Lebih dari satu dekade lalu nama Korea Selatan semakin melejit di dunia Internasional. Hal ini tidak lain tidak bukan karena diplomasi budaya negeri ginseng tersebut yang dianggap sangat berhasil. Keberhasilan ini tentu saja tidak terjadi secara instan, pemerintah Korea memang telah berupaya lama untuk menuai hasil kesuksesan diplomasinya. Berbagai budaya yang digaungkan Korea Selatan mulai dari makanan, industri musik, perfilman, fashion, kosmetik, bahkan pariwisata.
Selain dukungan dari pemerintah setiap lapisan masyarakat juga ikut terlibat dalam upaya diplomasi budaya di Korea. Era globalisasi kontemporer seperti sekarang ini digital dan internet mampu membuat kita mengetahui dunia yang luas. Dan hal inilah yang dimanfaatkan Korea Selatan sebagai peluang dalam menginvasi budaya nya lewat e-diplomacy.
E-diplomacy atau dikenal dengan diplomasi digital telah marak dilakukan oleh aktor hubungan internasional dalam upaya meraih kepentinganya. Pasca perang dingin berakhir, aktor hubungan internasional sudah banyak mempertimbangkan untuk melakukan taktik soft power dalam menjalin hubungan antar negara, dan soft power ini tentu saja sangat manjur dan menguntungkan jika dibandingkan dengan hard power yang dinilai sudah tidak relevan lagi di abad ke-21 ini.
Berdasarkan data dari We are Social sejak tahun 2018 data pengguna internet dunia meningkat sangat signifikan, namun yang paling jelas adalah terdapat peningkatan penggunaan internet pada tahun 2020 pasca menyebarnya virus Covid-19 2019 lalu. Dari data Januari 2020 terdapat 7.75 miliar jiwa total populasi masyarakat dunia dimana 4,5 miliar nya adalah pengguna internet dan 3.8 diantaranya adalah pengguna media sosial.
Tidak bisa dipungkiri setiap negara harus bijak menanggapi hal tersebut dan setiap negara juga dituntut untuk bisa memanfaatkan peluang dan tantangan dengan maraknya penggunaan digital terutama internet pada saat ini, begitu juga dengan Korea Selatan. Media Sosial telah membantu diplomasi budaya Korea Selatan menyebar secara masif, sejak gelombang Korea atau dikenal dengan K-Wave hal ini telah berhasil mendongkrak perekonomian Korea Selatan.
Dalam K-Wave yang tidak kalah populer adalah mukbang, yaitu aktivitas makan besar masakan Korea seperti ramen samyang, ayam goreng dan lain sebagainya yang dilakukan secara live dan dipandu oleh BJ (Broadcasting Jockey, tayangan ini biasanya dilakukan di berbagai platform seperti Youtube, Facebook, Twitch dan lain-lain.
Istilah mukbang mulai populer di internet yaitu sejak tahun 2015-an, dan seiring perkembangan zaman banyak Youtuber yang berlomba-lomba membuat konten yang kemudian di unggah di media untuk meraup keuntungan. Tidak tanggung-tanggung biasanya seorang BJ yang melakukan mukbang bisa meraup keuntungan mencapai 9-10 ribu dollar hanya dari donasi, dan itu belum termasuk dari sponsor, gaji, iklan dan lain-lain, memang cukup menggiurkan.
Mengapa mukbang menjadi menarik dan populer?
Ada beberapa hal yang membuat mukbang ini menarik, yaitu dari segi tampilan yang lezat dan porsi yang besar cukup menggugah mata dan selera, selain itu dalam aktivitas ini terdapat interaksi antara penonton dan BJ, mulai dari reaksi nikmat yang ditampilkan BJ saat makan, atau mungkin ada faktor kesamaan sosial atau rasa kesepian serta adanya dukungan teknologi yang membuat mukbang semakin populer.
Selain menguntungkan bagi Youtuber lokal, kepopuleran aktivitas mukbang ini juga menguntungkan untuk pemerintah Korea Selatan dimana para Youtuber ini secara tidak langsung menjadi agen e-diplomacy bagi Korea karena telah memperkenalkan jenis-jenis makanan Korea. Dengan adanya internet konten-konten mukbang yang diunggah telah menyebar di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, orang-orang yang menonton konten ini juga tergiur untuk membeli produk makanan Korea, dimana hal ini akan meningkatkan produksi yang kemudian juga meningkatkan permintaan di pangsa impor makanan Korea. Selain itu aktivitas mukbang juga seringkali ditampilkan dalam K-Drama nya dengan menampilkan masakan-masakan ala Korea yang semakin memacu para penonton untuk mencoba makanan yang dimakan oleh aktor dan aktris kesayangan mereka.
Kritik China Terhadap Aktivitas Mukbang
Taktik Korea memang patut diacungi jempol, dengan industri digital nya yang semakin maju telah membantu budayanya mempengaruhi masyarakat global.
Namun ada beberapa kritik dari aktivitas mukbang ini, misalnya yang dilakukan oleh Central Commission for Discipline Inspection China, yang menganggap hal tersebut adalah aktivitas yang membuang-buang makanan dan berlebihan dimana dapat mendorong orang-orang melakukan aktivitas yang sama, hal buruknya adalah ketika mereka tidak mampu menghabiskannya akan menjadi sampah makanan yang menumpuk atau food waste. Oleh karena itu pemerintah Tiongkok menangguhkan akun-akun yang dianggap tidak pantas seperti akun yang mengunggah aktivitas mukbang.
Tiongkok juga mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi sampah makanan dengan meluncurkan kampanye yang bertajuk “kampanye piring bersih” sebagai bentuk respon terhadap budaya mukbang Korea yang menyebar di negaranya.
Namun bagaimanapun juga terlepas dari kritik terhadap mukbang yang masih populer sampai saat ini, Korea Selatan telah dinilai berhasil dalam memanfaatkan internet dan sosial media sebagai diplomasi budaya lewat e-diplomacy untuk mendongkrak ekonominya yang dulunya belum maju seperti sekarang.