Memasuki bulan Agustus beberapa kampus di Indonesia sudah mulai melaksanakan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) atau masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK). Setiap mahasiswa baru umumnya diwajibkan untuk mengikuti pelaksanaannya.
PKKMB mempunyai tujuan agar terciptanya akselerasi adaptasi bagi mahasiswa baru dengan kehidupan di Perguruan Tinggi, Pendidikan Karakter, memperluas jejaring pertemanan dan relasi, serta meningkatkan kesadaran kehidupan berbangsa, bernegara dan pentingnya pendidikan yang sedang dijalani.
Proses Pengenalan ini di beberapa universitas dilakukan secara bertahap. Dimulai dari masa pengenalan di tingkat universitas lalu dilanjutkan dengan pengenalan di tingkat fakultas, dan di lingkup yang lebih kecil seperti jurusan atau program studi.
Dalam ranah universitas dan fakultas kegiatan diarahkan pada tujuan yang bersifat umum dan diawasi dengan ketat karena terkait dengan regulasi serta pelaksanaannya selalu dipantau oleh lembaga universitas. Sedangkan dalam ranah jurusan atau program studi pelaksananya lebih bersifat tradisi yang kaku dan seringkali menimbulkan permasalahan.
Dalam masa orientasi mahasiswa baru di tingkat jurusan atau program studi masalah kerap kali muncul. Seperti, senioritas, bullying, perpeloncoan, kekerasan mental dan fisik yang menimbulkan dampak negatif bagi pelaku maupun korban. Fenomena ini kerap kali muncul di media massa, pemberitaan-pemberitaan mengenai kasus ini seperti sebuah fenomena gunung es, yang saya yakin masih banyak korban-korban yang tidak berani untuk menyuarakan kasusnya karena diancam oleh pihak-pihak terkait, bahkan sudah menjadi rahasia umum jika lembaga universitas sering menutup-nutupi kasus ini agar tidak mencoreng nama baik kampus di mata publik.
Dominasi Sosial dalam Kehidupan Kampus
Dalam kajian ilmu sosial dikenal adanya Teori Dominasi Sosial yang mana dapat menjadi alat analisis bagi fenomena ini. Teori Dominasi Sosial dicetuskan oleh Jim Sidanius dan Felicia Pratto pada tahun 1999. Dalam teori ini dijelaskan bahwa adanya sebuah hierarki sosial dalam suatu komunitas masyarakat yang diklasifikasikan dalam dua golongan yaitu kelompok dominan dan kelompok subordinat. Kelompok dominan memiliki akses kuasa terhadap kontrol sosial kepada kelompok subordinat. Dengan begitu akan muncul penindasan dan bentuk-bentuk subordinasi kepada kelompok yang lemah.
Dalam kehidupan kampus senior berperan sebagai kelompok dominan sedangkan mahasiswa baru adalah mereka yang tergolong dalam kelompok subordinat. Klaim dominan didapatkan dari lamanya senior tersebut berproses di kampus, sehingga muncul anggapan bahwa mereka memiliki wawasan dan pengalaman jauh di atas mahasiswa baru.
Dengan klaim tersebut senior memiliki dominasi sosial dan mahasiswa baru di paksa mengikuti kehendak kuasa atau akan dikenakan sanksi sosial maupun pembatasan gerak bagi yang membangkang kehendak kuasa. Penyaluran kehendak kuasa yang dibungkus dalam masa orientasi inilah yang menyebabkan terjadinya kasus-kasus intimidasi, perpeloncoan, dan bully di kalangan mahasiswa baru.
Dalam orientasi mahasiswa di tingkat jurusan masa orientasi umumnya mempunyai linimasa yang panjang dan menguras banyak waktu dengan berbagai aturan dan tata tertib yang terkesan membingungkan. Acara tradisi yang terus dilaksanakan ini umumnya merupakan sebuah agenda wajib yang harus dilaksanakan bagi para senior untuk dapat memberikan pengarahan dan masukan, tetapi tidak jarang ditemui dalam realitasnya bahwa agenda ini tidak lebih dari agenda perpeloncoan bagi mahasiswa baru.
Masih layak diteruskan?
