siklus Calvin hingga menghasilkan senyawa kimia berupa gula dan oksigen (O2).

Untuk detail prosesnya, kalian bisa baca sendiri di laman web, textbook biologi, atau jurnal ilmiah. Yang penting untuk digarisbawahi, betapa dermawannya pohon dan berbagai tumbuhan lain membantu seluruh makhluk hidup di muka bumu, dengan mengurangi kadar CO2 di udara, lalu mengkonversinya menjadi O2 yang notabene adalah senyawa penting untuk respirasi makhluk hidup.

Dalam setahun, sebuah pohon dapat menyerap lebih dari 48 pon CO2 dan melepaskan sekitar 260 pon O2 sebagai gantinya. Hal ini berarti, sebanyak dua pohon dewasa dapat menyediakan O2 untuk satu keluarga beranggotakan empat orang selama satu tahun. Mungkin ini alasan suasana rumah terasa adem ketika ada pohon besar yang tumbuh di kebun atau pekarangan. Kemampuan pohon menggunakan CO2 dan melepaskan O2 juga menunjukkan peranannya dalam memperlambat perubahan iklim akibat efek rumah kaca yang berlebih

Efek rumah kaca adalah proses dimana panas terperangkap di dekat permukaan bumi sebab adanya ‘gas rumah kaca’. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida, dinitrogen oksida, metana, gas fluorida, dan uap air, terbentuk secara alami serta menjadi bagian dari struktur atmosfer bumi.

Gas-gas tersebut mampu memerangkap panas matahari sehingga disebut sebagai selimut bumi yang yang dapat memberikan kehangatan. Itu mengapa bumi terkadang disebut sebagai planet Goldilocks, dimana kondisi planet yang tidak terlalu panas dan dingin sehingga tercipta iklim yang cocok untuk memicu suatu kehidupan. Beberapa ilmuwan bahkan menetapkan bahwa efek pemanasan dari CO2 dapat menstabilkan atmosfer bumi. Tanpa adanya efek tersebut, diduga suhu permukaan bumi menjadi sekitar 33 derajat celcius lebih dingin.

Bagaimanapun selama satu abad terakhir, yang terjadi adalah sebaliknya. Umat manusia telah mengganggu keseimbangan planet bumi. Aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil dan jenis pembakaran lain secara masif, menghasilkan efek rumah kaca yang berlebih.

Sebagaimana yang terjadi di beberapa dekade terakhir, CO2 di atmosfer meningkat secara konsisten. Hal tersebut mengakibatkan kenaikan suhu rata-rata bumi dan menyebabkan pemanasan global (global warming). Padahal, sesuatu yang membuat bumi begitu ramah adalah efek rumah kaca yang terjadi secara alami. Namun kini, proses alami tersebut diperkuat, karena ulah disruptif manusia yang menghasilkan gas rumah kaca berlebih ke atmosfer.

Masalah tersebut makin diperparah dengan maraknya deforestasi dan tata guna lahan yang belum baik oleh beberapa pihak. Deforestasi adalah proses konversi kawasan hutan menjadi non-hutan secara permanen. Deforestasi dan perubahan tata-guna lahan menjadi penyebab terbesar emisi karbon, setelah penggunaan bahan bakar fosil sebagai yang pertama.

Musnahnya hutan berkontribusi ganda: menambah emisi dan meminimalisasi kapasitas alam untuk menyerap karbon. Deforestasi dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca hampir 50%. Nilai tersebut bahkan melebihi produksi emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi umum secara global. Adapun perkebunan komersial merupakan pemicu utama deforestasi, diikuti dengan proyek infrastruktur berskala besar seperti pertambangan, serta kegiatan lain yang secara tidak langsung dapat mengganggu keutuhan hutan seperti kebakaran dan penebangan liar (illegal logging).

Semua permasalahan ini meyakinkan kita betapa pentingnya peran pohon terhadap kelangsungan hidup di bumi. Apalagi ketika pohon bergabung menjadi hutan. Itu akan menciptakan suatu keajaiban. Hutan seakan menjadi anugerah Tuhan yang terbaik bagi seluruh umat manusia, tidak terkecuali bagi kaum urban dan subruban. Hutan menyediakan sumber kayu, udara segar, sirkulasi air bersih, obat-obatan, makanan, lanskap yang indah nan meneduhkan, hingga habitat bagi beragam spesies flora dan fauna.

Anugerah lainnya adalah bahwa hutan tropis bahkan mampu menyimpan seperempat sampai sepertiga dari seluruh karbon yang dilepaskan oleh aktivitas manusia. Ini menunjukkan kapasitas alami hutan yang baik dalam mengontrol emisi karbon di atmosfer.

Sekalipun hutan memiliki banyak manfaat, terutama dalam pencegahan pemanasan global, seringkali itu semua diremehkan begitu saja. Yang sejak dulu kita ketahui bahwa fungsi hutan sebagai penyerap karbon, dewasa ini malah menjadi penghasil emisi karbon utama.

Oleh sebab itu, diperlukan sinergi dari pemerintah dan seluruh masyarakat. Pemerintah sebagai pihak pemegang kebijakan, hendaknya menyusun aturan dan aksi yang cermat untuk menjaga keseimbangan ekosistem, tanpa perlu menghentikan pembangunan nasional yang sampai sekarang memang cenderung disruptif terhadap ekosistem. Dalam proses tersebut, sebaiknya melibatkan masyarakat dan para ahli sebagai garda terdepan dalam upaya pelestarian. Semuanya dilakukan untuk melestarikan hutan, guna menjaga keberlangsungan bumi dan kenyamanan hidup anak cucu selanjutnya.

Referensi:

Admin IPB. (2019). World Million Tree Day Movement. [Online]. https://ipb.iaas.or.id/2019/01/26/world-million-tree-day-movement/ (Diakses 09/01/2023)

APCS. (2022). A Million Tree International Day. [Online]. http://www.apcs-pmw.com/news-detail/77/a-million-tree-international-day.html#:~:text=The%20one%20million%20tree%20movement,healthy%2C%20cool%20and%20beautiful%20environment (Diakses 09/01/2023)

Johnson, M. P. (2016). Photosynthesis. Essays in Biochemistry, 60: 255–273. DOI: 10.1042/EBC20160016

Kweku, D. W., Bismark, O., Maxwell, A., Desmond, K. A., Danso, K. B., Oti-Mensah, E. A., … & Adormaa, B. B. (2018). Greenhouse effect: greenhouse gases and their impact on global warming. Journal of Scientific research and reports, 17(6): 1-9.

Stancil, J. M. (2019). The Power of One Tree: Very Air We Breathe. [Online]. https://www.usda.gov/media/blog/2015/03/17/power-one-tree-very-air-we-breathe (Diakses 09/10/2023)

Abby Crisma
Abby Crisma
A so so, who struggle splitting out all the sh*ts that clog his mind
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.