Mendengar kata pemimpin biasanya kita berasumsi bahwa pemimpin itu adalah seseorang yang memiliki peran dominan dalam memberikan arahan dan bimbingan, bersikap tegas, berintegritas, memiliki empati dan kepedulian, memiliki visi yang jelas, memiliki kemampuan dalam komunikasi, menyelesaikan segala beban serta dapat bertanggung jawab pada para bawahannya. Semua asumsi tersebut bisa dibilang benar adanya dan tidak dapat dipungkiri lagi dalam pandangan umum organisasi.
Saat seorang pemimpin membuat keputusan, ia harus dapat mampu mengambil keputusan yang cepat dan tepat baik hingga situasi sulit sekalipun. Maka dari itu, pandangan pemimpin yang ideal di mata umum bagaikan orang yang bisa melakukan semuanya, tetapi seorang pemimpin tidak bisa hanya mengandalkan diri mereka sendiri, seorang pemimpin perlu memperhatikan sekitarnya juga. Kemudian, hal apa saja yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin dalam menyikapi hal ini?
Dalam suatu organisasi tentu tidak bisa dengan hanya mengandalkan satu gaya kepemimpinan saja, begitu pula sebaliknya tidak semua pendekatan atau metode akan cocok dengan situasi dan kondisi tertentu dalam tiap organisasi dan pasti akan bergantung yang mana paling sesuai dengan tugas.
Interaksi antar individu merupakan hal yang penting untuk organisasi agar berjalan dengan semestinya, Gaya Kepemimpinan Situasional hadir untuk memberikan kemudahan antara pemimpin untuk mengetahui kemampuan, keadaan maupun sifat dari para bawahannya yang bergantung pada karakteristik situasi yang dihadapi dan tujuan yang dicapai.
Kepemimpinan Situasional menekankan pada pentingnya memahami keadaan suatu tim dan menyesuaikan gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada untuk mencapai tujuan atau hasil dari organisasi. Pemimpin diharapkan dapat memberikan arahan ataupun motivasi agar pekerjaan bisa diselesaikan oleh para bawahan, selain itu keadaan yang berubah membuat pemimpin harus bisa mengubah gaya kepemimpinannya supaya lebih efektif.
Menurut teori ini, hal yang paling efektif untuk pemimpin adalah pemimpin yang dapat mengadaptasi gayanya dengan situasi dan memperhatikan hal-hal spesifik seperti jenis tugas, sifat kelompok, dan faktor lain yang mungkin berkontribusi dalam menyelesaikan pekerjaan.
Kepemimpinan Situasional sering disebut juga sebagai Teori Hersey-Blanchard yang berasal dari dua orang pemikir yang bernama Dr. Paul Hersey, yang merupakan penulis dari buku “The Situational Leader” dan Kenneth Blanchard, yang juga merupakan penulis dari buku “One-Minute Manager”
Menurut Hersey dan Blanchard, ada 4 (empat) pendekatan gaya kepemimpinan utama yang perlu digunakan oleh Pemimpin berdasarkan karakteristik kelompok dan faktor situasional sebagai berikut:
- Memberitahu (Telling-Directing): Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin harus memberitahukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara yang dapat dilakukan anggota kelompok, atau lebih memberikan arahan dan pengawasan kepada para bawahan.
- Menjual (Selling-Coaching): Gaya ini melibatkan komunikasi dua arah antara pemimpin dan bawahan. Yang dimana pemimpin “menjual” ide atau keputusan untuk membujuk anggota kelompok agar setuju dengan gagasan tersebut, ini dikarenakan para bawahan kurang memiliki keterampilan maupun motivasi.
- Berpartisipasi (Participating-Supporting): Pada pendekatan ini, para pemimpin memberikan lebih sedikit arahan karena anggota kelompok sudah berpengalaman dan tahu apa yang akan mereka lakukan, ini memungkinkan anggota kelompok untuk mengambil peran yang lebih aktif dalam mengemukakan gagasan, pendapat dan mengambil keputusan.
- Mendelegasikan (Delegating): Gaya ini dikaitkan dengan pemimpin yang kurang terlibat dan bisa dibilang sudah lepas tangan, karena anggota kelompok sudah sangat berpengalaman dan sangat termotivasi dan tidak memerlukan arahan lagi sehingga para bawahan cenderung mengambil sebagian besar keputusan dan tanggung jawab atas apa yang terjadi.
Dari 4 (empat) gaya pendekatan tersebut bisa dikatakan seiring berjalannya waktu baik situasi dan kondisi berubah maka pemimpin harus dapat merubah cara memimpin mereka yang dari awalnya memberikan arahan yang banyak sampai terakhir memberikan keleluasaan pada anggota kelompok atau bawahan mereka.
Menurut Hersey dan Blanchard, gaya kepemimpinan yang tepat adalah pemimpin yang memikirkan tingkat kematangan atau maturity levels (pengetahuan dan kompetensi) dari tiap individu atau kelompok. Dalam teori ini ada 4 (empat) tingkat kematangan yaitu:
- Tingkat M1: yaitu jika ada anggota kelompok yang kurang dalam pengetahuan, kemampuan, dan kemauan untuk menyelesaikan tugas, sebaiknya menggunakan gaya telling.
- Tingkat M2: yaitu jika ada anggota kelompok yang bersedia dan ada kemauan, tetapi tidak mempunyai kemampuan yang memadai. Sebaiknya menggunakan gaya selling.
- Tingkat M3: yaitu jika ada anggota kelompok yang memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas, namun tidak berani atau ragu mengambil tanggung jawab. Sebaiknya menggunakan gaya participating.
- Tingkat M4: yaitu jika ada anggota kelompok yang mempunyai keahlian yang sangat tinggi dan memiliki kemauan untuk menyelesaikan tugas, sebaiknya menggunakan gaya kepemimpinan delegating.
Dengan gaya kepemimpinan yang tepat pemimpin dapat menghasilkan keputusan yang tepat pula, karena dengan banyak gaya kepemimpinan maka pembagian tugas akan sangat fleksibel, sehingga tujuan yang sudah dibuat oleh suatu organisasi bisa tercapai dengan lebih cepat.
Karena keadaan yang selalu berubah dan anggota kelompok juga memiliki karakteristik masing-masing yang beragam, dengan menerapkan satu gaya kepemimpinan saja tidak akan efektif, bahkan bisa menimbulkan konsekuensi. Oleh karena itu, penting sekali untuk bersikap fleksibel bagi para pemimpin dan menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan tugas serta orang-orang yang terlibat dalam suatu organisasi.