Sabtu, Oktober 12, 2024

Fenomena “Fan Culture” Dikalangan Penggemar Idol Group

Fany Wirda Putri
Fany Wirda Putri
Saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Airlangga jurusan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia

Generasi masa kini, terlebih mereka yang masuk dalam generasi Z, akrab dengan kemunculan banyak boygroup dan girlgroup yang kini menguasai kancah musik dunia. Menilik berbagai media sosial, diantara lain seperti Youtube, Instagram, dan Twitter, banyak grup baru bermunculan dan menyuguhkan pertunjukan musik yang disertai dengan gerakan yang menarik sebagai pendukungnya.

Hal ini kemudian membuat banyak generasi masa kini memiliki kecenderungan untuk menyukai boygroup dan girlgroup tersebut dan mereka tergabung dalam suatu fandom atau fans kingdom, yakni suatu kelompok yang terdiri atas gabungan penggemar yang menyukai boygroup atau girlgroup. Fandom ini berbeda-beda. Jadi, setiap boygroup dan girlgroup memiliki fandom mereka masing-masing.

Rasa cinta penggemar terhadap grup yang mereka idolakan kemudian memunculkan suatu fenomena baru bernama “fan culture”. Fan culture ini dapat juga diartikan sebagai budaya fan atau segala hal yang meliputi aktivitas penggemar dalam mengidolakan idola mereka. Pada fenomena ini, penggemar menunjukkan rasa cinta mereka secara militan terhadap grup-grup tersebut. Namun, militansi mereka tidak selalu bersifat positif.

Ada beberapa hal yang justru menyuguhkan citra negatif dari militansi yang mereka tunjukkan kepada grup yang mereka idolakan. Berikut ini disajikan beberapa hal yang terkait dengan fenomena fan culture tersebut.

Pertama, aktivitas pengidolaan terhadap grup membuat penggemar cenderung terjebak pada fenomena hedonisme atau menghambur-hamburkan uang untuk membeli banyak benda yang berhubungan dengan idola mereka. Banyak penggemar yang berlomba-lomba untuk membeli aksesoris khas grup idola mereka, mulai dari lightstick, photo card, album, hingga baju dan lain sebagainya.

Selain itu, banyak penggemar yang juga membeli benda-benda yang digunakan oleh idola mereka demi menunjukkan rasa cinta mereka terhadap idola tersebut. Namun, hal ini sering kali justru berdampak negatif. Mereka menghabiskan banyak uang untuk hal yang seharusnya bisa dikelola dengan baik sesuai dengan kebutuhan. Jika hanya membeli satu atau dua, mungkin masih wajar. Akan tetapi, ada penggemar yang membeli satu barang dengan jumlah banyak dengan alasan “mendukung” idola.

Kedua, muncul suatu fenomena sosial berupa fan war atau perang antarpenggemar. Terjadinya perang antar fandom dapat disebabkan oleh berbagai alasan. Kejadian ini biasanya diawali dengan adanya ketidaksukaan oknum yang terdapat dalam suatu fandom kepada salah satu boygroup atau girlgroup lainnya.

Rasa ketidaksukaan atau kebencian inilah yang menjadi penyebab dari munculnya berbagai aktivitas yang berujung pada perang antar fandom.Selain adanya rasa tidak suka, perang antar fandom juga dipicu oleh adanya kompetisi diberbagai ajang seperti ajang penghargaan musik.

Ajang penghargaan musik dijadikan sebagai salah satu instrumen besar-kecilnya suatu boygroup atau girlgroup sehingga kemenangan suatu grup pada ajang penghargaan musik adalah sesuatu yang sangat diharapkan dan ditunggu-tunggu oleh fandom. Biasanya, ajang penghargaan musik diikuti dengan adanya isu tentang kecurangan yang dilakukan oleh pihak penyelenggara. Inilah yang menjadi penyebab dari munculnya kondisi panas di kalangan fandom.

Perang antar fandom juga bisa disebabkan oleh adanya kabar kencan pada idol atau dikenal dengan dating. Jika salah satu anggota boygroup atau girlgroup itu dikabarkan sedang berpacaran dengan anggota dari grup lain, hal ini memunculkan reaksi berbeda-beda. Ada yang menerimanya, ada juga yang menolak. Pihak yang menolak biasanya memiliki kecenderungan untuk berperilaku agresif terhadap orang yang memiliki hubungan khusus dengan idolanya.

Akhirnya, perang antar fandom pun sulit dihindari.Ketiga, meskipun diterpa dengan fenomena negatif yang melingkupi dunia fandom, ada pula fenomena positif yang layak untuk dibanggakan dari aktivitas mengidolakan boygroup dan girlgroup. Ketika kita lihat berbagai media sosial, ada banyak penggemar yang melakukan aktivitas cipta kreasi, seperti melakukan dance cover, membuat lukisan berlatar idola mereka, hingga membuat karya-karya lain.

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengidolakan boygroup dan girlgroup turut membuat individu yang menggemarinya mengalami peningkatan daya kreasi. Jika diasah dan difasilitasi dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan bahwa hal ini dapat berujung pada adanya kompetisi positif, yakni mereka berlomba-lomba untuk menunjukkan kreativitas diri.

Pada akhirnya, akan banyak bermunculan suatu aktivitas positif yang dapat meningkatkan kualitas diri setiap individu yang menggemari boygroup dan girlgroup dan dapat membuat orang awam menjadi paham bahwa aktivitas mengidolakan grup-grup tersebut memiliki banyak dampak positif.

Merujuk pada keseluruhan pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu simpulan bahwa fenomena fan culture tidak lepas dari adanya fenomena positif dan negatif yang melingkupinya. Hal ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi agar atmosfer yang pada kalangan fandom dapat berubah menjadi lebih baik lagi, sehingga aktivitas pengidolaan terhadap boygroup dan girlgroup tidak lagi dikenal dengan citra negatif yang melekat erat.

Fany Wirda Putri
Fany Wirda Putri
Saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Airlangga jurusan S1 Bahasa dan Sastra Indonesia
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.