Senin, April 29, 2024

Hal-hal yang Belum Banyak Orang Ketahui tentang DMZ

Mukhamad Riyan Hidayattulloh
Mukhamad Riyan Hidayattulloh
mahasiswa s1 di korea selatan dengan jurusan Food Science di Kangwon National University.

DMZ atau Demilitarized Zone merupakan garis yang membentang sebagai pemisah antara Korea Utara dan Korea Selatan. DMZ dapat dikatakan sebagai simbol dari luka dan penderitaan perang korea yang dulu terjadi selama 3 tahun satu bulan.

Pertempuran berakhir pada 27 Juli yang diakhiri dengan perjanjian gencatan senjata pada 27 Juli 1953. Garis gencatan senjata ini memiliki zona seluas 2 km ke batas korea utara dan 2 km Ke batas Korea Selatan.

Mendengar namanya saja, sebagian orang pasti sudah gemetaran karena tidak mampu membayangkan ketegangan yang ada di pos perbatasan. Isu tentang DMZ dan beberapa ketegangan yang sering terjadi di antara Korea Utara dan Selatan sering kali keluar di media Internasional. Meski demikian, ada beberapa fakta-fakta yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.

Fakta pertama tentang DMZ adalah, dalam bahasa Korea DMZ diartikan sebagai tempat dimana tentara beroperasi tanpa dipersenjatai. Hal ini dikhawatirkan karena persenjataan yang ada akan memungkinkan terjadinya perang lagi di wilayah perbatasan sehingga akses senjata yang masuk dibatasi seminimal mungkin.

Namun realitanya DMZ merupakan zona bersenjata lengkap yang telah melanggar perjanjian, senjata tempur dikerahkan di area ini dan parahnya terdapat ranjau dimana-mana yang mungkin tidak terhitung jumlahnya.

kemudian, jarak 10 KM dari garis gencatan senjata terdapat garis yang dinamakan CCL (Civilian Control Line). Mulanya di area ini aktivitas masyarakat sipil dibatasi dan difokuskan sebagai area operasi militer agar pengawasan terhadap garis gencatan senjata tidak terhambat. Pada 1958, militer korea mengizinkan  aktivitas pertanian di wilayah CCL ini.

Masyarakat awam mungkin mengira bahwa daerah ini adalah kawasan yang ditumbuhi oleh tumbuhan lebat dan fauna yang beragam, namun ternyata terdapat juga aktivitas-aktivitas pertanian di sekitar wilayah tersebut.

Dikarenakan wilayah DMZ sangat terbatas bagi aktivitas manusia, terjadi penghijauan secara alami sehingga keanekaragaman hayati di sana sangatlah terjaga dengan baik. Di dalam DMZ terdapat kawasan yang dinamakan Dataran Cheorwon. Dataran ini merupakan satu-satunya tempat di bumi dimana  7 dari 15 spesies burung bangau tinggal disini.

Berdasarkan data yang dihimpun dari penelitian National Institute of Ecology pada tahun 2020. Terdapat total 6.373 spesies hewan, termasuk 102 spesies satwa liar yang terancam punah. kemudian tumbuhan 1093 jenis, mamalia 47 jenis, burung 283 jenis, reptil dan amfibi 34 jenis, ikan tawar 132 jenis, serangga 3.153 jenis dan invertebrata 473 jenis.

Meskipun wilayahnya hanya sebesar 1.5% dari total luas wilayah korea, 42,7% dari satwa terancam punah yang telah ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup tinggal di wilayah ini. Jika bukan karena DMZ dan CCL maka burung sendok, burung bangau dan rusa kesturi mungkin sudah punah dari daratan Semenanjung Korea.

Selain itu, hal yang tidak kalah penting lainya adalah karena akses masyarakat sipil dan pembangunan sangat dibatasi selama bertahun-tahun, terjadi restorasi ekologi dimana wilayah yang dulunya adalah sawah dan pemukiman para petani kini berbuah menjadi lahan basah melalui proses suksesi alami.

Dahulu di wilayah yang bernama Gajeong-ri ada sebuah desa yang dihuni oleh sekitar 300 rumah tangga yang bekerja dibidang pertanian. Bahkan, di tempat itu juga dulunya pernah terbangun sebuah sekolah dasar sebelum perang korea dimulai. Desa Baeyang-dong, desa ga-jeon dan desa Don-Pyeong merupakan contoh desa yang dulunya terdapat aktivitas manusia.

Namun setelah perang korea sebagian besar desa menghilang dan setelah gencatan senjata desa-desa ini ditetapkan sebagai zona kontrol akses sipil sehingga tidak ada orang yang tinggal disana. Di lahan basah sekitar Gajeong-ri pohon-pohon baru bermunculan diantaranya adalah pohon maple dan pohon willow yang tumbuh dalam koloni berskala besar.

Kita mungkin mengira bahwa karena aktivitas masyarakat dibatasi maka hutan-hutan di wilayah DMZ akan terpelihara dengan baik. Namun kenyataannya ada beberapa tempat dimana karena bagian DMZ merupakan kawasan Korea Selatan dan Korea Utara berkonfrontasi maka pemotongan dilakukan secara berkala agar area pemantauan dapat terlihat jelas dari kejauhan. kemudian, karena pada musim semi sering sekali terjadi kebakaran hutan, sangat jarang terdapat hutan purba di wilayah DMZ.

Selanjutnya ada fakta menyedihkan di daerah yang sekarang bernama Hongwon-ri. Di daerah tersebut terdapat batu sebagai pertanda perang korea. Masyarakat pada zaman dahulu datang ke tempat tersebut untuk berdoa karena sangat rindu untuk bertemu dengan sanak saudaranya yang terpisah akibat perang Korea.

Hingga sekitar tahun 1980-an wacana pemersatuan kedua Korea tersebut sering disuarakan agar keluarga yang terpisah bisa segera bertemu dengan keluarganya. Namun seiring berjalannya waktu semangat itu nampaknya mulai menurun, generasi muda yang tidak memiliki rasa keterikatan keluarga dengan masyarakat Korea Utara menganggap bahwa pemersatuan Korea tidak lagi diperlukan.

Selain itu, di sisi lingkungan ada beberapa dampak negatif yang mungkin timbul kemudian hari setelah penyatuan kedua negara. Berakhirnya perang Korea artinya wilayah DMZ ini akan semakin mudah bagi masyarakat sipil untuk mengaksesnya dan juga pembangunan-pembangunan lainnya. Hewan dan tumbuhan yang terancam punah pun bisa saja benar-benar punah karena campur alam manusia dalam merubah fungsi hutan. Keanekaragaman hayati yang ada biasa saja terganggu di kemandulan hari akibat keserakahan manusia.

Bisa kita lihat bersama bahwa Korea Utara dan Selatan memiliki dua kepentingan yang saling bertentangan. Keinginan dan cita-cita reunifikasi Korea yang masih belum memiliki titik terang dan juga keinginan untuk melindungi ekosistem di sekitar wilayah DMZ. Harapannya ke depan semoga kedua korea ini dapat menemukan solusi bersama akan masalah-masalah yang akan dihadapi dan keputusan bijak yang mampu diputuskan agar masyarakat bisa berdamai satu sama lain dan alam korea bisa tetap lestari.

Mukhamad Riyan Hidayattulloh
Mukhamad Riyan Hidayattulloh
mahasiswa s1 di korea selatan dengan jurusan Food Science di Kangwon National University.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.