Refleksi atas Pembelajaran di Lembaga Pendidikan Islam
Pendidikan Islam selalu menjunjung tinggi ilmu. Namun, apakah cara kita belajar hari ini masih selaras dengan semangat keilmuan yang diwariskan para ulama? Ataukah kita justru terjebak dalam kebiasaan yang membatasi pemahaman mendalam?
Dulu, para ulama seperti Al-Ghazali, Ibnu Sina, dan Al-Farabi tidak hanya menghafal, tetapi juga menghubungkan berbagai ilmu, mencari makna, dan menerapkannya dalam kehidupan nyata. Hari ini, sistem pendidikan kita tampaknya lebih banyak menitikberatkan pada hafalan, tanpa memberikan ruang yang cukup bagi eksplorasi pemikiran.
Saat dunia bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks, cara kita belajar pun perlu berkembang. Deep Learning bukan sekadar istilah baru, melainkan cerminan dari metode pembelajaran yang sejalan dengan nilai-nilai Islam—menggali ilmu dengan kesungguhan, memahami dengan mendalam, dan mengamalkannya untuk kemaslahatan.
Mengapa Pendekatan Ini Diperlukan?
Pendidikan yang baik tidak hanya menghasilkan individu yang menguasai teori, tetapi juga yang mampu berpikir kritis, inovatif, dan adaptif. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan tafakkur (berpikir mendalam) dan tadabbur (merenungkan makna).
Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan pendidikan mulai bergeser ke arah pembelajaran yang lebih fleksibel dan berpusat pada pemahaman. Pendekatan ini bukan hanya tentang mengikuti perkembangan zaman, tetapi juga upaya untuk kembali kepada esensi pembelajaran sejati—sebagaimana yang telah diterapkan oleh para ulama terdahulu.
Namun, untuk mewujudkan ini, ada pertanyaan yang perlu dijawab: Bagaimana cara menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih mendalam dalam pendidikan Islam tanpa menghilangkan kekhasannya?
Langkah-langkah Menuju Pembelajaran yang Lebih Bermakna
1. Menata Ulang Pola Pembelajaran
Hafalan tetap penting, tetapi harus menjadi awal, bukan akhir dari proses belajar. Perlu ada dorongan untuk mengajak siswa berdiskusi, menganalisis, dan menghubungkan ilmu dengan realitas sosial.
Pendekatan seperti studi kasus dalam fikih, munazharah (debat ilmiah), dan pembelajaran berbasis proyek dapat memperkaya pengalaman belajar. Ini bukan hal baru dalam Islam, melainkan metode yang telah lama diterapkan dalam berbagai majelis ilmu.
2. Memanfaatkan Teknologi Secara Bijak
Dunia digital menawarkan peluang besar bagi pendidikan Islam. Pemanfaatan teknologi dapat memperkuat pembelajaran mendalam, seperti melalui aplikasi tafsir interaktif, simulasi fikih, dan e-learning berbasis AI.
Jika digunakan dengan bijak, teknologi tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga membantu menjembatani kesenjangan dalam akses pendidikan berkualitas.
3. Membangun Kurikulum yang Mendorong Pemahaman Mendalam
Kurikulum yang baik harus memberikan ruang bagi eksplorasi, refleksi, dan sintesis pemikiran. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menyeimbangkan antara hafalan dan pemahaman, serta memastikan bahwa evaluasi pembelajaran lebih menitikberatkan pada analisis dan aplikasi ilmu, bukan sekadar pengulangan informasi.
Dampak dari Pendekatan Ini
Ketika pendidikan berorientasi pada pemahaman yang lebih mendalam, dampaknya tidak hanya terasa di ruang kelas, tetapi juga dalam kehidupan nyata.
Muncul generasi yang mampu berpikir kritis, tidak sekadar menerima informasi mentah.
Ilmu yang diperoleh menjadi lebih bermakna, karena dipahami dalam konteks yang lebih luas. Pendidikan Islam tetap relevan dan mampu menjawab tantangan zaman.
Pada akhirnya, pembelajaran yang sejati bukan hanya tentang mengisi kepala dengan pengetahuan, tetapi juga tentang menumbuhkan kebijaksanaan dan kecerdasan spiritual.
Saatnya Kembali kepada Esensi Pendidikan Islam
Deep Learning bukan sekadar tren akademik, tetapi sebuah refleksi dari prinsip pembelajaran yang telah diajarkan Islam sejak dahulu. Memahami lebih baik daripada sekadar menghafal, berpikir lebih bernilai daripada sekadar mengingat, dan menerapkan ilmu adalah bentuk ibadah yang sejati.
Kini, tantangannya bukan sekadar menerapkan metode baru, tetapi bagaimana menjaga agar pendidikan Islam tetap memiliki ruh keilmuan yang sejati. Jika tidak ada perubahan, kita mungkin kehilangan sesuatu yang jauh lebih berharga: tradisi keilmuan yang telah menghidupkan peradaban Islam selama berabad-abad.
Referensi :
1. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. (2025). Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam: Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua.
2. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. (2024). Siaran Pers Implementasi Pendidikan Bermutu untuk Semua.
3. Suwandi, R., Putri, R., & Sulastri. (2024). Inovasi Pendidikan dengan Model Deep Learning di Indonesia. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Politik, 2(2), 69-77.
4. Abdul Mu’ti. (2024). Deep Learning Sesuai Konsep Islam. Suara Muhammadiyah
5. Guru Inovatif. (2024). Deep Learning: Pendekatan Pembelajaran Inovatif Guna Mendukung Suksesi Ekosistem Belajar di Era Society 5.0 Menuju SDGs 2030.