Pemimpin dan kepemimpinan seperti yang diketahui merupakan dua hal yang berbeda, pemimpin merupakan subjektifitas dari seseorang yang merefleksikan kepemimpinannya, dengan kata lain kepemimpinan merupakan gaya atau pola dari individu tersebut dalam memproses budaya kerja dan kinerja suatu organisasi, sedangkan pemimpin dengan kata lain ada seseorang yang mampu mengajak, melindungi, mengayomi, mengintervensi individu lain dalam konteks keorganisasian.
Dalam konsep kepemimpinan, ada dua pendekatan yang saling terhubung; pendekatan fisiologi dan pendekatan psikologi. Apa yang membedakan kedua pendekatan tersebut namun saling terhubung? Pendekatan fisiologi menyangkut dengan konkret dan rasionalitas, sedangkan aspek psikologi merupakan proses mental yang membentuk dimensi emosional.
Pembahasan tentang aspek psikologis dalam kepemimpinan merupakan bagian kecil dari kajian psikologi kepemimpinan. Akan tetapi dalam Kepemimpinan, pendekatan psikologi ini memfokuskan bagaimana seorang pemimpin mampu menjadi teladan bagi bawahannya, sehingga apa yang dia inginkan (dalam konteks organisasi) diikuti, segala yang diperintahkan dilakukan sebaik mungkin, dan apa-apa yang dia larang dipatuhi untuk dijauhi. Keteladanan terwujud karena ia memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh bawahannya.
Buku Thomas Carlyle “Pahlawan dan Pemujaan Pahlawan” (1907), tulisan William James (1880) tentang orang- orang hebat dalam sejarah, dan studi Galton (1869) tentang peran hereditas adalah dapat dicirikan bahwa umumnya diyakini para pemimpin, berdasarkan kelahiran mereka, diberkahi dengan kualitas khusus yang memungkinkan mereka untuk memimpin orang lain.
Karya Lewin dan rekan-rekannya (Lewin dan Lippit, 1938; Lewin, Lippit, dan White, 1939) tentang kepemimpinan demokratis, otokratis, dan laissez-faire meletakkan dasar bagi pendekatan perilaku kepemimpinan.
Pemimpin demokratis didefinisikan sebagai mereka yang berkonsultasi dengan pengikut mereka dan mengizinkan mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan; pemimpin otokratis sebagai mereka yang membuat keputusan sendiri; dan pemimpin laissez-faire sebagaian mereka yang tidak memberikan arahan dan tidak terlibat dengan pengikutnya.
Meskipun ketiga jenis gaya kepemimpinan didefinisikan dengan jelas, penelitian tersebut gagal untuk menetapkan gaya mana yang paling efektif atau faktor situasional mana yang akan mengarah pada penggunaan satu atau gaya lain karena masing-masing gaya memiliki efek yang berbeda pada bawahan.
Model Fondasi Kepemimpinan Modern
- Model Kontingensi Fiedler
Model ini mengarah pada efektivitas kepemimpinan adalah fungsi dari kecocokan antara gaya pemimpin dan situasi kepemimpinan. Jika gaya pemimpin sesuai dengan situasi, gaya pemimpin akan efektif; jika tidak, pemimpin tidak akan efektif.
Sebagai contoh, gaya kepemimpinan otokratis sangat cocok dalam situasi komando namun sangat tidak sesuai dalam situasi organisasi kemasyarakatan. Efektivitas model kontingensi ini tergantung pada kecocokan antara orang dan situasi antara lain hubungan antara pemimpin dan pengikut, jumlah struktur tugas, dan kekuatan posisi pemimpin. Ketika kelompok terpecah atau kurang menghormati atau mendukung pemimpin, kendali pemimpin rendah keefektifan seorang pemimpin berubah seiring dengan perubahan situasi.
- Model Keputusan Normatif
Model Keputusan Normatif ini terbatas dengan hal yang bersifat pengambilan keputusan, para pemimpin dapat mengadopsi gaya pengambilan keputusan yang berbeda sesuai kebutuhan. Seorang pemimpin harus memutuskan gaya mana yang akan digunakan tergantung pada situasi yang dihadapi pemimpin dan kelompoknya dan apakah masalahnya melibatkan kelompok atau satu individu. Masalah individu hanya mempengaruhi satu orang, sedangkan masalah kelompok dapat mempengaruhi kelompok atau individu.
Dengan demikian pendekatan modern ini berfokus pada identifikasi ciri-ciri yang akan membedakan pemimpin dan pengikut. Meskipun sifat-sifat tertentu ditemukan terkait dengan kepemimpinan, tidak ada serangkaian sifat sederhana yang secara konsisten memprediksi siapa yang akan menjadi pemimpin yang efektif. Karena hasil yang tidak meyakinkan, banyak peneliti memberi perhatian mereka pada perilaku kepemimpinan.
Oleh karena itu, teori-teori awal yang menjadi dasar kepemimpinan modern berfokus pada bagaiman cara para pemimpin menggunakan sumber daya atau hubungan antara pemimpin dan pengikut.
Model Kontingensi Fiedler dan Model Keputusan Normatif mempertimbangkan bagaimana pemimpin menggunakan sumber daya yang tersedia dan mengusulkan bahwa gaya pemimpin harus disesuaikan dengan situasi untuk mencapai efektivitas.
Sedangkan Model Kontingensi mengasumsikan bahwa gaya pemimpin yang ditentukan oleh sifat-sifat internal dan karena cenderung sulit diubah, Model Keputusan Normatif bergantung pada gaya pengambilan keputusan yang dianggap dapat dipelajari. Keduanya juga berbeda dalam kriteria yang mereka gunakan untuk efektivitas kepemimpinan. Selain itu model Kontingensi melihat kinerja kelompok; Model Keputusan Normatif berfokus pada kualitas keputusan.