Kamis, Maret 28, 2024

Gaya Kepemimpinan Otoriter

Hairil Sah Putra Sagala
Hairil Sah Putra Sagala
Suka Menulis Opini

Berbicara tentang pemimpin, kita pasti akan tertuju dengan sebuah implementasi di mana suatu proses bagi seseorang dalam memberikan arahan dan bimbingan sebagai tanggung jawab yang dibawahnya dalam mencapai suatu tujuan.

Peran seorang pemimpin memiliki posisi yang dominan dan sangat memengaruhi rekan kelompok nya dalam bekerja atau memecahkan sebuah masalah. Kepemimpinan merupakan proses dari bagaimana seseorang dalam memimpin rekan kelompoknya. Seorang pemimpin harus bisa bersikap tegas, bertanggung jawab pada jabatannya, dan harus bisa menahan serta menanggung segala beban berat dan permasalahan yang akan muncul.

Ketika seorang pemimpin membuat sebuah keputusan, maka ia harus bisa mengambil keputusannya dengan tepat dan cermat. Ia harus siap untuk segala kemungkinan yang akan terjadi, baik itu masalah yang akan datang karena sejatinya seseorang yang layak dikatakan pemimpin, ialah seseorang yang mampu bertanggung jawab atas dirinya dan pekerjaan yang ia pegang.

Seorang pemimpin harus mempunyai sikap kreatif dan mampu dengan kuat memberikan motivasi atau dorongan kepada bawahannya untuk terus berkembang dan mampu menemukan solusi yang layak untuk diselesaikan. Pemimpin yang bijaksana, pasti ia tidak akan berpikir dua kali dalam memberikan bantuan dan kebaikan pada orang disekitarnya termasuk karyawannya yang merupakan bawahannya.

Seorang leader juga harus memiliki kejujuran yang harus dipegang selalu karena merupakan kunci dari keberhasilan sebuah tim yang sukses. Berbicara mengenai kepemimpinan merupakan sebuah hal yang mendasari suatu organisasi, institusi, dan juga tentang sebuah kelayakan suatu Negara yaitu terdapatnya seorang pemimpin atau disebut presiden. Berbagai sistem pemerintahan di berbagai Negara di dunia, jelas ini menjadi hal yang mendasari suatu Negara dalam berdirinya asas serta sebagai pondasi bangsa untuk terus dijadikan sebagai tolak ukur bagaimana pemerintah dalam membangun, mengawasi, dan mengendalikan masyarakat yang dipegangnya.

Perbandingan-perbandingan yang ada dari beberapa sistem dapat dilihat dari suatu perkembangan. Sistem-sistem pemerintahan yang dipegang oleh masing-masing Negara akan berefek kepada setiap individual masyarakat. Termasuk apa akibat yang akan diterima, atau hal apa yang akan menjadi beban bagi masyarakat yang menjalankannya. Kita melihat dan merasakan sendiri bagaimana sistem kekuasaan di Indonesia ini yang bersifat demokrasi yang artinya pembagian kekuasaan pada setiap lembaga Negara, yaitu lembaga eksekutif, legislative, dan yudikatif. Serta tidak ada kekuasaan yang mutlak yang artinya kita sebagai warga Negara Indonesia diberikan asas bebas berpendapat.

Lalu apa dan bagaimana dengan sistem kekuasaan otoriter itu? Apa saja sisi positif dan negatif yang akan kita lihat? dalam perspektif saya, saya akan memberikan beberapa statements yang tentunya berkaitan dengan segala aspek kehidupan yang ada di dalamnya atau di dalam kekuasaan otoriter. Seperti yang kita tahu bahwa Negara otoriter seperti China, Rusia, Turki, Iran, Korea Utara, dan beberapa Negara lainnya, memiliki sistem kekuasaan di mana kekuasaan dibentuk secara terpusat hanya pada satu orang dengan tidak adanya pembagian kekuasaan dan kekuasaannya bersifat mutlak. Pada sistem ini bentuk pemerintahannya bercirikan penekanan kekuasaan hanya pada Negara atau pribadi tertentu.

Pengertian otoriter di sini lebih menekankan pada unsur pemaksaan sebagai bentuk perintah dengan tujuan mendisiplinkan masyarakat. Disiplin harus jelas dan tertuju pada setiap aspirasi yang dibangun, dan warga Negara tersebut harus patuh dan menuruti pemerintah. Perlu ditekankan lagi bahwa perintah dan pemerintah itu berbeda, jadi ketika suatu institusi atau kita sebut lembaga pemerintah sedang memberikan perintah maka kita sebagai warga Negara dari Negara sistem kekuasaan otoriter tersebut harus menjalankan segala yang diperintahkannya secara mutlak.

Otoriter identik sebagai bentuk mendisiplinkan masyarakat yang lebih bersifat pemaksaan sebagai bentuk perintah dari pimpinan Negara. Sistem kekuasaan seperti ini tentu mengandung aspek pro kontra yang dihadapi semua kalangan di Negara tersebut karena jelas terdapat sisi baik dan sisi buruknya.

Beberapa dari mereka memang setuju karena juga mendapatkan keuntungan, mungkin saja beberapa atau bahkan seluruh kalangan dari lapisan bawah tidak setuju karena mereka merasa dirugikan. Tetapi untuk pemerintahan sistem otoriter, mau tidak mau seluruh masyarakat pasti tidak setuju. Kita akan melihat banyak contoh yang sangat menyedihkan karena sistem ini mempunyai tekanan yang sangat besar kerugiannya bagi warga yang merasakannya.

Tidak hanya masalah pekerjaan, tetapi memang dari segi peraturan pemerintah pasti lebih banyak membawa tekanan. Tekanan di sini diartikan luas, dalam artian sifat personal dari setiap individu juga akan mengikuti perubahan tersebut dan akan berakibat pada personalitas seperti mental, kejiwaan pada masing-masing individu. Kita lihat saja satu diantara Negara-negara penganut sistem otoriter yaitu Korea Utara.

Warga di sana harus mengikuti berbagai aturan yang bukan hanya hal-hal yang tidak sepele, tetapi peraturan tentang keseharian pun sudah sangat dibuat secara terstruktur mulai dari masalah kehidupan cultural yang membuat mereka tertekan. Terdapat punishment yang memang tidak main-main di Negara otoriter.

Otoriter berarti mendisiplinkan dengan cara paksa dari satu pihak yaitu pemerintah yang menciptakan peraturan yang memang harus dipatuhi. Karena sebagian dari mereka bukan Negara yang beragama, menjadikan mereka lebih lagi menentukan sesuatu karena mereka tidak memiliki patokan sehingga berbuat kejam menjadi hal yang bisa diwajarkan, ini merupakan sisi dimana mereka tidak melihat hal-hal yang manusiawi atau jauh dari kata kemanusiaan. Pemimpin otoriter akan melakukan apa saja sesuai dengan apa yang ia tuju.

Lalu, bicara mengenai dampak positif dan negatif dari pemerintahan otoriter, karena pada dasarnya sistem ini akan memberikan dampak yang luas baik itu dari segi hukum, sosial, dan culture dsb. Kembali lagi, kita tidak bisa mengetahui secara detail, karena sebuah sistem itu berlapis-lapis seperti hukum dan lain sebagainya.

Hairil Sah Putra Sagala
Hairil Sah Putra Sagala
Suka Menulis Opini
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.