Jumat, Maret 29, 2024

Bukankah Allah Menegaskan Dunia Ini Tak Akan Pernah Sama?

Abidin Ghozali
Abidin Ghozali
Pembelajar Seumur Hidup Merindukan Indramayu Beradab.

Kenapa ada orang yang bersikeras mengharuskan umat manusia berada di bawah satu panji atau berprilaku dengan satu cara (manhaj). Apakah demikian yang diajarkan Al-Quran? Bukankah Allah Swt telah menegaskan bahwa dunia ini tidak akan pernah sama?

Namun, nyatanya masih banyak manusia yang masih dangkal dalam cara berpikirnya sehingg memaksakan kehendak untuk memaksa manusia berkeyakinan sama.

Grand Syaikh Al-Azhar, Dr. Ahmad Thayiib menjelaskan adanya kemungkinan yang memiliki pandangan semacam ini ia tidak memahami Islam, itu yang pertama atau kemungkinan keduanya, Islam digunakan sebagai kepentingan politik yang tidak ada sama sekali kaitanya dengan Islam.

Ada banyak sekali firman Allah Swt yang menegaskan bahwa perbedaan agama dan keyakinan sudah menjadi kehendak-Nya sehingga siapa pun selain-Nya tidak berhak memaksa orang lain dengan cara apapun untuk menganut dan meyakini agama atau keyakinannya.

Meskipun telah datang sebulum Nabi Muhammad pembawa petunjuk Tuhan, namun kenyataan sejarah membuktikan mereka yang zalim seperti Fir’aun, Jalut, sampai masuk era Nabi Muhammad seperti Abu Lahab itu mengingkari ayat-ayat Allah. “Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk.” (Al-An’am : 35) Namun, mereka telah mati (hatinya).

Kemudian dalam surat (Yunus : 99) Allah Swt berfirman; “Dan jikalau Rabbmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya”. Hanya dengan ijin Allah Swt manusia dapat beriman, namun dengan segala indra yang telah dianugrahkan-Nya masih belum beriman saja. Apakah pantas manusai semacam ini dianggap sudah menggunakan akalnya.

Seruan Allah Swt melaluai firman-Nya yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw sangat jelas seperti jelasnya matahari. Kalau Allah berkehendak bisa saja manusia dijadikan ummatan wahidatan (“satu umat” [saja]).  “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. An-Nahl : 93).

Petunjuk Al-Qur’an yang demikian jelas, bahkan dahsyatnya Al-Qur’an mampu mengguncangkan gunung, dapat membelah bumi dan menjadikan orang mati bisa berbicara namun mengapa masih ada orang musyrik yang tetap tidak beriman Allah Swt menginatkan “Maka apakah orang-orang yang beriman itu tidak mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya”. (QS. ar-Ra’du: 31).

Begitulah ketetapan-Nya, “Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS: At-Taghabun : 2).

Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, jangan ikuti hanafsu karena Allah Swt berfirman : “Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kalian terhadap pemberian-Nya kepada kalian, maka berlomba-lomba­lah berbuat kebajikan”. (QS. al-Maidah : 48).

Jangan dangkalkan pikiran, sehingga mengikuti hawa nafsu untuk menyamakan umat manusia. Karena itu bertentangan dengan ajaran Islam. Allah Swt berfirman; “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”. (QS. ar-Rum : 22).

Dr. Ahmad Thayiib sudah mengira bahwa semua umat mengetahui aturan-aturan Ilahi yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an Al-Karim. Siapa pun baik Muslim atau non muslim.

Jika seorang Muslim berkata, misalnya, “Saya ingin menyebarkan Islam sehingga seluruh semua orang di dunia ini menjadi Muslim (Beragama Islam),” Maka ini pemikiran yang dangkal.

Selain pemikiran yang dangkal, dan pemikiran ini bertentangan dengan Islam. Karena Islam mengatakan bahwa manusia berhak berbeda-beda.

Menurut Dr. Ahmad Thayiib ada hikmah dari keberagaman adalah sebagai ujian, agar muncul orang baik dari orang-orang jahat, Jika semua manusia ditetapkan untuk beragama sama, maka sia-sia semua. Akan gugur makna kewajiban, gugur makna pahala dan siksa, akan gugur bahkan makna adanya surga dan neraka. Demikian juga akan sia-sia arti kebajikan dan kejahatan, Padahal pemahaman tentang ini semua ada di antara manusia.

Dan Kebajikan dan kejahatan tidak akan dipahami kecuali jika ada perbedaan, baik perbedaan potensi, kecederungan, bahkan perbedaan upaya. Ada orang yang mampu melawan upaya setan ada yang tidak mampu.

Jadi, dasar dalam penciptaan adalah keberagaman, terutama keberagaman dalam agama dan keyakinan.

Untuk itu, jangan takut dan jangan khawatir akan perbedaan, karena itu semua pemicu untuk berlomba dalam kebaikan, dalam meningkatkan Iman. Hanya orang yang kurang percaya diri dan lemah keyakinan saja menganggap perbedaan sebagai ancaman. seperti statemen Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia Yayan Sopyani Al Hadi ia mengatakan “Kekhawatiran muncul dari kelemahan diri. Ketakutan lahir dari ketidak percayaan diri. Kalau Iman lemah, Kalau tauhid gak kokoh, maka semua yang berbeda dianggap ancaman”.

Abidin Ghozali
Abidin Ghozali
Pembelajar Seumur Hidup Merindukan Indramayu Beradab.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.