Rabu, November 6, 2024

Happy 17th August 2021, Recovery untuk Pembangunan Berkeadilan

Herlina S. Manap
Herlina S. Manap
Mahasiswa Program DETFEB Universitas Padjadjaran. Dosen Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh. herlina20001@unpad.mail.ac
- Advertisement -

Setiap orang memiliki peranan dalam pembangunan. Mulai dari keluarga, tukang sapu, pemuka agama, hingga pemimpin negara. Kiranya semuanya dapat melaksanakan peranan sebaik-baiknya dimana hal tersebut berlaku pada diri ini yang sedang menikmati masa kuliah di kampusnya Neng Geulis (sebuah Perguruan Tinggi Negeri), Bandung.

Aristoteles berpendapat bahwa pendidikan merupakan bekal terbaik untuk perjalanan hidup seseorang [1]. Tiada ilmu pengetahuan dan pendidikan sedari sekolah dasar hingga sarjana melainkan akan membuat kehidupan lebih bermanfaat dan berarti.

Pada akhirnya semua hal positif secara mikro akan membawa kebaikan secara makro di sebuah negara. Esai ini terbagi menjadi 3 (tiga) paragraf pendek yang ringan dibaca, yaitu: 1) Memotivasi diri untuk studi lanjut, 2) Recovery pembangunan berkeadilan, 3) Peran pendidikan ditunjang kesehatan untuk pembangunan bangsa.

Memotivasi Diri untuk Studi Lanjut

Sebagian orang berpendapat bahwa adalah penting memiliki soft skill yang handal untuk memperoleh pendapatan yang layak setara UMP (Upah Minimum Provinsi) di masing-masing wilayah, sedangkan tingkat pendidikan yang setinggi-tingginya tidak begitu diperlukan. Sebagian lagi malah berpendapat sebaliknya.

Kedua pendapat tersebut tidak salah dan tidak pula benar sepenuhnya karena akan sangat tergantung pada konteksnya. Ketika tamat kuliah, maka pasar tenaga kerja akan meminta persyaratan dengan kualifikasi tingkat pendidikan minimal dari si pelamar kerja.

Dengan adanya soft skill tanpa memiliki ijazah dengan IPK minimal sesuai ketentuan pasar tenaga kerja, maka seseorang tidak akan dapat memperoleh pekerjaan yang layak. Tingkat pendidikan yang tinggi tanpa memiliki soft skill yang memadai, akan menyebabkan daya saing seseorang tersebut menurun di pasar tenaga kerja.

Sebenarnya antara soft skill dan tingkat pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Mereka satu nafas. Seseorang dituntut memiliki soft skill yang handal dengan tingkat pendidikan minimal, sedangkan di sisi lain terdapat penawaran (dari sisi perusahaan) yang meminta tenaga kerja dengan tingkat pendidikan tinggi sekaligus mempunyai soft skill yang baik.

Dari uraian tersebut dapat saya pahami bahwa antara tingkat pendidikan dan soft skill merupakan hal yang sebaiknya dimiliki oleh seseorang. Karena seseorang akan menjadi kurang berdaya saing di pasar tenaga kerja tanpa adanya soft skill walaupun berpendidikan setinggi-tingginya.

Sebaiknya saya berikan beberapa ilustrasi sebagai berikut: Melly Goslow, seorang pengarang lagu yang “brenas” di Indonesia, tidak dapat membaca not balok, malah kekhawatirannya muncul bila yang bersangkutan mempelajari not balok, maka akan menjadi kesulitan untuk menciptakan atau mengarang lagu-lagu.

Seorang peneliti/pendidik yang bertugas meneliti dan menemukan fenomena atau suatu teori akan sangat dituntut memiliki tingkat pendidikan setinggi-tingginya dan juga soft skill yang memadai untuk menunjang tugas sebaik-baiknya. Sedangkan untuk memasuki PNS (Pegawai Negeri Sipil), maka modal awal utamanya adalah tingkat pendidikan dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang ditentukan dan serangkaian tesnya.

