Beberapa lembaga survei di awal 2020 berlomba-lomba mengeluarkan hasil survei Pilpres 2024 tentang siapa nama-nama yang bakal maju sebagai capres. Nama Prabowo Subianto dan Anies Baswedan digadang-gadang menjadi kandidat terkuat.
Setidaknya ada tiga lembaga survei yang mengeluarkan hasil survei capres 2024, yakni Indo Barometer, Parameter Politik Indonesia (PPI) dan Politika Research and Consulting (PRC), serta Media Survei Nasional (Median). Ketiga lembaga itu menempatkan sosok Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan masuk dalam radar capres 2024.
Indo Barometer misalnya, menyatakan Prabowo paling teratas dengan elektabilitas 22,5 persen disusul Anies 14,3 persen. Kemudian survei PPI dan PRC, Prabowo berada di posisi teratas dengan tingkat elektabilitas 17,3 persen.
Survei yang dilaksanakan sejak awal Februari 2020 dengan tingkat kepercayaan 95 persen, menempatkan Prabowo Subianto berada di atas angina dari Sandiaga Uno. Sedangkan nama Anies Baswedan terhempas jauh selisihnya dengan Prabowo.
Sedangkan, dari hasil survei Median menyebut Anies Baswedan dan Prabowo Subianto menjadi dua tokoh favorit untuk maju di Pilpres 2024. Dari hasil survei itu, Prabowo meraup 18,8 persen suara, sementara Anies Baswedan dengan 15,8 persen.
Kalangan pengamat, politisi hingga akademisi menilai ketiga hasil survei itu masih terlalu dini. Meski temuannya untuk mengantisipasi dinamika politik menjelang Pilpres 20204. Di sisi lain, ada upaya branding untuk mendongkrak popularitas dua nama itu.
Bahkan pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai ada upaya mempromosikan dan menjegal nama-nama tersebut. Tapi itu hal biasa dalam politik, segala sesuatu biasa saja berubah, bisa saja bertahan sampai waktunya tiba.
Meski begitu, sepasang mata kita tertuju kepada dua nama itu. Saat ini mereka digadang-gadang sebagai kandidat capres 2024. Sosok Anies Baswedan terus menjadi bahan pembicaraan saat kasus lem aibon hingga masalah banjir. Lalu Prabowo Subianto mendapat standing aplous karena kiprahnya memimpin kursi Menteri Pertahanan RI.
Masalah banjir membuat nama Anies Baswedan dicap tidak mampu mengurusi satu masalah itu. Segudang komentar dilayangkan dengan sedikit ‘bumbu’ politik, bahwa figur yang satu ini tidak cocok menjadi capres. Ini alasan sederhana merubah opini public dan kini masalah banjir menjadi mainan politisi.
Sedangkan sosok Prabowo Subianto sempat mendapat komentar miring saat dirinya tidak menjawab pertanyaan para anggota DPR RI soal anggaran pertahanan, upaya China merebut Pulau Natuna hingga komitmennya sebagai menteri pertahanan. Namun komentar itu tidak meruntuhkan elektabilitas sebagai menteri turun.
Meskipun dua sosok itu terus diterjang badai, namun yang pasti masih menjadi bahan pembicaraan banyak orang. Tidak menutup kemungkinan jelang kontestasi politik Pilpres, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto menjadi kandidat Capres.
Mengenai analisis itu, ada baiknya kita menyimak hasil survey Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research. Survei itu mempredksi PDIP kembali unggul di pemilihan legislatif. Terbukti hasil pemilu 2019 PDIP meraih elektabilitas 28,7 persen.
Sedangkan Gerindra membayangi dengan elektabilitas 14,3 persen. Lalu diikuti tiga parpol lainnya, yakni Golkar dengan persentase 9,4 persen, PKS 6,2 persen, dan PKB 5,1 persen. Sementara untuk suara Demokrat diperkirakan sebesar 3,5 persen, disusul PPP (3,0 persen), Nasdem (2,6 persen), dan PSI (2,5 persen).
Jangan dilupa, PSI mengalami peningkatan elektabilitas jika dibandingkan perolehan suara pada Pileg 2019 lalu yang hanya meraih 1,89 persen. Meskipun tidak memiliki kursi di senayan, namun berhasil menguasai satu fraksi di DPRD DKI Jakarta.
Menarik dari ulasan itu, Gerindra perlu koalisi dengan PDIP jika ingin memenangkan Pilpres 2024. Entah nama yang muncul adalah Anies Baswedan atau Prabowo Subianto, namun yang pasti hanya ada satu nama. Wakilnya terserah siapa saja, mungkin Puan Maharani.
Wacana itu bisa saja terjadi mengingat Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon berharap perjanjian batu tulis PDIP dengan Gerindra dapat diwujudkan pada 2024. Perjanjian yang dibuat 2009 itu, salah satunya berisi PDIP akan mengusung Ketum Gerindra Prabowo Subianto sebagai capres di 2014.
Penggabungan kekuatan Gerindra dan PDIP itu sudah cukup kuat. Selain itu, mungkin saja menambah koalisinya dengan PKS. Mengingat, PKS memiliki pemilih yang solid dan terorganisir.
Penjelasan Sekjend DPP Gerindra Ahmad Muzani tentang Prabowo Subianto yang bergabung dalam kabinet Jokowi bukan tanpa alasan. Salah satu visi saat kampanye Pilpres 2019, dicicil satu persatu. Salah satu misinya adalah soal pertahanan Negara.
Setelah misi itu dijalankan, ada kemungkinan menjajaki misi lainnya. Itu bisa terjadi mengingat Prabowo Subianto mendapat kepercayaan publik melalui jabatannya sebagai Menteri Pertahanan RI.
Di sisi lain, Anies Baswedan bisa jadi mendapat restu dari Gerindra untuk maju Capres. Hasil Lembaga Survei Median mengatakan mayoritas publik yang suka Aksi 212 memilih Gubernur Anies Baswedan sebagai Capres 2024. Optimisme juga datang dari Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI) yang mendukung Anies Baswedan sebagai capres. Meskipun pada akhirnya pada deklarasi.
Selain itu, Nasdem juga mengutarakan dukungan Anies Baswedan sebagai capres 2024. Walaupun mendapat cibiran dari Gerindra, namun yang pasti sudah memberikan efek magic bagi Anies Baswedan.
Pada akhirnya, entah Prabowo dan Anis berpasangan atau saling berlawanan, Pilpres 2024 menjadi panggung mereka. Sederet nama-nama yang masuk dalam radar lembaga survei, seperti AHY, Ganjar Pranowo, Trismaharani dan Ridwal Kamil, dimungkinkan hanya terpasang sebagai wakil presiden. Elektabilitas mereka belum mampu melampaui Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.