Saya merasa sedih ketika beberapa hari lalu, setelah aksi demonstrasi mahasiswa pada 11 April 2022, di Facebook ramai membahas dan mengomentari aksi demonstrasi mahasiswa.
Kesedihan saya cukup beralasan, dikarenakan ada komentar di facebook yang menurut saya cukup miris karena melihat gerakkan mahasiswa merupakan suatu gerakkan yang hanya mengotori jalanan. Tidak hanya itu, mereka juga menyudutkan dan memprotes gerakan mahasiswa sebagai sebuah gerakkan yang tidak punya kajian yang jelas dan matang.
Bahkan, lebih ramainya lagi ketika mereka ikut memprotes beberapa poster yang digunakan oleh para mahasiswa. Misalnya, poster yang memuat narasi, ‘lebih baik 3 ronde, daripada 3 periode’ dan masih banyak protes lain yang menurut saya sangat kacau dan sesat.
Lantas, apakah memang begitu gerakkan mahasiswa hari ini? Apakah gerakkan mahasiswa merupakan suatu gerakkan yang di desain oleh kepentingan sekelompok orang? Apa tawaran kedepan yang mesti kita ajukan dalam mendorong gerakkan mahasiswa menjadi suatu gerakkan yang betul-betul berdiri bagi kepentingan rakyat?
Sempitnya Ruang Berpikir
Saya mengakui bahwa gerakkan mahasiswa dan beberapa gerakkan lain tidak terlepas dari upaya pelemahan dan kadang disusupi oleh kepentingan dari berbagai kepentingan lain di luar dari agenda kepentingan mahasiswa sendiri.
Dalam banyak kasus, misalnya, gerakkan mahasiswa kerap ditunggangi oleh kepentingan aktor-aktor yang memanfaatkan gerakkan mahasiswa demi melicinkan agenda kepentingan ekonomi-politik mereka sendiri.
Karena itu, saya menolak cara berpikir yang menempatkan gerakkan mahasiswa sebagai sebuah gerakkan yang tidak berdasar. Apalagi berusaha menyudutkan gerakkan mahasiswa sebagai sebuah gerakkan yang dikooptasi oleh kepentingan aktor yang mereka bela, yakni mereka yang memiliki agenda predatoris.
Menurut saya, pemahaman demikian terlalu pendek dan ruang berpikiranya terlalu sempit. Bukannya melihat lebih jernih terhadap gerakkan mahasiswa, mereka justru ikut mengomentari suatu gerakkan yang mereka sendiri tidak paham dengan gerakkan mahasiswa dan agenda tuntutan yang mereka bawa.
Pada titik inilah justru yang diperlihatkan ialah suatu pehaman yang keliru, tidak berdasar dan sangat menyedihkan. Sebab, mereka hanya melihat dari kacamata mereka sendiri tanpa mempertimbangkan subtansi gerakkan dan poin tuntutan yang dibawa oleh mahasiswa.
Saya beberapa kali berusaha menjelaskan kepada mereka melalui kolom komentar di facebook bahwa mereka terlalu dini melihat dan mengomentari gerakkan mahasiswa. Bagi saya, yang seharusnya dipikirin sekarang ialah bagaimana mendorong gerakkan mahasiswa agar tidak mudah dikooptasi dan disusupi oleh agenda lain.
Bukan malah mempreteli dan memojokkan gerakkan mahasiswa seolah-olah gerakkan mahasiswa merupakan suatu gerakkan yang memainkan kepentingan elit-elit predatoris. Ini pemikiran yang tidak melihat secara jernih gerakkan mahasiswa.
Bagi saya, mereka terlalu sempit ruang berpikirannya serta terlalu dini melihat gerakkan mahasiswa sebagai sebuah gerakkan yang tidak berdasar.
Kemenangan Demokrasi
Gerakkan mahasiswa merupakan sebuah gerakkan yang berusaha memajukan agenda demokrasi atau memenangkan demokrasi. Inilah yang diperjuangkan oleh para mahasiswa ketika mereka terlibat dalam agenda gerakkan.
Kita bisa melihatnya dari catatan sejarah tahun 1998 ketika gerakkan mahasiswa berusaha menurunkan Soeharto dari tampuk kekuasaan. Soeharto yang otoriter dan totaliter itu akhirnya tumbang dan Indonesia memasuki fase kemenangan demokrasi atau transisi demokrasi.
Itu merupakan sebuah gerakkan yang berusaha memenangkan demokrasi sekaligus mendorong agenda perbaikan tatanan sosial, politik, hukum, ekonomi dan sektor-sektor lain bagi kepentingan masyarakat Indonesia.
Atas usahanya itulah, kita bisa menikmati kemenangan demokrasi sampai hari ini. Kita bisa menikmatinya tanpa diintervensi dan diintimidasi oleh kekuasaan negara seperti pada masa Soeharto.
Tawaran Kedepan
Bagi saya, yang lebih penting sekarang ialah bagaimana gerakkan mahasiswa ini mampu memberikan sebuah pencapaian bagi demokrasi dan kepentingan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, mesti ada tawaran kedepan yang bisa kita ajukan sembari memikirkan bagaimana agar gerakkan mahasiswa ini tidak mudah dikambinghitamkan apalagi dimanfaatkan.
Hal yang bisa kita lakukan ialah ikut mendukung dan mendorong agar gerakkan mahasiswa ini lebih terorganisir dan massif dalam rangka melawan segala bentuk kebijakan negara yang tidak pro rakyat.
Tawaran kedepan yang menurut saya penting kita ajukan ialah memaksimalkan gerakkan mahasiswa di daerah dan di tingkat pusat dalam rangka menjadi kekuatan yang solid dan mandiri dalam mengkawal setiap kebijakan pembangunan negara.
Itulah sebabnya dibutuhkan dukungan dari semua pihak. Demonstrasi 11 April 2022 merupakan sebuah aksi memenangkan demokrasi. Salam perjuangan. A Luta Continua.