- Advertisement -

Tapi, Bob Sadino, pengusaha yang kaya raya yang memiliki soft skill handal, sehingga mampu memasuki sektor informal dengan baik. Pada akhirnya apakah seseorang mengenyam pendidikan tinggi atau tidak, maka dia sebaiknya memiliki berbagai soft skill, dimana pernyataan ini tentu tidak menegasikan pernyataan sebelumnya bahwa pentingnya pendidikan sebagai salah satu dari sekian banyak wahana untuk berinteraksi dan membentuk karakter seseorang. Sehingga sesuai dengan ungkapan tuntutlah ilmu hingga ke negeri China.        

Nilai lebih yang ditawarkan seseorang di pasar tenaga kerja bukan hanya berlandaskan atas kebutuhan pasar atau penciptaan kebutuhan pasar, namun sebaiknya disesuaikan (matching) dengan passion diri masing-masing agar tidak mengalami “keterasingan” nantinya.

Kenyataannya penjual sirih di depan Masjid Raya, di Banda Aceh berbaris-baris rapih, namun bila diamati para pembeli tidak begitu relatif banyak jumlahnya. Jadi, tanpa adanya pembeli yang relatif ramai, maka untuk apa ketersediaannya banyak.

Artinya pernyataan awal yang saya kemukakan tadi menjadi kembali tawar. Kekayaan melimpah ruah merupakan tujuan yang harus dicapai saat ini oleh Indonesia, salah satu jalan adalah dengan melakukan perdagangan di dalam negeri hingga export, karena 9 (sembilan) dari 10 (sepuluh) cara menggapai kekayaan berlimpah adalah dengan usaha berdagang berupa barang dan jasa. Barang merupakan produk yang dapat dilihat sehari-hari. Jasa dapat berupa pendidikan yang dijual oleh negara asing dengan kemasan yang baik, Kesehatan berupa pelayanan rumah sakit yang sebaik-baiknya, salon yang menyediakan ketersediaan peralatan kecantikan yang canggih.

Indonesia sebaiknya banyak melakukan ekspor dan mengurangi impor, seperti China yang aktif berproduksi. Tujuannya agar tidak selalu menjadi negara berkembang sepanjang masa dan memutus generasi lost Einstein demi keadilan untuk pertumbuhan ekonomi [2].

Recovery Pembangunan Berkeadilan

Kebebasan pemilihan passion membutuhkan berbagai jaminan dari pemerintah atas pendidikan seseorang yang salah satunya adalah dengan memberikan pengucuran beasiswa pendidikan dan peningkatan kompetensi bagi warganya, keberlanjutan pemberian jaminan kesehatan yang sudah ada dengan perbaikan regulasi, dan ditambah dengan jaminan di hari tua.

Kesehatan sangat penting bagi untuk generasi ke depan. Pada masa kehamilan, seorang ibu harus mencukupi asupan gizinya secara lengkap. Bukan hanya kebutuhan fisik yang diperlukannya tapi juga kesehatan mentalnya, misalnya pasangan dan keluarga besar yang melimpahi perhatian juga kasih sayang kepada perempuan yang sedang dalam masa kehamilan.

Kualitas pendidikan dan kesehatan yang terbaik tentu akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang lebih baik ke depannya. Setiap pemuda akan mendapat tempat yang layak berupa talent pool yang bening yang akan mendukung kemajuan bangsa.

Jaminan di hari tua akan mengakibatkan penekanan terhadap kasus korupsi, karena seseorang tidak diperlukan untuk mengumpulkan harta 7 (tujuh) turunan dengan nafsu membara yang menghalalkan segala cara yaitu korupsi.

Esai mengenai saran atas penanganan korupsi sebelumnya sudah saya tuliskan pada esai sebelumnya di Geotimes.id berjudul, “Jawaban Masalah untuk Pandemi Covid-19: sebuah penawaran konsep wisata medis dan kecantikan sebagai upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh dimana salah satu permasalahan di Aceh adalah adanya kekhawatiran atau keengganan investor untuk melakukan investasi karena pemberitaan adanya hukum cambuk yang berlaku di Aceh, sehingga perlu dilakukan kajian ulang dan sebagai penggantinya adalah dengan menerapkan hukum potong tangan bagi pelaku korupsi.

