Himbauan pemerintah tentang wajibnya penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga kebersihan juga menjaga jarak dan menghindari kerumunan (5M) hingga saat ini masih terus didengung-dengungkan melalui berbagai media. Penanganan dan penanggulangan Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona yang terus bermutasi juga masih terus bergulir.
Sementara Penelitian terhadap sejauh mana efektifitas penggunaan vaksin juga masih terus berlangsung hingga saat ini. Meskipun pemerintah dan sejumlah ahli serta paramedis terus menghimbau masyarakat untuk terus melanjutkan vaksinasi. Namun, masih banyak masyarakat yang skeptis tentang virus ini. Himbauan dan segala macam propaganda seakan tak dihiraukan.
Guru Besar Biologi Molekuler dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. drh. Chairil Anwar Nidom, MS. mengatakan, virus corona tergolong virus yang cerdik.
“Virus corona ini cerdik dan unik, sehingga mendorong kami untuk mempelajari dan melakukan penelitian. Meskipun demikian, bila obat dan vaksin yang tepat telah berhasil ditemukan, maka besar kemungkinan virus ini bisa diatasi seperti halnya mengatasi influenza biasa,” ujarnya.
Hal itu disampaikannya melalui sebuah webinar nasional bertema “Menggugat peran kelimuan dan keterampilan Dokter Hewan Indonesia dalam masa pandemi” akhir Juli 2021.
Menurut Nidom, dokter hewan seharusnya dilibatkan dalam upaya penanggulangan pandemi ini, karena virus ini diketahui berasal dari hewan, dan dokter hewan memiliki kompeten keilmuan baik dalam menjaga kesehatan hewan peliharaan, juga dalam hal penanganan wabah pandemi yang memang kebanyakan disebabkan oleh hewan.
“Sebelumnya kita telah tertimpa wabah flu burung, kemudian antrax yang disusul corona dan sebagainya, maka peran dokter hewan itu sangat strategis disitu. Kita perlu memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kondisi lingkungan yang semakin sarat dengan beban, daya dukung yang semakin berkurang sementara aktifitas yang semakin pesat, ini sangat berpotensi menyebabkan ledakan wabah terjadi dengan cepat sebagai mana kita alami sekarang ini,” paparnya.
Untuk itu, dirinya meminta kepada seluruh Dokter Hewan mengambil alih peran strategis ini dalam upaya memberantas sekaligus mengendalikan virus dan penyakit yang bersumber dari hewan (zoonosis), agar tidak terus bermutasi dan semakin berkembang.
Zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular antara hewan dan manusia, dan ini merupakan penyakit yang harus diwaspadai. Para peneliti memperkirakan 62 % penyakit yang terjadi pada manusia adalah merupakan zoonosis dan selalu ada kemungkinan untuk bertambah.
Maka di sinilah peran dokter hewan harus dilibatkan secara aktif dalam turut andil menangani pandemi Covid-19 yang termasuk penyakit zoonosis. Utamanya lagi dalam era global maupun era perbaikan tingkat kesejahteraan ekonomi dunia saat ini, dalam rangka memenuhi kebutuhan protein hewani, serta memastikan sumber protein yang berasal dari hewan benar-benar sehat dan bergizi, dan itu adalah tugas dan peran dokter hewan.
Weebinar Nasional yang dilaksanakan melalui aplikasi zoom meeting, diikuti oleh sejumlah Dokter Hewan dari seluruh Indonesia itu diharapkan dapat menjadi pemersatu serta sarana silaturahmi seluruh Dokter Hewan se-Indonesia.
Senada dengan itu, ketua umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI), drh.M.Munawaroh sebagaimana dikutip dari portal.pdhi.or.id mengatakan, dokter hewan sebagai profesi mulia yang bergerak di balik layar dalam memenuhi kesejahteraan manusia, sesuai dengan semboyan yang dijunjungnya, “Manusya Mriga Satwa Sewaka” yang memiliki arti mensejahterakan manusia melalui kesehatan hewan.
Berbagai bidang yang digeluti para dokter hewan, semua tidak terlepas kaitannya dengan manusia, baik dalam pemenuhan protein hewani hingga penyakit yang terjadi pada manusia. Karena manusia, hewan dan lingkungan saling berkaitan antar satu sama lain dalam tatanan ekosistem.
Terus bermutasi dengan berbagai varian jenis baru
“Vaksin yang beredar saat ini, umumnya diproduksi, masih dengan menggunakan metode konvensional, metode yang digunakan 300 tahun lalu, tidak ada yang baru dalam proses pembuatan vaksin. Dan, belum pernah sekalipun kita mendengar informasi mengenai keberhasilan vaksin dalam mengatasi virus. Terlebih dengan virus corona yang memiliki kemampuan bermutasi dengan cepat ini, seharusnya dilawan dengan vaksin yang diproduksi dengan metode yang terkini dan mutakhir,” imbuh Prof. Nidom.
Menurut Nidom, Covid-19 yang disebabkan oleh Coronavirus (SARS-CoV-2), ditemukan pertama kali pada Desember 2019 di kota Wuhan, Hubei, China ini berasal dari hewan, sehingga tergolong zoonosis. Virus ini bisa ditemukan pada hewan ternak seperti babi, sapi dan ayam. Bisa pula ditemukan pada hewan peliharaan seperti anjing dan kucing.
Hasil penelitian sejumlah pakar, ahli dan dokter hewan menyebutkan, Coronavirus yang menyerang hewan ini berbeda dengan Coronavirus yang menyerang manusia. Coronavirus yang ini bermutasi dengan sejumlah varian, seperti alpha, beta, gamma dan deltacoronavirus. Alpa dan betacoronavirus umumnya menyerang mamalia, sedangkan gamma dan deltacoronavirus dapat menyerang unggas, burung dan hewan lokal.
“Jenis delta inilah yang variannya paling banyak saat ini,” sebut Nidom.
Hingga saat ini, penelitian terkait Covid-19 masih terus berlangsung oleh para peneliti di berbagai belahan dunia. Bahkan mengenai apa penyebabnya pun masih terus menjadi perdebatan utama. Demikian pula mengenai vaksin apa yang paling cocok untuk menanggulanginya, juga masih terus menuai pro-kontra serta polemik yang tidak berkesudahan.
Di Indonesia sendiri, sejumlah dokter hewan di bawah koordinasi dua orang mantan menteri kesehatan, yakni Dr.Terawan Agus Putranto dan Dr.Siti Fadila Supari, juga masih terus melangsungkan penelitian dan serangkaian proses produksi vaksin Nusantara. Bahkan vaksin buatan anak negeri ini telah melewati dua kali uji klinis, dan meski diklaim hasilnya bagus dan aman, namun hingga saat ini belum mendapat restu dari pemerintah dan BPOM.
“Vaksin Nusantara ini dijamin sehat, aman dan halal, jauh dari subhat. Kami sudah melakukan uji klinis satu dan dua, dan hasilnya bagus. Semua pasien yang kami suntik dengan vaksin ini mengaku nyaman dan tidak mengalami kondisi yang berefek buruk, namun yah, kita masih harus bersabar dan berdoa, menunggu restu dari pemerintah dan BPOM.” Pungkas Nidom.