Kementan telah membentuk ‘Gerakan Serap Gabah Petani’ tetapi kenapa padi saya belum laku ? Apakah Kementrian membuat gerakan tidak terstruktur sehingga membuat serapan gabah petani domestik tidak maksimal.
Seperti di lansir Jpnn.com, 2021 Kementan mengitruksikan seluruh wilayah Indonesia untuk membentuk Gerakan Serap Gabah Petani (GSGP). Menurut saya gerakan ini bagus tetapi isinya nol, tanpa ada gerakan pun hasilnya sama seperti yang selama ini, ya gabah petani di beli juga—sama dengan ketika tak ada gerakan dari Kementan tersebut.
Tujuan kegiatan serap gabah petani adalah untuk membantu dan mensejahterakan petani. Kasihan petani yang sudah bekerja keras kalau sampai merugi.
Untuk itulah pemerintah turun tangan membeli gabah petani, agar petani mendapat keuntungan dari usaha tani-nya, kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi saat memberikan pengarahan pada Rapat Koordinasi (Rakor) Serap gabah petani (sergab) di Sumatera Selatan. (Pertanian.go.id, 2021)
Struktur Pengurusan GSGP
Contoh, misalnya saya petani di Daerah Indramayu terus mulai kapan akan di serap gabahnya oleh pemerintah melalui gerakan tersebut, kalau tak mau mendatangi petani, dimana tempat gudang atau sekertariatan agar petani yang datang untuk memberikan gabahnya?
Kalau hanya mengandalkan calon gabah yang mondar-mandir itu setiap musim panen, ya memang calo gabah pada mondar-mandir menemui petani untuk membeli gabah. Saya belum melihat mana relawan atau karyawan dari GSGP itu?
Berarti Gerakan ini bisa jadi hanya sebuah ucapan untuk menyakinkan petani bahwa pemerintah tidak Import beras.. Padahal seperti di lansir Jpnn.com, 2021 Gerakan Serap Gabah Petani guna untuk menjaga stok pangan Nasional dan untuk menstabilkan harga pangan.
Kalau benar ingin menyerap gabah petani seharusnya cepat mobilisasinya agar gabah tidak terlalu bau dan mendekam lama di gudang petani—tentunya buat modal tanam lagi. Seharusnya bisa, misalnya, anggaran seperti import beras di alihkan untuk gerakan ini.
Kalau hanya himbauan tanpa gerakan nyata, Ibarat seperti kita di instruksikan untuk makan tiga kali sehari, iya himbauan itu bagus, tapi isinya nol tidak ada instruksi untuk makan pun kita sadar makan tiga kali sehari. Iya tho ndak iya si.
Mencetak Outlet Beras
Kalau memang pemerintah merasa sedang berjudi—untung-untungan—kalau membeli beras dari petani domestik, maka butuh membuat outlet beras atau, misalnya, menggunakan star up marketing online-online juga, semua alat pemerintah itu sudah komplit kan.
Karena beberapa bantuan yang menggunakan jenis bahan pangan seperti beras sudah di ganti menjadi bantuan tunai, maka beras milik Bulog akan sulit keluar karena belum ada outlet yang banyak mau menyerap dari Bulog.
Jadi perlu membuat outlet beras, atau .masalahnya itu, sekarang retail-retail beras tidak ambil dari Bulog langsung dari petani dan di selip sendiri terus di kemas sendiri. Apakah sebetulnya gerakan serap gabah petani itu perlu dan harus, sementara struktur para pengerak tidak kelihatan, kalau memang mengandalkan calo-calo gabah itu—sudah cara dari dulu.
Mana mungkin calo mau menyerap beras dengan beli milik petani tanpa mempertimbangkan, karena mereka yang di inginkan untung dulu pastinya lihat barang.
Misalnya, padi saya kehujanan setelah di jemur calo tidak mau membeli dengan berbagai alasan mungkin menganggu keuntungan. Padahal saya yakin gabah kehujanan tidak menganggu beras menjadi turun kualitas, tapi lagi-lagi semua melihat dari luarnya saja.
Pak Jokowi Membangun Sawah
Selain terkenal dengan bapak pembangunan jalan terpanjang di Indonesia, Di lansir CNBC Indonesia, 2020 Pak Presiden juga membuka lahan baru untuk persawahan sebagai antisipasi kelangkaan bahan pangan.
Pak Presiden Jokowi mengingatkan soal risiko krisis pangan yang terjadi sebagai dampak dari pandemi corona. Hal ini merespons Organisasi Pangan Dunia (FAO) yang sudah mengingatkan potensi krisis pangan di tengah corona. (CNBC Indonesia, 2020)
Menurut saya bukan darurat langka bahan pangan Pak, tetapi serapan hasil pertanian yang kurang maksimal. Misalnya adanya calo bahan pangan juga menghambat dan menambah pengeluaran. Padahal Pak Presiden sudah berhasil memberantas calo-calo seperti di Samsat dll. juga.
Kenapa calo bahan pangan tidak di berantas, menurut saya sangat merugikan kalau misal mau beli gabah petani ya beli, kalau belum ada uang ya petani mau di utang gabahnya koyo karo sopo wae lho iseh kaku. Tetapi kenapa harus pilih-pilih padi, cuma hanya karena beda kulit, padahal dengan isi dan kualitas yang sama.
Dengan instruksi Pak Presiden membuka lahan untuk persawahan dan pertanian artinya bapak tidak akan lepas tangan dengan hasil dari lahan persawahan tersebut. Maka apapun hasilnya—barang tidak turun kualitas—maka perlu harus di serap.