Untuk dapat menjawab sub judul tersebut barangkali perlu analisis yang lebih dalam dari mahasiswa senior maupun mahasiswa baru. Secara tujuan agenda orientasi mahasiswa baru di tingkat jurusan mempunyai banyak sekali keuntungan dan manfaat. Dengan adanya masa ini, mahasiswa baru akan lebih mengenal kultur dari jurusan yang dipilih, karena umumnya terdapat perbedaan yang cukup ketara mengenai kultur dari setiap jurusan yang ada di kampus. Di Satu sisi, dengan adanya agenda ini mahasiswa baru dapat mengenal kakak tingkat nya, mahasiswa senior tentunya memiliki pengalaman dan wawasan yang lebih luas dari pada mahasiswa baru. Karena sejatinya kuliah bukan hanya tentang kehidupan akademik saja, banyak aspek yang harus dipelajari oleh mahasiswa dan sedikit banyaknya memerlukan bantuan senior sebagai mentor.
Tetapi perlu digaris bawahi agenda orientasi ini bukanlah satu-satunya cara untuk mengenal bagi mahasiswa baru kepada kehidupan kampus khususnya tingkat jurusan. Tidak jarang agenda seperti hanya ajang balas dendam bagi para senior kepada juniornya, karena mereka pernah diperlakukan demikian. Ketika mahasiswa junior tadi menjadi mahasiswa senior dengan dominasi sosialnya yang kuat mereka akan melakukan hal tersebut kepada junior, siklus ini umumnya susah untuk berhenti dan menjadi lingkaran setan.
Pertanyaan mengenai keberlayakan agenda ini layak dilanjutkan atau tidak, itu tergantung pada tata cara pelaksanaanya. Ada asas-asas pelaksanaan yang wajib untuk diterapkan dalam prosesnya. Pertama, asas keterbukaan yang berkaitan dengan transparansi dalam proses agenda ini. Dimulai dari pembiayaan, substansi kegiatan, tempat dan waktu.
Kedua, asas demokrasi yang dalam pelaksanaannya harusnya berdasarkan prinsip persamaan dan kesetaraan tetapi tetap memperhatikan dan menghormati hak dan kewajiban. Mahasiswa baru mempunyai status dan kedudukan setara dengan mahasiswa lama. Jadi tidak ada tindakan pembullyan dan perpeloncoan yang didasarkan pada status tahun masuk dari mahasiswa.
Ketiga, asas humanis yang menjadikan pelaksanaannya mempertimbangkan sisi kemanusiaan. Pertimbangan kemanusiaan sangatlah penting dalam agenda ini tetapi dalam pelaksanaannya seringkali di nomor dua kan. Praktik-praktik dishumanisasi yang merendahkan haruslah diubah karena tidak relevan dengan kebutuhan bagi mahasiswa baru. Berbagai tradisi yang dirasa aneh haruslah dihapuskan dan dihilangkan agar pelaksanaannya sejalan dengan cita-cita dari kegiatan ini.
Sebagai penutup mahasiswa baru yang nantinya akan menjalani kehidupan kampus harus berani memilih untuk mengikuti kegiatan ini. Jika dirasa kegiatan orientasi mahasiswa baru di tingkat jurusannya tidak diterapkannya ketiga asas tersebut jangan takut untuk tidak berpartisipasi. Karena masa-masa ini hanya merupakan akselerasi bagi mahasiswa baru untuk dapat mengenal kehidupan kampus khususnya di tingkat jurusan saja. Selain itu, masih banyak kegiatan yang dapat diikuti oleh mahasiswa yang tidak berkaitan langsung bahkan tidak membutuhkan kita untuk terlibat dalam kegiatan ini.
Sebagai mahasiswa senior sudah seharusnya kita berani untuk melakukan revitalisasi tradisi yang tidak sesuai ketiga asas tersebut. Mahasiswa senior harus melakukan inovasi kegiatan yang memiliki nilai lebih agar kegiatan ini tidak hanya terkesan tradisi tahunan yang wajib diikuti oleh mahasiswa baru, tetapi mahasiswa baru tidak merasa nyaman dan nilai guna dari kegiatan ini dapat bermanfaat.