Peran Pendidikan Ditunjang Kesehatan untuk Pembangunan

Perempuan dalam posisi apapun bukanlah pesaing bagi laki-laki, melainkan mitra feminin seperti adanya Hawa yang menemani Adam dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah yang pada era ini perannya turut mendorong pembangunan berkelanjutan yang berkualitas yang memperhatikan lingkungan.

Sebagai ilustrasi dalam hal perekonomian yaitu kesadaran atas motif memegang uang menurut Keynes, yaitu: 1) berjaga-jaga, 2) transaksi, dan 3) spekulasi. Motif berjaga-jaga berada pada ekonomi mikro harus muncul dalam keluarga yang melakukan pengeluaran secara stabil.

Maksudnya adalah ketika memiliki pendapatan harian 100 hari ini dikeluarkan 50 ribu, esok memiliki pendapatan 200 ribu, maka pengeluaran jangan dihabiskan di atas 50 ribu juga, karena uang sisanya dapat dtabung sehingga dapat digandakan melalui usaha yang akan meningkatkan kesejahteraan keluarga yang apabila seluruh rumah tangga berusaha melakukan kapitalisasi, maka pertumbuhan ekonomi secara makro akan mengalami peningkatan.

Demikian bagaimana perilaku mikro dalam bentuk kebiasaan dan adat istiadat mempengaruhi perekonomian secara makro. Tanpa adanya sinergi tersebut, maka pertumbuhan ekonomi tidak akan mengalami pertumbuhan yang pesat. Dan perempuan merupakan sosok yang sangat mempengaruhi hal tersebut, sehingga wajib baginya untuk menimba ilmu pengetahuan.

Logisnya adalah antara perilaku melakukan kapitalisasi dengan sedekah tidak dapat dicompare dengan pernyataan semakin banyak melakukan usaha maka akan mengurangi sedekah seseorang dan sebaliknya, karena di setiap pendapatan seorang muslim terima akan ada hak orang lain di dalamnya, sehingga semakin banyak usaha yang dilakukan maka akan turut mensejahterakan lingkungannya.

Jadi tantangan perekonomian adalah bagaimana membumikan teori perilaku ekonomi mikro secara sederhana sehingga yang dapat mendorong perekonomian secara makro.

Harapan atas berbagai jaminan kehidupan dan kepastian hukum akan selaras dengan visi bangsa yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga dapat menaikkan daya tawarnya di mata bangsa lainnya.

Jaminan sosial dapat menghilangkan kecemburuan atas pencapaian passion manusia lain yang mereka peroleh dengan alasan aku adalah aku sesuai passion yang akan mengantarkannya pada kedamaian dimana kontradiksi manusia telah bergeser dari rasa kecemburuan atas ketidakmerataan, ketidakadilan, dan ketimpangan dengan adanya berbagai jaminan dari negara yang akan menciptakan iklim persaingan positif di tingkat lokal, nasional, dan internasional.

Referensi:

[1]     P. Review, “Philosophical Review Review Reviewed Work ( s ): Aristoteles by Hermann Siebeck Review by : W . A . H . Source : The Philosophical Review , Vol . 10 , No . 2 ( Mar ., 1901 ), pp . 215-217 Published by : Duke University Press on behalf of Philosophical Rev,” vol. 10, no. 2, pp. 215–217, 2021, [Online]. Available: http: jstor.org.

[2]     Arief AY, Keadilan untuk Pertumbuhan, II. Bandung: Universitas padjadjaran (UNPAD) PRESS.

*Esai ini merupakan sebagai syarat melamar beasiswa unggulan Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).

Herlina S. Manap
Herlina S. Manap
Mahasiswa Program DETFEB Universitas Padjadjaran. Dosen Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh. herlina20001@unpad.mail.ac
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.